Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 28 Membasmi Calon Ulat Bulu
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (28)
Rama mengerutkan keningnya. Perkataan dua orang di depannya ini bertolak belakang. Rama memperhatikan keduanya secara bergantian.
" Bisa kamu jelaskan, Esti?," tatapan tajam yang di layangkan Rama membuat Esti takut.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Kini mereka sudah duduk setelah makanan yang di antar di letakkan di atas meja.
Rijal dan Esti duduk di hadapan Rama, terhalang oleh meja kerjanya. Sementara Salma yang sudah selesai sholat duduk di sofa memperhatikan ketiganya.
" Siapa yang ingin menjelaskan?," tanyanya dengan tangan yang sibuk mengutak-atik laptop.
" Sa...."
" Saya yang akan menjelaskan, Pak." Esti memotong perkataan Rijal.
Esti memelototi Rijal agar diam.
" Jadi?," tanya Rama.
" Emm, seperti yang tadi saya bilang, Pak. Saya dimintai Rijal untuk menggantikannya karena dia masih mengantarkan pesanan." jawaban Esti begitu lancar.
" Benar begitu, Rijal?,"
Esti mengedip-ngedipkan matanya. Memberi kode agar Rijal mengiyakan jawabannya.
" Rijal?," Rama mengalihkan pandangannya pada Rijal karena tak kunjung menjawab.
" Mata kamu ada masalah, Esti?,"
" Saya hanya kelilipan, Pak." Esti membuang muka saat terpergok oleh atasannya.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Esti bilang kamu menyuruhnya tapi, kamu menyusul seolah kaget karena pesananku di antar Esti."
Rijal menoleh sebentar ke arah rekan kerjanya itu.
Sorry, Esti. Aku enggak mau ada masalah. Apa lagi ini masalah pekerjaan.Batin Rijal.
Esti yang saat itu juga melihat ke arah Rijal menjadi was-was.
Matilah aku kalau Rijal tidak mau di ajak kerjasama.Batin Esti.
Esti berdebar-debar saat Rijal akan membuka mulutnya.
" Seperti yang saya bilang, saya tidak tahu Esti akan mengantarkan pesanan Pak Rama saat saya sedang mengantarkan pesanan ke meja pelanggan." jawab Rijal Akhirnya.
Rijal tidak peduli sekalipun Esti sudah melayangkan tatapan tajam padanya.
" Kenapa kamu melakukan tugas yang seharusnya di lakukan Rijal, Esti?,"
" Saya hanya membantunya, Pak. Kasihan Rijal sedang kerepotan." kilahnya.
Padahal, Esti adalah bagian kasir. Memang ia sedang sedikit senggang karena belum ada pelanggan yang selesai dengan aktivitas makan siangnya. Sehingga yang tampak sibuk adalah bagian dapur dan waiters.
Sementara bagian kasir akan sibuk biasanya sekitar setengah jam lagi.
Rama manggut-manggut.
" Ya, sudah. Mulai besok kamu dan Rijal akan bertukar posisi. Rijal di kasir, kamu jadi waiters." jelas Rama membuat Esti melebarkan matanya.
" Tapi, Pak ..." Esti hendak protes.
" Sepertinya kamu tidak cukup nyaman dengan posisi mu. Mungkin kamu memang butuh posisi yang selalu membuatmu sibuk." Rama melihat ke arah Esti.
Glek
" Namun, kedepannya. Tugas mengantarkan makanan ke ruangan saya akan di gantikan oleh Yoga." tambah Rama.
" Kenapa bukan saya juga, Pak?,"
Esti pikir akan menggantikan tugas Rijal yang itu juga. Harapannya memang sebesar itu.
" Saya lihat kamu ingin menggantikan tugas Rijal. Jadi, saya memberikan kamu kesempatan. Namun, untuk tugas yang satu itu seharusnya kamu paham kenapa saya menugaskan Rijal" Jawab Rama tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Esti menundukkan wajahnya. Ia lupa, pernah di beritahu bahwa atasannya tidak suka ada pelayan perempuan masuk ke ruangannya. Itu di jelaskan di awal pertemuan saat karyawan yang di terima pertama kali bekerja.
Esti pun kini pasrah harus jadi waiters. Pasalnya, tugas melayani pelanggan tidak semudah itu. Di banding dengan di kasir yang tinggal duduk manis, melayani pelanggan dan mengantarkan makanan akan cukup menguras tenaga.
" Kamu saya kasih Sp 1, Esti."
Deg
" Tapi, Pak." Esti hendak protes.
