Penjara Hasrat Kakak Tiri Kejam

"Lupakan Kakakmu itu, Nara. Sekarang hanya ada kita berdua saja disini, hanya kita berdua." Ucap Rusli dengan penuh penekanan di akhir, pria tua itu menatap Nara dengan senyuman sinisnya.

Apa yang bisa Nara lakukan sekarang, ia menjerit juga tidak akan didengar sang Kakak mengingat kamar ini kedap suara. Nara ingin pergi dari kamar yang penuh bahaya ini, tapi tentu saja Rusli tidak akan melepaskan Nara begitu saja. Secara tiba-tiba mendorong tubuh Nara hingga jatuh keatas tempat tidur.

Tatapan mata Rusli seakan harimau yang sedang kelaparan, ia ingin menikmati tubuh Nara malam ini. "Akhirnya aku bisa merasakan tubuhmu juga, Nara.." Ucapnya, tangan Rusli memegang pipi Nara yang memerah.

Wajah Nara memang sangat cantik, memiliki body yang bagus meskipun masih usia 17 tahun. Nara benar-benar seperti mendiang ibunya, cantik dan menggoda.

"Jack telah membesarkan anak angkat yang sangat cantik, menggoda juga. Tidak salah kalau kau melayani aku, Nara.."

Nara semakin ketakutan, ia menangis meminta rasa iba yang mungkin saja dihati Rusli untuknya saat ini. "Jangan lakukan hal itu, Paman. Jangan, kasihanilah aku.." Nara meminta ampun, ia mengeluarkan air mata yang sangat deras sebagai bentuk rasa tertekan yang ia rasakan.

Bukan merasa iba melainkan Rusli tertawa kencang, memangnya siapa yang bisa menghentikan semua niatnya kali ini.

"Tidak! Aku sudah susah payah membohongi Noah yang pintar itu, kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan, Nara!" Bentak Rusli, ia menarik kaki Nara lalu mengecup telapak kaki Nara yang sangat lembut.

Dari aromanya saja sudah membuat Rusli semakin bernafsu, ia menikmati kaki Nara mulai dari telapak hingga sampai mau ke lutut.

BRAK

Tiba-tiba saja pintu didobrak hingga semua aktivitas Rusli terhenti, pria tua itu melepaskan kaki Nara. Menatap tajam Nara yang menangis sesenggukan, wanita cantik itu gagal ia nikmati malam ini.

"Kak, tolong Nara.." Ucap Nara yang mengigil ketakutan diujung tempat tidur sana, semakin membuat kemarahan Noah memuncak.

"Noah, Paman bisa menjelaskan semuanya. Nara yang menggoda Paman, dia memamerkan tubuhnya lalu mengajak Paman untuk_"

"Tidak, Kak! Tidak seperti itu, Nara tidak pernah menggoda Paman. Sama sekali tidak!" Bantah Nara, ia berusaha untuk bangkit menyakinkan Noah yang tetap diam diambang pintu kamar.

Mata tajam Noah melirik kearah Rusli yang tetap santai, pria tua itu seakan benar-benar yakin jika Nara yang menggodanya.

"Aku ini Pamanmu, Noah. Nara yang menggoda Paman, sejak kapan Nara berubah menjadi jalang seperti ini?"

"Diam kau! Kau yang mau memperkosa aku!" Teriak Nara, ia menatap nyalang Rusli yang malah menatapnya santai.

"Buktinya pakaian mu malam ini, Nara. Kau menggodaku, jangan beralasan lagi." Rusli tetap bersikukuh dengan apa yang ia katakan, merasa sedih karna Nara melakukan tindakan tidak senonoh padanya.

Noah melangkah masuk kedalam kamar, ia terus menatap tajam Rusli yang menunduk. "Aku lebih tahu Nara dari pada Ayahku sendiri, Paman. Kau salah telah menipuku malam ini!" Noah murka, tanpa perhitungan sedikitpun tentang siapa Rusli dalam keluarganya langsung Noah menghajar habis-habisan Pria tua itu.

