"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 21
Setelah itu Narendra dan Alena saling bertukar cerita.
beberapa saat kemudian.
"paman, paman...!"ujar Alena sambil mengguncang tubuh Narendra.
"waduh, sepertinya paman sedang m*buk...! Sebelumnya paman tidak pernah minum sampai mabuk, apakah saat di rumah paman khawatir jika ada operasi dadakan jadi dia tidak pernah m*b*k...?"ujar Alexa dalam hatinya sambil menatap wajah Narendra.
"paman, paman...!"ujar Alena sambil mengguncang tubuh Narendra dengan sangat keras.
"hmmm...!"hanya gumaman yang keluar dari mulut Narendra.
"paman sebaiknya kamu pergi mandi dulu, setelah itu baru kamu pergi tidur."ujar Alena.
"hmmm...! Iya."ujar Narendra dengan mata yang tertutup.
Karena Narendra tidak bergerak, Alena kemudian langsung memapah Narendra masuk ke dalam kamarnya.
Alena memapah Narendra dengan terhuyung-huyung.
"paman, air panasnya sudah aku siapkan, kamu bisa mandi sendiri kan...?"ujar Alena sambil mendudukkan pamanya di atas tempat tidur.
"aku bisa, tapi bagaimana dengan piring-piring yang di atas meja...?"ujar Narendra sambil tetap memejamkan matanya.
"paman kamu tidak perlu memikirkan hal itu, aku yang akan membereskan semuanya."ujar alena.
"maaf ya aku merepotkan kamu."ujar narendra.
"paman, kamu Jagan sampai ketiduran di dalam kamar mandi ya...!"ujar Alena sambil berjalan menuju ke Meja makan.
"iya baiklah."ujar narendra.
Alena kemudian langsung membereskan semua yang berada di atas meja, Alena mencuci semua peralatan masak dan piring kotor dengan sangat cepat.
"akhirnya selesai juga."ujar Alena sambil mengelap tangannya.
Tiba-tiba saja Alena teringat dengan narendra.
"seharusnya sekarang paman sudah pergi tidur kan...? Eh...! tapi tunggu dulu, Jangan-jangan dia malah ketiduran di dalam bathtub lagi...? Aku harus segera memastikan nya"ujar Alena sambil berjalan menuju ke kamar Narendra.
Sesampai di depan pintu, Alena kemudian langsung membuka pintu kamar itu perlahan-lahan.
"paman...? ujar Alena sambil melihat ke arah tempat tidur.
terlihat narendra sudah berbaring di atas tempat tidur dengan posisi miring.
"ah...lega rasanya, untung paman tidak tertidur di kamar mandi."ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian berjalan mendekati Narendra yang sedang tertidur.
Setelah dekat Alena kemudian langsung memandangi wajah narendra yang sedang tertidur pulas.
"aku tidak perlu minum anggur untuk m*b*k, melihat wajah paman saja rasanya aku sudah m*buk."ujar Alena dengan raut wajah yang memerah.
Alena memandangi bibir ranum Narendra.
"kesempatan kali ini jauh lebih langka dari yang sebelum-sebelumnya."ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian perlahan-lahan naik ke atas tempat tidur Narendra.
Setelah berhasil naik, Alena kemudian langsung berbaring di hadapan Narendra.
Nafas mereka berdua saling bertemu.
Alena kemudian langsung mencium bibir Narendra.
"hmmm"terdengar suara dari bibir Narendra.
"apakah dia sudah bangun...?"ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian langsung melepaskan bibir Narendra, akan tetapi Narendra kemudian kembali mencium bibir Alena.
Di dalam mimpi Narendra.
Narendra sedang mengecup bibir Alena dan kemudian mata mereka berdua saling beradu.
"paman."ujar Alena di dalam mimpi Narendra.
"hmmmm...!"Narendra hanya bergumam.
Narendra kemudian mencium leher Alena.
"pa....paman...? Jagan....!"ujar Alena di dalam mimpi narendra.
Narendra kemudian langsung reflek mendorong tubuh Alena yang berada di depannya.
Alena terkejut saat narendra mendorong tubuhnya.
"pa...paman, siapa sebenarnya yang ada di dalam mimpimu itu...?"ujar Alena dalam hatinya sambil meneteskan air matanya.
hiks...!
Hiks ...!
hiks...!
Alena menangis di hadapan Geri.
"Alena kamu ini benar-benar b*d*h ya...? Kamu terbawa suasana dan kemudian menangis."ujar Geri sambil mengusap pundak Alena.
"Geri aku sangat sedih."ujar Alena sambil bersandar pada pundak Geri.
semetara itu di rumah Narendra.
"bima, Alena ikut dengan pria br*ngs*k itu ke negara T, cari dua orang yang bisa di andalkan untuk menjaganya."ujar narendra berbicara dengan bima di dalam telpon.
"Narendra, bukankah Alena sekarang sudah dewasa, kau tidak bisa terus-terusan menjaganya seperti menjaga seorang anak kecil."ujar bima.
"bima, bocah yang bersama dengan Alena itu benar-benar br*ngs*k, Alena pasti akan sangat menderita jika tetap bersama dengan dia."ujar narendra dengan intonasi suara yang keras.
"bukankah Alena sudah bilang kepadamu, jika kamu tidak perlu terlalu perduli kepadanya lagi..?"ujar bima.
"Alena hanya bilang jika aku tidak perlu terlalu perduli kepada-nya, masa aku harus benar-benar tidak perduli lagi dengan dia...?"ujar Narendra.
"oke...oke...! Kamu tidak perlu marah kepadaku, aku akan segera mengirim dua orang ke sana untuk menjaga Alena."ujar bima.