Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cepet nikah!
"Mbak Sani."
Sekar mengetuk pintu rumah Sani. Dia membawa bungkusan berisi roti dan beberapa cemilan yang sengaja dia nitip sebagai oleh-oleh pada suaminya waktu penerbangan ke luar negeri beberapa waktu lalu untuk diberikan pada tetangga dekat rumahnya ini.
Sesaat kemudian pintu itu terbuka, dia bisa melihat senyum ramah Sani untuk menyambutnya.
"Eh, mbak Sekar. Ayo masuk mbak." Ajak Sani.
"Di luar aja lah mbak. Orang mau ngobrol santai aja kok sama mbak Sani. Oiya mbak, ini ada sedikit bingkisan dari bapaknya anak-anak abis pulang kerja kemarin." Tolak Sekar basa-basi.
"Ya Allah, kok malah dikasih banyak bingkisan gini to.. Makasih ya mbak. Orang kalo mau main ya tinggal main aja mbak, nggak usah bawa macem-macem gini. Malah nggak enak aku jadinya.. Tapi menurut aku, lebih baik kalo kita ngobrolnya di dalem aja. Banyak debu dari kendaraan lewat mbak di sini."
Dan akhirnya dua emak-emak itu masuk ke dalam rumah Sani.
"Ada apa ya mbak?" Sani mulai kepo dengan kedatangan tetangganya.
Bukan tanpa alasan, meski mereka tetangga samping rumah namun kesibukan Sani membuat dirinya jarang sekali menerima tamu di rumahnya. Paling hanya beberapa orang yang datang dengan tujuan meminta sumbangan masjid, pembangunan sarana kompleks, atau pak RT yang datang ngasih undangan pada warga agar turut serta menggunakan hak pilih dan tidak golput saat ada pemilihan umum di daerah mereka.
"Mbak, aku tadinya mau ngomong ini ke Deepika. Tapi bocahnya belum pulang ya, lagi jalan-jalan sama mas Abhi." Sekar terlihat serius.
"Iya, anak-anak belum pulang mbak. Mau ngomong apa lho mbak, kok kayak tegang banget gitu." Sani ikut khawatir dengan apa yang ingin Sekar sampaikan padanya.
"Gini mbak.. Aku mikir alangkah baiknya buat mas Abhi dan Deepika itu buat ngiket hubungan mereka."
Lho eh.. Apa ini?
Sani yang tadinya terlihat kaku kini jadi melunak. Dia tersenyum menunjukkan sisi cantiknya yang paripurna.
"Oalah mbak mbak.. Aku kira ada apa, kok tiba-tiba dateng ke sini mukanya serius banget. Aku sih iya iya aja mbak. Nanti biar aku bantu ngomong sama Dee kalo udah pulang dia nya."
"Huuuft lega sekarang aku mbak. Aku takut, mbak Sani atau Deepika nanti minta waktu buat mereka agak lama pacarannya. Biasanya anak muda kan gitu. Mau pendekatan, pengenalan, mau tau sifat masing-masing, dan nggak mau grasak-grusuk dengan alasan, nikah itu ibadah paling lama. Kudu sekali seumur hidup! Takutnya gagal di awal karena belum saling mengenal. Eh astaghfirullah... Maaf maaf mbak, aku nggak bermaksud menyinggung mbak Sani.."
Awalnya Sani terperanjat. Namun dia langsung menutupi semuanya dengan senyuman. Dia mengangguk pelan.
Sani.. Dia adalah single parent yang begitu menyayangi anaknya. Dia punya kesabaran luar biasa. Tapi jangan ditanya bagaimana cara Sani mendidik anaknya, dia menerapkan cara militer di sana!
Kenapa Sani terus meminta agar Deepika mandiri, tidak bergantung pada orang lain? Itu semua karena masa lalu Sani. Pernah sepercaya itu pada orang, menjadikan orang yang dia sayang sebagai tumpuan, tapi pada akhirnya orang itu memilih pergi meninggalkan dengan alasan ingin mengangkat derajat keluarga. Orang itu pergi begitu saja.. Dengan janji akan kembali secepatnya dan membuktikan jika dirinya mampu membuat keluarganya bergelimang harta.
Mandiri adalah jalan satu-satunya! Berjuang di kaki sendiri. Orang tua sudah tidak ada, sanak keluarga tidak begitu peduli dengan nasib Sani dan anak dua tahun yang dulunya sering sakit-sakitan di dalam gendongan Sani.
Merintis usaha dengan modal pinjaman, Sani di masa lalu begitu kewalahan. Jatuh bangun dalam membesarkan Deepika tanpa campur tangan suami atau bantuan dari keluarga lainnya. Ditambah Deepika kecil yang sering panas demam, sebentar-sebentar batuk pilek menyerang, bolak-balik berobat tanpa adanya uang, jalan satu-satunya adalah kembali mengambil pinjaman.. Sani hampir putus asa dengan beban di pundaknya.
Tapi, semua itu terbayar dengan berhasilnya dia menjalankan usaha setelah pindah ke kota lain, tekanan ekonomi membuatnya nekat merantau membawa balita kecilnya.. Ya Sani dan Deepika bukan asli warga komplek sini tentunya! Ketika usia Deepika menginjak lima tahun, usaha ayam geprek miliknya mulai dilihat konsumen. Sani pintar membaca peluang pasar. Apapun yang sedang viral dia jadikan acuan dan membuat kios ayam gepreknya bertahan sampai sekarang karena mengikuti perkembangan jaman.