Menghajar secara membabi buta hingga Rusli menjerit kesakitan. "Apa yang telah dia lakukan padamu, Nara?! katakan!" Perintah Noah, ia mencekik lahir Rusli hingga wajah pria itu memucat.

Nara yang kebingungan serta masih ada rasa takut menunjuk saja ke arah telapak kakinya. Mata Noah semakin tajam fakta itu membuat kemarahannya semakin memuncak, langsung Noah seperti mematahkan telapak kaki Rusli dengan semudahnya.

"Menyentuh kaki Nara bahkan menciumnya sama saja kau meminta kakimu ini patah, Paman!"

"Aaaaaaaaaaa! Sakit, Noah! Kakiku..." Rusli menjerit kesakitan, ia jatuh pingsan dibawah tubuh Noah yang menguasai tubuhnya. Rusli tidak sadarkan diri dengan posisi tubuh penuh luka dan banyak darah, Noah menghajarnya tanpa ampun tadi.

Mata Nara tertuju pada Erlin yang berdiri diambang pintu menatap semua hal yang telah terjadi pada ayahnya. Anehnya Erlin hanya diam menunduk saja, seolah tidak mau tahu. Tapi, hanya sebentar Erlin sudah menatap Nara penuh dendam dan ancaman. Barulah Erlin berlari pergi seperti tidak mau tahu apa yang telah terjadi pada Ayahnya.

"Kau tidak apa-apa, Nara?" Tanya Noah, ia menarik tangan Nara untuk bangkit. Merapikan pakaian Nara yang berantakan, memperhatikan setiap sisi tubuh Nara.

"Aku tidak papa, Kak. Kakak telah menyelamatkan aku, mungkin saja kalau Kakak terlambat sedikit saja tadi aku akan_"

Jari telunjuk Noah mendarat pada bibir merah delima Nara hingga tidak melanjutkan ucapannya lagi. Noah memeluk Nara sangat erat, satu detik saja ia terlambat bisa menciptakan hal yang sangat berbahaya untuk Nara.

"Tenang, aku ada disini. Tenanglah.." Noah terus menenangkan Nara, ia memeluk wanita itu sangat erat.

Sebenarnya Noah sudah curiga tadi mengingat secara tiba-tiba Erlin mengadu terluka padanya. Untung saja Noah bisa cepat menyelesaikan drama Erlin hingga bisa kembali ke kamar lagi.

"Besok kita pulang ke Jakarta, soal Paman Rusli akan aku masukan penjara saja." Ucap Noah, ia menelpon Jack untuk mengadukan semua yang terjadi.

Noah tidak akan memberikan ampun begitu pula Jack, meskipun kecewa tetap Jack setuju dengan langkah yang akan diambil Noah. Dengan satu persyaratan jika Erlin harus ikut tinggal bersama keluarga mereka, mengingat Clara tidak sampai hati jika meninggalkan Erlin seorang diri di Villa pegunungan.

•

"Jadi, Erlin akan ikut tinggal bersama kita, Kak?" Tanya Nara disaat Noah tengah menutup kamar untuk segera beristirahat.

"Kata Mama dan Ayah seperti itu, jadi nanti kau ada temannya untuk berangkat sekolah bersama." Jawab Noah, ia merapikan tempat tidur tapi tidak lepas memperhatikan Nara yang terus menunduk.

Baiklah, Noah mengerti jika Nara tidak menyukai Erlin. Bukan karna iri melainkan Nara merasa tidak nyaman dengan Erlin yang sok deka dengannya.

"Tidurlah, sudah larut malam.." Perintah Noah dengan sangat lembut, sehingga lamunan Nara buyar.

Nara merangkak naik keatas tempat tidur, ia memeluk Noah yang memang sudah rebahan. Kedua kaki Nara melingkar ditubuh Noah, tanpa sengaja menyenggol adik Noah. Langsung saja menegang sempurna hingga Noah meringis, padahal hanya ingin tidur saja malam ini.

"Setidaknya satu ronde dulu, baru kau Kakak izinkan untuk tidur." Secara tiba-tiba Noah merubah posisi hingga Nara berada dibawah tubuh tegapnya.