Vonis dokter tentang dirinya yang seorang penderita Azoospermia membuat Dean memutuskan untuk memiliki anak adopsi. Karena baginya, tak ada wanita yang ingin menikah dengan pria yang di anggap mandul sepertinya.
Namun, pertemuannya dengan Serra membuat perubahan baru dalam hidupnya. Serra, seorang wanita yang memilih Childfree dalam kehidupannya. Membuat kekasihnya memilih untuk menikah dengan wanita lain karena pilihannya itu.
Tak di sangka, Serra dan Dean justru jatuh hati pada seorang anak bernama Chio. Ia bocah berusia 3,5 tahun yang harus menetap di panti asuhan setelah mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya. Naasnya, kedua orang tuanya tak dapat di selamatkan.
Satu tujuan dua masalah yang berbeda, sayangnya pilihan keduanya mengadopsi jatuh pada anak yang sama.
“Kita nikah aja deh, kamu childfree dan aku gak bisa ngasih kamu anak. Impas kan? Biar kita sama-sama dapat Chio.” ~Dean
“Ya sudah, ayo nikah!“ ~ Serra
Pernikahan yang saling menguntungkan? Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan dekat dengan siapapun disini!
Dean duduk di kursinya dan membuka laptop yang ada di hadapannya. Serra mengamati kamar Dean, sepertinya kamar ini di satukan dengan ruang kerja Dean juga. Ada meja dan juga lemari dengan banyak berkas. Melihat Dean yang sibuk dengan laptopnya dan memakai earphone, Serra berpikir jika pria itu sedang bekerja.
"Apa kamu tidak istirahat?"
"Apa?" Dean melepaskan earphone nya agar lebih jelas mendengarkan suara Serra.
"Apa kamu tidak istirahat dulu baru bekerja?" Tanya Serra.
"Oh, tidak. Aku main game,"
"Hah?! A-aku kira kamu bekerja." Kaget Serra, tak dia sangka jika Dean justru bermain game.
Dean yang melihat keterkejutan Serra hanya tertawa kecil, "Ini laptop gaming, bukan untuk bekerja. Sudahlah, kamu istirahat saja. Aku harus menyelesaikan permainanku."
Serra mendengus sebal mendengarnya, ternyata Dean senang bermain game. Dirinya pikir, pria itu hanya fokus bekerja. Ternyata, masih menyukai game juga. Serra kembali menatap sekeliling kamar Dean, dia tak mendapati satu pun foto pria itu.
"Aneh, dia tidak pernah berfoto." Batin Serra.
"Dean, kalau tadi adalah papamu. Mama kamu juga mana?"
Pertanyaan Serra membuat Dean menghentikan jari jemarinya di atas keyboard. Pria itu menatap ke arah Serra dan berjalan mendekatinya. Serra pikir, Dean ingin menjelaskannya. Namun, pria itu justru berjalan mendekati pintu dan membuka pintu tersebut.
Cklek!
"Kopernya, Tuan muda. Tuan besar meminta anda untuk ke ruangannya." Ucap seorang pelayan dengan memakai seragam putihnya.
"Ck, mau apalagi sih si tua bangka itu." Gerutu Dean.
Dean mengambil koper milik Serra dan membawanya masuk. Lalu, ia berbalik dan mendekati Serra yang kini masih berdiri menatap apa yang dirinya lakukan.
"Aku keluar dulu, kalau butuh apa-apa pencet aja tombol hijau di sebelah ranjang. Nanti ada pelayan yang datang melayanimu. Selebihnya, hubungi aku kalau kamu butuh sesuatu." Serra mengangguk paham, ia membiarkan Dean pergi bersama pelayan tadi.
"Haaah, mana tahu si cula badak itu ternyata Tuan muda. Astaga, apa aku harus di penjara karena sudah mencemari nama baiknya sebagai Tuan muda? Habis, dia mengatakan pengangguran. Eh, tapi benar juga sih. Aku kalau jadi dia juga milih nganggur dari pada kerja."
Serra berbicara sendiri, sembari menatap disekitar kamar. Ia lalu mendudukkan tubuhnya di atas ranjang king size itu dan melihat ke arah putranya. Sebenarnya Serra belum mengantuk, perjalanan juga hanya dua jam saja jadi tak terlalu banyak makan waktu. Namun, ia merasa bosan di kamar ini.
Tok!
Tok!
Mendengar suara pintu yang di ketuk, reflek Serra langsung berdiri. "Siapa tuh?! Masa Dean sih? Sejak kapan dia ngetuk pintu dulu sebelum masuk? Apalagi, ini di kamarnya sendiri." Gumamnya.
Tok!
Tok!
Karena ketukan itu tak kunjung terhenti, Serra pun berjalan menghampirinya dan berniat membukanya. Setelah pintu terbuka, terlihatlah seorang wanita paruh naya menyapanya dengan senyuman ramahnya. Wanita paruh baya itu memakai dress hijau dan rambutnya yang di ikat.
"Aku dengar, Dean kesini bawa istri. Apa kamu istrinya Dean?" Tanya wanita paruh baya itu dengan ramah.
Serra mengerutkan dalam keningnya, "Oh, ini mama nya Dean kali yah." Batin Serra.
"Halo?"
