Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia besar
Wanita itu sudah mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ruang bawah tanah yang digunakan untuk mengurungnya itu terlihat seperti ruang bedah. Bahkan peralatannya pun cukup lengkap, membuat wanita itu semakin bergidik ngeri.
Anna berjalan mendekatinya dengan peralatan lengkap layaknya seorang dokter yang akan melakukan tindakan operasi.
Wanita itu sudah menggelengkan kepala, dipikirannya Anna akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap dirinya.
"Berbaringlah," ucap Anna.
"Tidak, kamu mau apa?!" seru wanita itu sambil menggeser posisi duduknya agar bisa menjauh.
Anna memberi kode dengan matanya agar dia menoleh ke arah lengannya, wanita itu pun menurut dan segera menoleh. Oh rupanya Anna ingin mengobati lukanya.
"Kamu mau lukamu infeksi?" seru Anna.
Setelah mendengar ucapan itu, dia segera berbaring dengan perasaan takut.
"Kamu bisa mengeluarkan peluru ini?" tanya wanita itu seolah tak percaya dengan kemampuan Anna.
"Diamlah, nanti kamu juga akan tahu."
Anna memang bukan seorang dokter, bahkan ia tidak memiliki latarbelakang pendidikan di bidang kedokteran. Namun karena Anna sudah sering berhadapan dengan darah dan juga pistol, maka Anna mempelajarinya sendiri. Anna bahkan pernah merobek perutnya sendiri untuk mengeluarkan sebuah peluru yang bersarang didalamnya.
Bisa dibilang ruangan itu biasa dipakai Anna jika ia sedang terluka dan tidak bisa dirawat di rumah sakit.
Anna langsung merobek lengan baju wanita itu lalu menuangkan air untuk membersihkan lukanya.
"Auwww.. arkkkhhh!" Wanita itu merintih kesakitan.
"Ini bahkan belum seberapa," ucap Anna meremehkan wanita itu.
Anna sudah menuangkan air keras membuat rasa sakitnya semakin tak tertahankan. Selanjutnya Anna mengambil sebuah pisau bedah membuat sayatan kecil untuk mencari keberadaan pelurunya.
Sedangkan wanita itu hanya bisa memalingkan wajah sambil menutup kedua matanya. Jeritannya pun semakin kencang begitu pisau itu sudah menghunus dagingnya.
Anna terlihat begitu lihai melakukan tindakan yang sepantasnya dilakukan seorang dokter. Bahkan ia berhasil mengeluarkan pelurunya dengan cepat tanpa ada kesulitan. Kini Anna sedang menjahit luka sayatannya. Perlahan namun pasti, luka itu sudah tertutup sempurna dengan jahitan yang cukup rapi.
Begitu Anna membalutnya dengan perban, barulah wanita itu berani untuk menoleh.
"Bagaimana kamu melakukan semua ini?" tanya wanita itu.
Anna bangkit, melepas sarung tangan dan kacamata bedahnya lalu membuka maskernya. "Aku sudah bilang, aku bisa melakukan segalanya."
Wanita itu bangun lalu menyandarkan punggungnya di tempat tidur. "Namaku Rachel, kamu bisa memanggilku dengan nama itu."
Selesai mencuci tangan, Anna mendekati wanita itu dengan tatapan datar. Bahkan ia sudah mencondongkan badannya dengan kedua tangan meremas sisi ranjang.
"Rachel... Katakan siapa yang sudah memberitahu Mr Smith tentang Delia." Kedua mata wanita itu saling beradu, Anna tampak menatap dengan sengit, sedangkan wanita itu segera memalingkan wajahnya.
"Apa kamu bisa menjamin keselamatanku?"
Anna menegakkan badannya lalu melipat kedua tangannya di dada. "Selama kamu tetap berada disini, kamu aman. Tapi kalau kamu mencoba untuk kabur, jangan harap aku akan memberimu kesempatan kedua."
Rachel terdiam sejenak, cepat atau lambat Anna pasti akan menanyakan hal ini. Mungkin memang ia harus memberitahu Anna sekarang.
Rachel meminta Anna untuk mendekat lalu membisikkan sebuah nama ke telinganya.
Anna tak terlihat syok, ia seperti sudah menduga bahwa nama itu yang akan disebutkan oleh Rachel.
"Jadi Nyonya Margaret bekerjasama dengan Mr Smith?" tanya Anna.
"Bisa dibilang seperti itu, namun sebenarnya Mr Smith hanya memanfaatkan wanita tua itu."
