"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"
~Varissa
_____________________
Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.
Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.
"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.
Pembalasan pun akhirnya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Mauren cemburu
Pukul 5 sore, terlihat mobil yang biasa dikemudikan Erik memasuki pekarangan rumah. Seperti biasa, Varissa bergegas menuju pintu utama sambil tersenyum manis untuk menyambut kedatangan sang suami.
"Kenapa, Mas? Ada masalah?" tanya Varissa yang menyadari bahwa mimik muka sang suami tampak begitu suram dan tertekan.
"Cuma sedikit lelah aja. Biasalah! Masalah kerjaan," jawab Erik sembari melepaskan dasi yang sedari pagi terus mengikat lehernya.
Tentu saja Varissa tidak langsung percaya. Ia tahu bahwa hal yang membuat suaminya bisa sefrustasi ini sudah pasti adalah Mauren. Namun, seperti biasa dia tetap berpura-pura menelan kebohongan Erik begitu saja.
"Mas, malam ini kita makan malam bareng yuk diluar!" ajak Varissa dengan senyum lebar.
"Tumben?" Erik mengangkat kedua alisnya. Tidak biasanya Varissa meminta sesuatu seperti ini sebelumnya.
"Pengen aja. Kan, udah lama juga kita nggak pernah makan malam romantis berdua," jawab Varissa. "Mau, ya? Please!" mohonnya sambil bergelayut manja dilengan Erik.
Erik tertawa lebar sambil mencubit pipi Varissa gemas. "Oke! Kalau gitu, aku mandi dulu. Kamu cepetan booking restonya, gih!"
"Iya, Mas!" angguk Varissa.
Selepas Erik masuk ke dalam kamar mandi, Varissa lantas tersenyum sinis. Dia kemudian merogoh ponsel dari dalam saku celana jeansnya. Mengetik sebuah pesan teks untuk seseorang yang ingin dia buat semakin sakit hati dan hancur.
[Pasola d'Ritz pukul 8 malam table no.10]
Typing....
Mauren
[Siapa nih?]
[Datang saja jika ingin tahu]
Varissa kembali menon-aktifkan ponsel yang dia gunakan. Dia ingin Mauren semakin penasaran dan menerka-nerka siapa sebenarnya yang sudah membuatnya celaka dan mengiriminya pesan itu. Akan dia hancurkan akal sehat Mauren terlebih dulu karena Varissa tahu bahwa rencana Erik hanya bisa berantakan jika Mauren yang mengacaukan segalanya.
Pukul 7 malam, Varissa sudah tampil cantik dengan balutan dress hitam panjang yang tampak glamor. Make-up sedikit bold dengan anting berlian berbentuk hati yang ia kenakan semakin menambah kecantikannya malam ini. Bahkan, suaminya sendiri saja terlihat pangling saat menatap betapa sempurnanya sang istri malam ini.
"Cantik banget kamu, Sayang! Jadi, berasa nggak kepingin pergi, deh!" puji Erik sambil menghirup aroma harum dileher jenjang Varissa.
"Mas," Varissa berusaha menjauhkan Erik darinya. "Aku udah terlanjur booking table loh. Masa' nggak jadi?" ucapnya beralasan.
Erik mau tak mau harus bisa mengerti. Benar juga. Malam ini mereka sudah punya rencana dan kata Dokter Imran, dia dan Varissa belum boleh berhubungan suami-istri sampai kurang lebih satu bulan ke depan. Terdengar bodoh memang. Tapi, Erik tetap percaya karena yang memberitahu adalah Dokter veteran yang sudah berkecimpung didunia medis selama lebih dari puluhan tahun.
"Ya udah, deh! Terpaksa harus puasa lagi kalau gitu," ucap Erik dengan nada kecewa.
"Puasa? Bukannya hampir tiap hari kamu sama selingkuhanmu itu selalu main, Mas? Puasa darimananya?"
"Sabar ya, Mas! Segera setelah kondisi aku benar-benar sudah membaik, aku pasti akan memenuhi kewajibanku sebagai istri secara penuh seperti dulu lagi.Tapi...," Varissa sengaja menjeda kata-katanya.
"Tapi apa, Va?"
"Kamu nggak ada main sama perempuan lain selama aku sakit, kan?"
Erik mengusap wajahnya kasar sembari tertawa keras. Jelas sekali bahwa lelaki itu sedang mencoba menyembunyikan kebohongan.
"Ma-mana mungkin, Sayang!" jawabnya mengelak. "Cinta aku itu cuma sama kamu. Mana mungkin aku bisa berbuat seperti itu dengan perempuan lain yang bukan istriku. Aku masih pria terhormat yang juga mencintai wanita terhormat sepertimu," tukas Erik dengan tangan yang mencubit gemas dagu Varissa.
