Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Aku tidak apa-apa." Gita menarik tangannya lalu dia berdiri dan mengguyur luka itu dengan air mengalir.
Arnav hanya tersenyum kecil. Dia membersihkan serpihan cangkir itu hingga bersih tak tersisa. Setelah itu dia masuk ke dalam kamar mandi.
Gita segera mengambil cangkir lagi dan membuat minuman untuk Arnav. Setelah itu dia letakkan di meja ruang tamu bersama cemilan lainnya.
Bodoh! Ngapain aku buatin minuman. Kan dia jadi gak pulang. Padahal aku mau usir dia.
Gita akan mengambil minuman itu lagi tapi urung karena Arnav sudah keluar dari kamar mandi. Dia melebarkan matanya melihat Arnav bertelanjang dada sedang berjalan mendekatinya. "Kenapa kamu gak pakai baju? Nanti kalau ada tetangga yang lihat dikira kita ngapa-ngapain."
Arnav hanya tertawa dan berjalan semakin mendekatinya.
Gita sudah ketakutan setengah mati. Dia semakin berjalan mundur tapi saat kakinya terhalang meja, Arnav justru melewatinya dan keluar dari rumahnya lalu membuka pintu mobilnya. Dia hanya ingin mengambil baju gantinya di mobil tapi Gita sudah berpikiran jauh.
Pipi Gita semakin memerah, akhirnya dia kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. "Apa aku usir saja? Aku malu." Gita menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Dia harus menahan rasa bosannya di dalam kamar tapi sepertinya Arnav tidak akan keluar dari rumahnya begitu saja.
Setelah Arnav memakai kaosnya, dia duduk di ruang tamu. Dia tersenyum melihat secangkir minuman sudah berada di atas meja.
Kangen sekali sama minuman yang kamu buat.
Arnav mengambil secangkir kopi itu lalu meminumnya perlahan. Tatapan matanya terus mengintai pintu kamar Gita yang masih saja tertutup rapat.
Akhirnya dia berdiri dan mengetuk pintu kamar itu karena dia datang ke rumah itu bukan untuk berdiam tapi untuk berbicara berdua dengan Gita.
"Gita, aku mau bicara sama kamu."
Tidak ada sahutan dari dalam kamar itu.
"Gita, kamu tidur?" tanya Arnav lagi.
Arnav kembali duduk di ruang tamu. Hari sudah mulai sore. Dia sudah janji untuk datang melihat Arvin di taman. Bagaimana kalau Gita malu dengannya dan tidak mau keluar dari kamar?
Arnav merasa bosan. Dia berdiri dan menyusuri rumah sederhana yang ada dua kamar itu. Tanpa sengaja dia melihat laptop Gita yang tergeletak di meja ruang tengah. Dia menggeser laptop itu dan membukanya.
Dia penasaran dengan novel-novel Gita yang lainnya. Jangan-jangan dia membuat kisahnya dengan berbagai series.
Arnav melihat beberapa dokumen. Bukan menuju file tulisan tapi dia tertarik membuka file video.
Aku lancang sekali membuka laptop Gita. Tidak apa-apa, dia sendiri saja tidak mau keluar dari kamar.
Kemudian dia memutar salah satu video itu.
"Kak Arnav, kamu curang! Aku kan belum siap."
Arnav melihat video kenangannya di masa lalu saat mereka bulan madu. Wajah Gita sangat cantik dengan tawa lepasnya. "Ternyata kamu masih menyimpan video ini. Kapan kamu bisa tertawa seperti ini lagi?"
Dia melihat lagi video pendek yang sangat menyentuh perasaannya. Saat Gita memberitahunya hamil Arvin.
"Kak Arnav akan jadi Papa."
"Kamu hamil, Sayang?"
Dia terus melihat video yang lainnya sambil tersenyum kecil. Hingga akhirnya dia berhenti di sebuah video yang membuat hatinya kembali tersentuh.
Video ini pasti waktu Gita hamil Vita.
Dia tersenyum dengan kedua mata yang berkaca melihat video singkat mulai dari Gita hamil sampai Vita lahir
"Cantik sekali." Arnav menjeda video itu saat Vita tersenyum. Dia meraba wajah lucu yang ada di layar laptop itu. "Maaf, Papa tidak menemani tumbuh kembang kamu."
Kemudian Arnav melanjutkan kembali video-video itu. Dia terus tersenyum melihat tingkah lucu Vita.
Tiba-tiba saja Gita keluar dari kamar dan menutup kasar laptop itu. "Kamu lancang sekali lihat laptopku!"
Arnav menahan tangan Gita saat Gita akan pergi meninggalkannya lagi. "Kamu masih menyimpan semua video kenangan kita."
"Kenapa? Kamu tidak suka? Aku akan menghapusnya."
"Bukan seperti itu. Aku hanya tidak menyangka semua kenangan itu masih tertata rapi dalam memori laptop kamu."
Gita meletakkan kembali laptopnya lalu duduk di dekat Arnav meskipun masih menyisakan jarak di antara mereka. Jangankan di laptop, di dalam ingatannya saja semua masih tertata rapi.
"Terima kasih kamu sudah merawat Vita dengan baik," kata Arnav. Dia terus menatap Gita dari samping.
Gita menganggukkan kepalanya. "Terima kasih juga kamu sudah merawat Arvin dengan baik."
"Kasihan mereka adalah korban dari keegoisan kita. 17 tahun terbuang sia-sia hanya karena salah paham. Aku sangat menyesal dengan semua itu. Andai aku tidak mendahulukan emosiku waktu itu, semua pasti baik-baik saja."
"Aku juga salah. Aku tidak tahu kalau Gibran memang sengaja merusak hubungan kita. Andai aku tahu sejak awal, aku juga tidak akan bekerja dengan dia. Aku yang bodoh. Aku juga sangat menyesal tapi semuanya telah terlambat untuk disesali. 17 tahun bukan waktu yang sebentar."
Arnav tersenyum kecil mendengar hal itu. Dia sedikit menggeser duduknya. "Iya, tapi kita masih punya sisa waktu untuk bersama lagi. Entah selama 17 tahun lagi atau lebih, kita bisa memperbaiki semuanya bersama-sama. Meskipun anak-anak kita sudah beranjak dewasa, pasti mereka juga masih ingin merasakan sebuah keluarga yang utuh."
Gita tak menyahuti perkataan itu. Detak jantungnya kembali cepat. Haruskah dia menjaga image-nya atau dia menerima Arnav kembali begitu saja? Dia menggenggam tangannya sendiri apalagi saat merasakan tatapan Arnav yang terus mengintainya.
"Gita, apa kamu masih mencintaiku?"
💕💕💕
Komen jangan lupa. 😁