KESHI SANCHEZ tidak pernah tahu apa pekerjaan yang ayahnya lakukan. Sejak kecil hidupnya sudah bergelimang harta sampai waktunya di mana ia mendapatkan kehidupan yang buruk. Tiba-tiba saja sang ayah menyuruhnya untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang di sekelilingnya di tumbuhi hutan belukar dengan hanya satu orang bodyguard saja yang menjaganya.
Pria yang menjadi bodyguardnya bernama LUCA LUCIANO, dan Keshi seperti merasa familiar dengan pria itu, seperti pernah bertemu tetapi ia tidak ingat apa pun.
Jadi siapakah pria itu?
Apakah Keshi akan bisa bertahan hidup berduaan saja bersama Luca di rumah kecil tersebut?
***
“Kamu menyakitiku, Luca! Pergi! Aku membencimu!” Keshi berteriak nyaring sambil terus berlari memasuki sebuah hutan yang terlihat menyeramkan.
“Maafkan aku. Tolong jangan tinggalkan aku.” Luca terus mengejar gadis itu sampai dapat, tidak akan pernah melepaskan Keshi.
Hai, ini karya pertamaku. Semoga kalian suka dan jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasyhamor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Pasangan
Keshi berjalan sambil menatap rak-rak di sisi tubuhnya, banyak bahan-bahan makanan maupun snack-snack yang menggiurkan. Keshi menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh berbelanja banyak karena bawanya nanti akan sulit.
Luca berada di belakangnya, mendorong troli berisi bahan-bahan makanan yang akan menjadi persediaan mereka selama di rumah.
Mati-matian Keshi menahan senyum lebar mendapati kondisi ini, mereka berdua terlihat seperti sepasang suami dan istri yang sedang berbelanja bersama.
“Apa Anda ingin mencoba susu ini?” seorang sales wanita mendatangi Luca dan Keshi sambil membawa nampan dengan gelas-gelas kecil berisi susu.
Keshi menatap susu itu dan meraihnya, lalu meneguknya. Gadis itu mencecap rasa manis yang muncul dari susu tersebut.
“Ini enak.” celetuk Keshi dengan senyum tipis kepada sales tersebut.
Seorang wanita yang menjadi sales itu pun membalas senyum dengan senang. “Ini produk susu ibu hamil yang kadar gulanya rendah, jika Anda menginginkannya, Anda bisa pergi ke rak sebelah.”
Keshi melongo, mulutnya menganga mendengar penuturan itu.
Apa katanya tadi?
“Susu ibu hamil?!” tanpa sadar Keshi menaikkan nada bicaranya, ia tak menyangka untuk pertama kalinya bisa merasakan rasa susu ibu hamil.
Sales itu terlihat bingung, tetapi dia tetap menampilkan senyum tenang.
“Ya? Anda sedang hamil, bukan?” sales itu pun menunduk, melihat perut Keshi yang sedikit menonjol.
Luca di belakang sana tertawa kecil menontonnya, ia menutup mulutnya dengan punggung tangan.
“In-ini bukan hamil!” jawab Keshi dengan kesal.
“Maafkan saya, saya pikir Anda sedang hamil dan pergi kemari bersama suami Anda.”
Luca terbatuk tiba-tiba. Keshi menahan kesal dan malu saat ini, wajahnya kini sama seperti sebelumnya, sangat amat memerah.
“Ka-kami bukan …. “
“Ya? Bukan?” wanita sales itu mengerutkan dahinya bingung mendengar gadis di hadapannya menggantung ucapannya.
“Ka-kami bukan suami dan istri!” Keshi berlari kecil kearah lain menuju rak di sebelahnya, tak mau berlama-lama berhadapan dengan sales itu.
Meninggalkan Luca yang kebingungan saat melihat Keshi yang sudah berlari cepat kearah lain.
“Ah, maafkan saya, Tuan.” ucap sales itu, sedikit malu karena salah paham.
“Hm, tidak apa.” Luca menjawabnya sambil mendorong trolinya melewati tubuh wanita itu, ia berjalan mendekati Keshi yang sedang memegang sebuah kotak dan membaca sesuatu di sana.
“Nona Keshi.” pria itu memanggilnya.
Keshi masih malu dengan kejadian barusan, saat Luca sudah berdiri di sebelahnya, Keshi segera menjauh dan menutup wajahnya dengan rambut panjangnya supaya Luca tidak dapat melihat wajahnya yang memerah.
“Kamu baik-baik saja?” Luca bertanya khawatir.
“T-tidak, aku baik-baik saja!” jawab Keshi, masih tetap mengalihkan wajahnya kearah lain.
Luca menahan senyum melihatnya, majikannya yang malu seperti itu malah terlihat lucu di matanya.
...\~\~\~...
Dua kantung belanjaan sudah berada di kedua tangan Luca. Awalnya Keshi ingin menawarkan diri untuk membawa satu, tetapi Luca bilang jika itu sangatlah berat.
Dan benar saja bahwa itu memang berat sekali. Jadi mau tidak mau Keshi membiarkan Luca yang membawanya. Kini keduanya sedang menyeberang jalanan menuju hutan untuk sampai ke rumah terpencil mereka.
Langit jingga mewarnai perjalanan mereka menuju rumah, untungnya matahari di atas sana belum turun sehingga masih dapat menyinari hutan ini.
