Hans, CEO Muda yang arogan dan terkenal Mesum ini, salah meniduri wanita yang di kira wanita malam yang telah dia pesan, namun ternyata Seorang gadis pekerja di hotel tersebut, yaitu Lianne Lindsey, gadis yang masih berusia 20 tahun...
.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menaruh sesuatu
“Hey, Hans. Lama tidak bertemu. Kau sudah lama tidak lagi pergi ke bar akhir-akhir ini,”
Hans menoleh menatap seorang pria tampan yang sedang memegang botol kaca berisi anggur di dalam nya untuk diminum.
“Lama tidak bertemu juga, Max. Akhir-akhir ini aku mempunyai banyak pekerjaan.” jawab Hans
“Pantas saja aku tidak pernah melihat mu. Oh, hey, Devan. Bagaimana kabar mu?” pria bernama Max itu balik bertanya pada Gilbert.
“Baik. Bagaimana dengan kabar mu?”
“Tentu kabarku baik. Kalian ingin minum sesuatu?”
“Ah, aku tidak minum hari ini, tenggorokan ku terasa sakit.” tolak Devan.
“Seperti biasa.” jawab Hans menaruh kedua tangan pada meja bar counter.
“Baiklah,”
“Aku kira dia sudah tobat,” gumam Devan terdengar malas melihat kelakuan Hans
“Ini dia.” Max memberikan gelas berisi air putih itu pada Hans. Namun, itu bukan air putih biasa.
“Terima kasih, Max.” baru aja Hans ingin mengambil gelas itu, tiba-tiba seorang pria berbaju hitam dan juga topi berwarna senada itu menabraknya membuat Hans menoleh. “Apa yang kau lakukan?!”
“Ma—maaf, kan aku.” balas pria itu sedikit menunduk sebelum pergi dari sana.
“Ck! Sialan!” umpat Hans mengambil gelas tersebut dan meminum minuman beralkohol itu hingga tandas tak tersisa. Tanpa ia sadari, pria misterius itu sudah menaruh sesuatu pada minuman milik nya.
“Berhasil! Sekarang aku tinggal menunggu reaksinya saja.” gumam pria itu dari jauh.
Beberapa detik kemudian.
Hans tampak mendesis tertahan saat suhu tubuhnya terasa panas. “Apa yang terjadi padaku?” gumam pria tampan itu seraya melepaskan jas miliknya. Keringat membanjiri pelipis serta leher Hans dengan begitu deras.
“Tuan, apa anda baik-baik saja?” tanya Devan setelah menyadari keadaan Hans yang terlihat tidak nyaman.
“Aku merasakan sesuatu yang aneh. Max, apa kau menaruh sesuatu pada minumanku?”
“Tidak memangnya kenapa?”
“Sial, tubuhku terasa sangat panas.”
Max dan juga Devan saling memandang satu sama lain setelah mendengar jawaban itu.
“Aku sama sekali tidak menaruh sesuatu pada minuman mu.” terang Max dengan dahi mengernyit heran.
“Kalau begitu, saya akan mengantar anda untuk pulang—” ucapan Devan terhenti saat seseorang tiba-tiba datang dan duduk pada pangkuan Hans.
“Hay, Tuan. Apa hari kau ingin dipuaskan olehku?” tanya wanita malam itu sembari mengalungkan tangan pada leher Hans, lalu hendak mencium bibir pria itu, tapi segera di tahan.
“Siapa kau?!” hardik Hans menyentak tangan wanita itu dengan kuat. “Pergi!” Hans mendorong tubuh itu sedikit kuat hingga wanita itu terjatuh pada lantai yang dingin. Ia lantas berdiri dari sana dengan sisa-sisa kesadaran yang kian semakin menipis.
“Hey, kau ingin pe—”
Plak!
“Berani-beraninya kau menyentuh ku!” sentak Hans menepis kasar tangan itu.
“De-Devan, sebaiknya kau membawa Hans pulang sekarang.”
“Ya, Tuan mari, saya akan mengantarkan anda untuk pulang ke mansion.” ujar Devan membawa Hans pergi dari sana, ia takut Hans akan menghabisi nyawa wanita malam itu.
Setelah membawa Hans keluar pergi ke mobilnya, Devan segera membuka pintu dan menyuruh Hans masuk ke sana. Tanpa sepatah katapun, Devan segera mengemudikan mobil itu untuk menuju mansion.
▪️▪️▪️
Setengah jam kemudian.
“Tuan, kita sudah sampai di mansion, saya akan mengantar anda untuk pergi ke kam—Tuan!” Devan yang baru saja hendak turun dari mobil langsung terkejut saat Hans sudah memasuki mansion mewah itu dengan cepat.
Sedangkan disisi lain, tepatnya di kamar
Lianne tampak mondar-mandir tak jelas memikirkan Hans sekarang, tadi Devan menelponnya, dan mengatakan keadaan Hans. Jadi sekarang, Lianne sedang menunggu kedatangan mereka saja di kamar.
Tok!
Tok!
Tok!
Ceklek!
“Kau sudah pu—”
Grep!
“Eh?!” Lianne membulatkan mata karena pelukan tiba-tiba dari Hans, akibatnya ia jadi terhuyung dan hampir jatuh ke belakang jika tidak ada tembok disana untuk menahan nya.
“Apa kau sakit?” tanya Lianne merasakan suhu tubuh Hans tidak seperti sebelumnya.
“Tidak,” suara serak itu terdengar bersamaan dengan gelengan kepala dari sang empu beberapa kali.
“Lalu kau—”
Cup!