Dan kemana lelaki berstatus suami Sani berada? Dia seakan lupa pada janjinya. Hilang bagai bumi sudah menelannya. Sani yang sudah muak pada sosok yang dulu selalu dia jadikan tumpuan, menghadiahi Wira dengan melakukan gugatan perceraian sebelum kepindahan mereka ke kota yang sekarang mereka tinggali.
Bukan menutup akses atau menghilang dari bumi kita tercinta, tapi Sani tidak mau berurusan dengan masa lalunya kembali. Masa lalu adalah guru terbaik. Dia 'mencambuk' Deepika agar mandiri, berdiri di kaki sendiri, bukan tanpa alasan... Masa lalu mengajarkannya untuk jangan tergantung pada orang lain. Siapapun itu!
Udah ah.. Capek ngetik tentang Sani dan masa lalunya. Balik lagi ke masa sekarang!
"Nggak apa-apa mbak Sekar. Semua orang punya masa lalu. Aku gagal dengan masa lalu ku. Tapi tentu aku tidak ingin hal itu terjadi pada anakku. Wajar jika mbak Sekar bilang seperti itu."
Jujur saja Sekar jadi tak enak hati, niatnya ingin bersilaturahmi mengatakan niatnya supaya anak-anak mereka segera menghalalkan hubungan mereka tapi malah jadi canggung begini.
Di tengah kecanggungan, Deepika terdengar mengucapkan salam. Satu helaan nafas panjang dan lega terdengar begitu ketara, siapa lagi kalo bukan Sekar pelakunya.
"Eh ada tante."
Deepika juga menyalami takzim Sekar sebagai tanda hormat menghargai orang yang lebih tua.
"Iya Dee. Udah pulang to jalan-jalannya. Mas mu mana?" Masih memanggil Abhi dengan kata 'mas mu' pada Deepika.
"Dalem mah."
Suara deep voice itu sangat Sekar kenal. Sekar langsung melongok melihat Abhi yang ada di ambang pintu.
"Eh sini mas sini. Kok di luar aja sih ngapain? Ini lho mamah kamu juga di sini, ayo masuk." Sani ramah sekali.
Abhi menurut. Mereka berempat duduk di ruang tengah. Deepika bahkan melihat ke arah Abhi sambil menaikkan alisnya sebagai tanda dia menanyakan ada apa sebenarnya. Mungkin dikira Abhi cenayang kali, padahal Deepika sendiri tau jika Abhi juga baru muncul bersamaan dengan dirinya. Abhi menjawab dengan mengangkat kedua bahunya, tanda dia emang bukan anak cucu buyut dari cenayang. Dia nggak tau apa-apa di sini!
"Mas, tadi mamah udah rundingan sama mbak Sani, ibunya Deepika tentang hubungan kalian yang menurut mamah disegerain aja." Sekar lancar sekali bicara.
"Disegerain?"
Abhi pura-pura nggak paham, padahal dia sudah tau kemana arah pembicaraan ini berlabuh. Sani terlihat tenang sesekali tersenyum lembut.
"Menikah! Kalian nikah aja ya. Bisanya kapan? Mamah sama ibunya Deepika udah ngasih restu. Papah selalu ready buat jadi donatur dan mengalirkan dana buat pernikahan mu mas, dan Deepika juga pasti udah siap kan? Kalian pacaran mode halal aja! Nggak usah lama-lama runtang-runtung tanpa kepastian, piye mas.. Setuju?" (selalu pergi kemanapun bersama)
Deepika menyemburkan air yang baru mengaliri tenggorokannya. Kaget!
"Setuju." Ucap Abhi santai.
Deepika makin keselek air liurnya sendiri. Abhi mendekati dengan menepuk-nepuk pelan punggung Deepika. Sani sudah ngomel-ngomel ala jalan tol yang mulusnya jangan diragukan lagi!
"Piye, siap mbojo karo aku?" (Gimana, siap nikah sama aku?) Bisik Abhi pelan. Hanya mereka yang dengar.
"Kalian sekongkol ya mas?" Deepika terlihat ingin menangis. Menangis bahagia!
"Kan aku udah bilang, manut aku. Mesti penak'e." (Patuh padaku. Pasti enaknya.)
mupon Tis, jgn trs terpaku sama Abhi yg sampe kapanpun tak akan bisa kamu raih
minta nyusul si Kuncup nginep di hotel prodeo keknya
emang lalat doyan ya
kepo banget pengin ikut nimbrung juga tu lalat
sukanya ngorek2 sesuiti yg bikin sakit, bikin luka
untung aja pasanganku laki2, bukan wanita🥶😅, karena wanita itu rumit, ribet
udh tau bakalan sakit ttp aja dia bahas, hingga ujung2nya ribut
tapi pereda keributan paling ampuh bwt pasangan suami istri biasanya gak jauh2 dari urusan 31++
mungkin awalnya dgn emosi, tapi biasanya berakhir dgn Ter menggeh2 bareng
konon katanya lho Ituuuu 👉👈