"Terhormat? Terhormat darimana?" sinis Varissa dalam hati. Wanita cantik itu kemudian merapatkan tubuhnya ke tubuh sang suami. Kedua lengannya ia lingkarkan di leher Erik dengan bibir yang tersenyum begitu manis.
"Kamu nggak lagi bohongin aku kan, Mas?" Varissa sengaja menatap tajam Erik.
"Hahahaha... Mana mungkin, Va! Ya, nggaklah!" jawab Erik gugup. Sepasang netranya berusaha untuk tidak bersitatap dengan netra Varissa.
"Daripada kelamaan ngobrol, mending berangkat sekarang, yuk!" ajak Erik mengalihkan pembicaraan. Rangkulan Varissa dilehernya ia lepaskan lalu berjalan lebih dulu keluar dari kamar untuk turun ke bawah.
Tak berselang lama, Varissa menyusul sambil menertawakan Erik yang ternyata memang benar-benar tidak punya bakat untuk berbohong. Tapi anehnya, kenapa dulu Varissa selalu bisa percaya, ya?
"Ini restonya?" tanya Erik seusai mobil yang ia kemudikan tiba didepan sebuah restoran mewah dengan nuansa klasik bergaya Eropa.
"Iya. Ini restoran favorit Papa semasa hidup," jawab Varissa sambil melepaskan seatbelt dan bersiap untuk turun dari mobil.
Setelah memberikan kunci mobil pada petugas valet, Erik menggandeng Varissa memasuki restoran berkelas itu. Kepalanya mendongak dengan angkuh. Seolah ingin menyatakan bahwa dia adalah seseorang yang harus di agungkan oleh para pegawai di resto itu.
"Kok ada kue tart segala?" tanya Erik heran saat seorang pelayan meletakkan sebuah kue tart di meja mereka.
Usia mengucapkan terimakasih pada dua orang pelayan yang bergantian meletakkan berbagai hidangan di mejanya, Varissa lalu menjawab pertanyaan sang suami dengan senyuman.
"Hari ini 'kan ulangtahunnya Papaku. Masa' kamu lupa, Mas?" ucap Varissa yang tengah sibuk menyalakan lilin diatas kue tart tersebut.
Varissa kemudian menyatukan kedua telapak tangannya. Menutup mata rapat-rapat sambil mendoakan mendiang sang Ayah dalam hati.
"Happy birthday, Papa!" ucapnya usai membuka mata dan langsung meniup lilin yang menyala tadi.
"Maaf, Sayang! Aku lupa," kata Erik.
Varissa menghela nafas panjang. Ia lalu memberi kode kepada seorang pelayan untuk mengambil kue tart itu kembali agar dibungkus untuk para pekerja di rumahnya.
"Bukannya, kamu memang selalu lupa, Mas?" ujar Varissa enteng. "Dari jaman kita pacaran, kamu memang nggak pernah ingat, kan? Jangankan ulangtahun Papa, ulangtahun aku aja, kamu sering lupa."
Erik benar-benar merasa tak enak hati. Perkataan Varissa terasa menancap tepat di ulu hatinya. Terdengar biasa namun mengandung makna bahwa Erik bukan lelaki yang perhatian. Namun, lelaki itu selalu punya cara untuk meluluhkan hati sang istri. Dengan cepat, dia memberi kode kepada seorang pianis untuk memainkan lagu romantis yang memang sudah dia minta saat berpura-pura ke toilet beberapa saat yang lalu.
Saat lagu romantis dimainkan, Erik tiba-tiba berlutut di samping Varissa. Sebuah kotak beludru berwarna merah ia keluarkan dari saku jasnya lalu membukanya secara perlahan.
"Boleh aku pakaikan di leher kamu?" tanya Erik setelah mengeluarkan isi dari kotak beludru itu. Sebuah kalung berlian dengan liontin berbentuk sepasang merpati ia kenakan dileher Varissa setelah wanita itu menganggukkan kepala.
"Terimakasih, Mas!" ucap Varissa dengan mata berkaca-kaca.
"Boleh aku dansa sama kamu, Sayang?" tanya Erik dengan tangan terulur dan tubuh sedikit membungkuk.
"Tentu," angguk Varissa sambil menerima uluran tangan dari Erik.
Keduanya berdansa dengan begitu mesra. Varissa bahkan sesekali mengecup bibir suaminya dengan penuh kelembutan. Ketika dia memeluk tubuh sang suami, senyum sinis muncul di sudut bibirnya saat melihat seseorang sedang memperhatikan mereka dari jauh.
"Bagaimana rasanya, Mauren? Apa kamu sakit hati?" gumam Varissa kala melihat selingkuhan sang suami bergegas pergi dengan air mata yang mengalir.
Dan itu hanya kepadamu Dikta,,,,🤭🥰