“Luca, ada satu pertanyaan yang ingin kutanya padamu.” ucap Keshi sambil terus berjalan di sebelah Luca.
“Hm?”
“Ap-apa….”
“Apa?” tanya Luca penasaran, kepalanya menunduk menatap wajah Keshi.
“Waktu kita berdua ada di dalam toilet rumah Nina….saat itu kau men-men..menciumku. Aku sehabis muntah, apa kamu tidak jijik?” tanya Keshi malu-malu, kepalanya menunduk dalam, tidak ingin melihat wajah bodyguardnya yang sudah mencuri ciuman pertamanya.
“Tidak.” satu kata itu membuat Keshi mendongak dan membalas tatapan Luca yang sejak tadi sudah menatapnya.
“Kamu seharusnya jijik.”
“Tidak.” jawab Luca tegas, tak terbantah.
“Apa kamu sebelumnya sudah pernah berciuman dengan wanita lain?” Keshi bertanya penasaran.
“Denganmu adalah pertama kalinya bagiku.” jawab Luca.
Keshi menunduk, senyum lebar nan bangga terpatri di wajahnya. Ia senang bukan main ketika mendengar jawaban Luca.
“Itu juga pertama kalinya bagiku.” sahut Keshi dengan nada sedikit bangga, selama 19 tahun ia hidup, baru satu kali saja ia berciuman dengan satu pria dan itu adalah Luca.
“Sejujurnya itu tidak bisa di sebut berciuman, hanya saling menempelkan bibir.” ucap Luca.
Keshi mengangguk paham, ia paham sekali hal seperti itu.
Luca tiba-tiba saja berhenti berjalan, membuat gadis itu juga menghentikan langkahnya dengan dahi berkerut kasar.
“Kenapa berhenti?” Keshi bertanya saat melihat Luca menaruh dua kantung belanjaan mereka ke bawah tanah.
Sedetik kemudian kedua mata Keshi melotot, kaget mendapati Luca tiba-tiba saja mendorong tubuhnya dan menempelkan punggungnya pada batang pohon besar di belakangnya.
“Luca?” Keshi mendongak, melihat tatapan Luca yang terlihat ganjil.
“Ini baru yang namanya berciuman.” tak lama kemudian Luca menempelkan bibirnya pada bibir Keshi.
Mula-mulanya hanya kecupan, kemudian berubah menjadi lumatan kasar yang membuat Keshi kalang kabut. Luca seperti kesetanan mencium bibirnya.
“Luc …. !” Keshi terengah-engah, pernapasannnya terputus-putus. Ia melepas ciuman itu untuk menarik napas dalam.
Tetapi Luca segera menciumnnya lagi dengan berantakan dan kasar, sangat menuntut seakan mereka adalah pasangan yang baru saja bertemu dengan waktu yang cukup lama.
“Luca, hentikan!” Keshi memberontak keras dan melepaskan ciuman itu.
Kepala gadis itu menunduk sambil memukul-mukul dadanya, ia hampir mati kehabisan napas karena ciuman dari Luca. Tubuhnya membungkuk guna menarik napas dalam.
“Maafkan aku.” Keshi mendongak saat mendengar suara Luca.
Kedua telinga pria itu sangat memerah, wajahnya terlihat sangat bersalah karena bisa melakukan kejadian barusan.
“Aku tersulut nafsu. Tolong maafkan aku, Nona Keshi.” ucap Luca lagi, benar-benar merasa bersalah.
Keshi mengangguk. “Ya, tidak apa-apa—Aw!” gadis itu menunduk, melihat kakinya yang tidak sengaja tergores oleh akar tajam dari pohon yang mencuat keluar.
Keshi berjongkok sambil terus mengaduh sakit, darah kini keluar membasahi kakinya.
“Tunggu sebentar, saya akan membalutnya dengan kain.” Luca ikut berjongkok, ia mengeluarkan kain putih dari saku celananya dan membalut luka di kaki majikannya.
“Sakit.” Keshi terus meringis sakit, itu terasa ngilu saat kain tersebut menyentuh lukanya.
“Tidak ada air di sini. Kamu harus menahannya hingga kita sampai di rumah. Naik ke punggungku, Nona Keshi.” Luca membalik tubuh, menunjukkan punggungnya pada Keshi supaya gadis itu naik dan Luca bisa menggendongnya menuju rumah.
“Tidak mau, aku berat!” Keshi menggeleng.
“Tidak, kamu tidak berat. Ayo, kita harus secepatnya sampai rumah sebelum malam, dan sebelum lukamu semakin parah.”
Keshi terdiam, ia meneguk ludahnya. Pikirannya kosong karena sehabis berciuman dengan Luca. Mau tidak mau Keshi menurut dan naik ke punggung Luca.
“Apakah aku berat?” tanya Keshi saat tubuhnya sudah berada di punggung Luca, dengan pria itu kini beranjak berdiri dan berjalan menuju rumah.
“Tidak, kamu tidak berat.”
“Maaf dan terima kasih, Luca.”
“Seharusnya aku yang meminta maaf, maafkan aku tentang kejadian barusan.”
Keshi mengalungkan kedua tangannya pada leher Luca, ia membawa kepalanya untuk menumpu di bahu kekar bodyguardnya.
“Ya, tidak apa-apa.”