"Eh iya, aku istrinya Dean Tante. Dean lagi keluar,"
"Panggil Bunda saja,"
"O-oh Bunda, iya. Mari masuk Bunda." Ajak Serra dengan sopan. Tak mungkin, keduanya mengobrol di depan kamar.
Wanita paruh baya itu mengangguk, ia berjalan masuk ke kamar Dean dan melihat ke arah Chio yang sedang tertidur. Ia tersenyum tipis dan menghampiri bocah menggemaskan itu. Serra masih memantaunya, ia penasaran apa yang wanita paruh baya itu lakukan.
"Asataga, dia sangat menggemaskan! Sayangnya masih tidur," ujarnya antusias.
"Iya Bunda, mungkin bentar lagi bangun." Ucap Serra sembari mendekatinya.
"Siapa namanya?" Wanita paruh baya itu memegang tangan Chio dengan lembut agar tak membangunkannya.
"Chio,"
"Nama yang menggemaskan, seperti pemiliknya."
Serra hanya tersenyum saja mendengar pujian wanita itu. Keduanya pun mengobrol tentang Chio dan seolah keduanya sudah berteman akrab. Serra pikir, wanita paruh baya itu akan tak suka padanya. Secara, ia nikah diam-diam dengan Dean.
.
.
.
Sedangkan di sebuah ruangan, Dean menatap malas ke arah Nicholas yang ada di hadapannya. Tanpa memikirkan sopan santun, Dean meraih toples makanan dan memakannya. Nicholas yang melihat tingkah putranya itu pun tersenyum. Dari kelima anaknya, hanya Dean yang berani bertindak tidak sopan padanya.
"Besok kamu harus ke perusahaan,"
"Untuk apa? Ada anak kesayangan anda itu kan, si cecep. Suruh lah dia handle perusahaan. Kenapa aku?! Aku banyak kerjaan, dan besok aku akan kembali."
Tahu putranya akan menolak, Nicholas memiliki rencana lain. "Dean, kamu punya seratus penolakan, tapi Papa punya seribu cara untuk membuatmu mengatakan iya. Restoran mu, bisa Papa buat gulung tikar dalam semalam."
Dean tercengang, raut wajahnya terlihat marah. "Kau ....,"
Nicholas tertawa singkat, "Apalagi sekarang kamu sudah memiliki istri dan anak yang harus kamu biayai. Pilihannya hanya dua, kembali ke perusahaan atau ... Papa buat Restoran milikmu itu gulung tikar."
Prang!
"Ck, dasar manusia tidak punya hati!" Dean meletakkan toples kaca itu dengan kasar ke atas meja. Yang mana, hal itu membuat kaca meja tersebut retak. Ia lalu berdiri dan beranjak keluar dari ruangan sang papa.
"Tuan ...." Nicholas mengangkat tangannya saat orang kepercayaan nya ingin menghalangi kepergian Dean. Ia hanya menatap punggung putranya yang menjauh dan menghilang dari balik pintu.
"Biarkan ... dia tidak punya pilihan selain mengatakan iya. Kita harus meyakinkan dia masuk ke dalam perusahaan dan kembali menjaga keamanan rahasia perusahaan dari serangan virus musuh. Hanya Dean, yang mampu mengatasinya." Ucap Nicholas.
Sementara itu, Dean kembali ke kamarnya. Raut wajahnya masih terlihat kesal, kedua tangannya terkepal kuat. Sampai-sampai, urat-urat lehernya terlihat menonjol. Ia begitu emosi dengan pemaksaan sang papa. Ingin terlepas dari pria paruh baya itu, tapi dirinya tak kuasa.
Cklek!
Dean membuka pintu sedikit kencang, membuat Serra yang tengah membereskan pakaiannya dalam koper pun terkejut melihat kedatangan Dean. Awalnya Dean juga kaget melihat Serra yang mel0t0t padanya, tapi ia segera menutup pintu kembali dan mendatarkan ekspresinya.
"Pelan-pelan kan bisa, aku kaget tahu!" Kesal Serra.
"Maaf." Dean berjalan menuju lemari, ia lalu mengambil pakaiannya dari sana.
"Oh ya, tadi aku bertemu dengan mama kamu."
Dean tiba-tiba menghentikan kegiatannya, ia lalu menatap Serra dengan pandangan yang aneh. "Mama?" Tanya Dean memastikan.
"Iya, mama. Tapi, dia memintaku untuk memanggilnya bunda. Aneh aja sih, bunda sama papa gak serasi. Tapi, okelah. Mungkin keinginan orang beda-beda kan? Seperti kita, aku ingin Chio memanggilku mami dan kamu son gorong-gorong. Tapi, yah papi lebih baik agar serasi dengan mami." Sahut Serra yang tampak masih santai.
Berbeda dengan Dean, raut wajahnya kembali terlihat kesal. Ia mengurungkan niatnya untuk mandi dan mendekat pada istrinya itu. "Lain kali, tidak usah dekat dengan siapapun yang ada di rumah ini. Siapapun! Bahkan dengan papaku. Mengerti?!
Serra mengerjapkan matanya perlahan, " Kenapa? Bunda kan mama ka ...,"
"Dia bukan mamaku!"
____
Nah looh, ada kah tebakan pintar kalian yang mungkin benar di pa rt selanjutnya 🤣🤣 masih belum nemu nih😁
semoga setelah ini Serra, soalnya kan ini masa subur"nya Serra yaak.