" Jangan kamu kira saya tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Ingat Esti, rumah makan ini banyak CCTV nya. Saya mungkin jarang mengecek langsung ke dapur atau bagian lain Tapi, saya mengecek Cctv setiap harinya. Termasuk saya juga memperhatikan apa yang selalu kamu lakukan."
Esti tertunduk. Ia melupakan hal itu.
" Saya tahu, kamu sangat ingin bisa masuk ke ruangan saya. Ingin mencoba menggoda saya. Saya tahu semua itu. Bahkan tindakan kamu yang beberapa kali mencari perhatian saya saya pun tahu."
Wajah Esti sudah Semerah tomat.
" Sekarang kalian boleh kembali dan menjalankan tugas kalian lagi. Pergantian posisi mulai berlaku besok." tegasnya.
Keduanya keluar. Esti melangkah dengan gontai.
Sepeninggal keduanya, Rama langsung menghampiri Salma.
" Kenapa tidak makan duluan?,"
" Lebih enak makan bareng, Mas. Biasanya lebih menambah nafsu makan." kekeh Salma.
" Ya sudah, ayo kita makan." Ajak Rama sambil mengambil piring berisi ikan bakar. Memisahkan daging dari durinya lalu meletakkan ke piring Salma.
" Ayo coba ikan bakarnya"
Salma pun mencoba memakannya setelah membaca do'a.
" Enak?," Rama menunggu reaksi istrinya saat mengunyah makanan berbahan dasar ikan itu. Makanan yang selalu di hindari Salma karena ia tidak suka.
" Enak." jawabnya sambil melanjutkan makannya.
" Aaaa ..." Salma menyuapi suaminya.
Rama dengan satu menerima suapan yang langsung dari tangan istrinya itu.
...******...
Sore ini keduanya sedang berada di sebuah perbukitan yang juga jadi tempat wisata. Melihat ke arah barat dimana matahari mulai terbenam. Perubahan warna langit yang sangat indah.
" Apa mas tidak berlebihan mengultimatum para karyawan begitu?," tanya Salma mengingat bagaimana suaminya memberikan peringatan keras pada karyawannya agar tidak ada yang berani lagi seenaknya seperti Esti.
Tadi, sebelum pergi Rama sempat mengumpulkan karyawannya dan memberi merwka peringatan keras agar tidak melakukan kesalahan yang sama seperti Esti atau ia akan langsung di keluarkan.
" Tidak. Kita harus tegas agar tidak ada yang berani lagi masuk ke ruanganku tanpa Izin. Kamu tahu, dia berniat mencari perhtianku. Aku tidak mau pernikahan kita jadi taruhannya.Membasmi ulat bulu saat baru mau menetas."
Salma mengaguk.
" Terlepas dari etika mereka saat masuk ke dalam ruangan atasan."
Salma pun tidak mempertanyakan lagi. Karena ia pun tidak ingin ada apa-apa dengan pernikahannya.
" Pulang dari sini, kita menginap di hotel saja ya?," ajak Rama tiba-tiba.
" Kenapa tidak pulang saja?," Salma mengerutkan keningnya.
" Anggap saja honeymoon." Rama menciumi tangan istrinya yang sejak tadi ia genggam.
" Kita bukan lagi pengantin baru, Mas. Tak perlu honeymoon segala." Salma terkekeh. Suaminya ada-ada saja.
" Suasana baru sayang."
" Buang-buang uang, Mas. Intinya kan sama saja,"
" Ish, kamu di romantisin malah gak mau." Rama aneh saja dengan istrinya ini. Di saat banyak wanita ingin ini dan itu, istrinya malah menolak padahal banyak wanita menyukainya.
" Aku lebih suka di rumah, Mas. Kalau mau suasana baru, nanti aku yang akan mendekorasinya sendiri." jelas Salma.
Sebagai guru TK, Salma di tuntut untuk kreatif. Jadi, soal dekor men-dekor, Salma sudah ahlinya.
"Ck.." Rama berdecak. " Ini bukan acara anak-anak loh, sayang."
Salma terkekeh. " Ya, aku juga paham, sayang." Salma mengusap pipi suaminya yang memasang wajah masam. " Masa iya aku pasang bendera warna-warni dan origami binatang buat hiasan kamarnya."
"Kalau mau di rumah, kenapa malah mancing sekarang?,"
" Ck..." Suaminya mulai tidak jelas.
Rama malah tertawa melihat ekspresi Salma. "Ayo pulang, aku sudah tidak sabar untuk makan."
" Sholat Maghrib dulu, baru makan malam." jawab Salma sambil mengikuti langkah suamiya.
"Setelah itu, aku mau makan kamu."
Blushhh
TBC