Anna malah tertawa kecil. "Bodo.. Bagaimana bisa Nyonya Margaret meminta bantuan kepada Mr Smith hanya untuk menyingkirkan seorang gadis. Tindakan yang benar-benar ceroboh!" ucap Anna sambil menggebrak meja.
"Awalnya aku juga tak percaya, tapi aku mendengar sendiri Mr Smith berbicara dengan dia."
"Seharusnya Nyonya Margaret tahu jelas bagaimana Mr Smith sangat membenci Devan, dan kenapa setelah sekian lama Mr Smith kembali mengusik Devan," ucap Anna kesal.
Anna segera berbalik, menyambar jaket kulitnya hendak keluar dari ruangan itu.
"Ada satu hal yang kamu belum tahu," kata Rachel yang spontan membuat langkah Anna terhenti.
"Apa?" tanya Anna yang hanya menoleh.
"Sebenarnya Nona Belinda masih hidup."
Anna sudah membalikkan badannya dan segera mendekati Rachel untuk mencoba mencari kebenaran dari sorot matanya. "Apa yang kamu katakan?!"
"Setelah jatuh dari jurang, sebenarnya Nona Belinda koma. Dan dia baru siuman beberapa minggu ini."
"Lalu mayat siapa yang saat itu dikremasi. Bahkan aku dan Devan melihatnya sendiri," sentak Anna tak percaya.
"Mayat itu sudah disiapkan oleh Mr Smith, dia sengaja menyembunyikan Belinda agar Devan menjauhinya. Tapi..."
"Tapi kenapa?!"
"Saat Nona Belinda sadar, yang ia ingat hanya Devan. Bahkan Nona sama sekali tidak ingat siapa orang tuanya."
Tubuh Anna lemas, ia bahkan langsung terduduk dengan kasar. Kenapa semua ini harus terjadi, bagaimana jika Devan sampai tahu akan hal ini. Delia... Bagaimana dengan Delia?
Anna bahkan sudah menganggap Delia seperti adiknya sendiri. Begitu tahu, Devan pasti akan langsung menendang Delia dari rumahnya.
Batin Anna berkecamuk, rahasia besar ini sampai kapanpun harus ia simpan rapat-rapat. Tidak boleh ada yang tahu selain dirinya.
Anna yang kalut mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu ia menatap sebuah gunting. Anna segera berlari mendekati Rachel sambil mengarahkan gunting itu ke lehernya.
"Anna.. Apa yang kamu lakukan!" teriak Rachel sambil mencoba menahan tangan Anna dengan sekuat tenaga.
"Tidak.. Tuan Devan tidak boleh tahu jika Belinda masih hidup. Kamu harus mati agar rahasia ini tetap aman!" seru Anna.
"Anna.. Kamu sudah berjanji padaku untuk membiarkanku hidup."
"Itu tadi, tidak dengan sekarang!"
"Anna!!!"
Rachel menendang perut Anna menggunakan kakinya, membuat Anna terjatuh. Kesempatan itu dimanfaatkan Rachel untuk kabur dari tempat itu, namun pintu itu sudah terkunci dan yang membawa kuncinya adalah Anna.
"Kamu mencari ini?" ucap Anna sambil mengangkat sebuah kunci pintu.
"Anna.. Tolong.. Jangan bunuh aku. Aku sudah kasih tau semua rahasia Mr Smith, tapi kenapa kamu jadi begini," bentak Rachel.
"Rahasia ini cukup aku yang tau."
Anna semakin mendekat dengan tatapan membunuh. Bahkan tangan kirinya sudah bersiap menghunus jantung Rachel dengan sebuah pisau bedah.
"Aku bisa jamin kalau rahasia ini cuma kita yang tau. Aku akan tutup mulut. Aku janji Anna!!!"
Rachel sudah kelabakan, ia tidak tahu harus lari kemana lagi.
"Anna.. Please.. Aku mohon."
Rachel bahkan sudah bersimpuh memohon belas kasihan dari Anna.
Anna berjongkok, menatap manik coklat Rachel lekat-lekat.
"Jika pun aku mati, Mr Smith tetap akan mencari Devan untuk memberitahukan kabar ini. Coba kamu pikir baik-baik. Aku masih berguna buat kamu. Anna ayolah.. Jangan bodoh!"
Anna dilanda kebimbangan. Namun jika memikirkan kembali ucapan Rachel, Mr Smith tidak akan kehabisan akal untuk menemui Devan. Bahkan dirinya tidak akan mampu untuk melawan Mr Smith yang seorang mafia besar.
"Anna.. Aku mohon..."
BERSAMBUNG...