6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SMY Bab 7 - Meladeni Tatapan Ansara
Selamat datang di kisah Adrian, jangan lupa like dan komen ya ❤️
Oke lanjut 🤣
...****************...
"Aa!" pekik Ansara ketika tubuhnya jatuh tepat dipelukan sang Tuan. Bibir dan hidungnya sampai mencium dadda polos Adrian, sedikit menghirup pula aroma tubuh Adrian yang wangi, tak mampu Ansara deskripsikan.
Sementara kedua tangannya reflek meremat karena terkejut, jantungnya seperti ingin meledak.
"Kamu ini bagaimana? bukannya menarikku malah jatuh," balas Adrian yang diam-diam tersenyum kecil. Mungkin ada beberapa detik Adrian memeluk tubuh Ansara dengan erat.
Melepas rindu yang selama ini hanya terpendam. Selama 6 tahun tidak bertemu dengan teman-teman SMA nya, hanya Ansara lah yang paling Adrian ingat dengan jelas.
Gadis periang yang selalu membawa keceriaan untuk semua orang.
Gadis yang dulu selalu mengajaknya bicara disaat dia hanya termenung di dalam kelas.
"Tentu saja jatuh, Tuan tadi menarikku!" jawab Ansara apa adanya, dia terasa betul jika tuan Adrian menariknya hingga jatuh. Bukan kakinya yang terpeleset.
Saat Ansara kembali berdiri tegak, Adrian bangun sendiri dan duduk di ranjangnya. Menunjukkan tubuh yang pollos dengan begitu jelas.
Ansara reflek menunduk, tak kuasa untuk menatap lebih. Sebab jiwa liar di dalam dirinya seperti terpancing, ingin kembali meremat dadda kotak-kotak tersebut, terlihat keras dan lembut sekaligus. Ah entahlah.
"Kamu menyalahkan aku? padahal jelas-jelas tenaga mu yang tidak kuat," sanggah Adrian.
"Ya sudah saya yang salah, sekarang lebih baik anda segera bangun dan bersiap. Saya akan menunggu di luar," jawab Ansara dengan cepat.
Jika kemarin jalan Ansara yang buru-buru, kini ucapannya pun ikut buru-buru.
Setelahnya Ansara mundur beberapa langkah dan segera meninggalkan kamar tersebut. Membawa keluar hatinya yang sudah campur aduk.
'Astaga,' batin Ansara, dia memejamkan mata dengan tubuh yang mulai lemas. Seperti baru saja keluar dari kandang singa.
Sedangkan Adrian malah terkekeh setelah melihat Ansara keluar, Dia turun dari ranjangnya seolah tidak terjadi apa-apa.
Lalu beberapa menit kemudian keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Menemui Ansara yang duduk di sendirian di ruang tengah.
Melihat Ansara yang langsung bangkit berdiri ketika dia datang.
"Kita sarapan di sana aja," ucap Adrian.
"Baik, Tuan," jawab Ansara.
Sejak tadi Ansara sudah menenangkan dirinya sendiri agar perasannya tidak menggebu-gebu. Tapi melihat penampilan Adrian menggunakan baju olahraga golf membuatnya kembali terpana.
'Kenapa Adrian selalu terlihat tampan dari berbagai sisi,' batin Ansara.
Entah bagaimana caranya dia bisa terlepas dari pesona pria ini, sementara setiap saat dimatanya hanya ada Adrian, Adrian dan Adrian.
"Juan langsung ke kantor untuk menangani beberapa urusan, jadi kita hanya pergi berdua," ucap Adrian, bicara diantara langkah mereka yang mulai keluar dari apartemen tersebut.
Posisinya masih sama seperti kemarin, Adrian di depan dan Ansara di belakang.
Saat ingat jika kaki Ansara pendek barulah Adrian memperlambat langkahnya, hingga mereka bisa berjalan beriringan.
"Iya, Tuan," jawab Ansara.
Tiba di basement apartemen mereka langsung menuju sebuah mobil mewah, bukan mobil yang kemarin mereka pakai, tapi mobil yang lain.
"Tuan," panggil Ansara dengan perasaan sedikit ragu.
"Apa?" tanya Adrian, mereka jadi berbincang lebih dulu di samping mobil tersebut.
"Yang mengemudi siapa?" tanya Ansara.
"Kamu mau?"
"Tapi kan saya tidak bisa."
"Jadi siapa yang mengemudi?"
"Tuan," jawab Ansara makin ragu.
Adrian tak menjawab lagi, dia langsung membuka pintu dan masuk di kursi kemudi.
Ansara mendessah pelan, merasa bersalah karena tidak bisa mengemudi mobil. Sekarang siapa yang jadi bosnya? Dan siapa yang malah mengemudi.
"Maaf, Tuan," ucap Ansara, dia duduk di samping Adrian.
"Pakai sabuk pengaman mu."
"Iya," jawab Ansara patuh.
Mereka pergi menuju lapangan golf, ini juga adalah pengalaman pertama Ansara mendatangi tempat seperti ini. Sedikit merasa canggung sendiri, namun untunglah Ansara memiliki keberanian yang cukup tinggi.
Ansara suka mendatangi tempat-tempat baru dan mengeksplor semuanya. Diam-diam mengamati setiap sudut agar paham.
Ansara percaya dia mampu melakukan semua hal asal mau mempelajarinya.
"Duduklah di sini, nanti akan ada pelayan yang mengantarmu sarapan. Aku juga sudah memesan susu, harus kamu habiskan," ucap Adrian, mereka berhenti di ruang tunggu khusus VIP.
Dari sini Ansara juga bisa melihat lapangan golf yang luas di depan sana, hijau yang menyegarkan mata.
"Kita tidak sarapan bersama?" tanya Ansara, dia pikir dia akan mendampingi Adrian saat bermain. Lalu setelah selesai baru sarapan.
"Nanti aku sarapan bersama kolegaku, kamu tunggu di sini saja, ya?"
"Baik, Tuan."
"Aku main sekitar 2-3 jam."
"Iya."
"Duduklah," titah Adrian yang ingin Ansara merasa nyaman di tempat ini.
Dengan patuh Ansara segera duduk di kursi tunggu tersebut, sofa yang sangat nyaman.
Adrian meninggalkan kunci mobil, dompet dan ponselnya di atas meja. Sebuah isyarat agar Ansara menjaganya.
"Aku pergi dulu," ucap Adrian, pamit.
"Iya, Tuan," jawab Ansara dengan kepala yang mengangguk.
Setelah Adrian pergi Ansara memasukkan semua barang-barang sang bos di dalam tasnya. Namun saat memegang ponsel Ansara tak sengaja membuat layarnya menyala.
Dan reflek melihat wallpaper ponsel tersebut.
Deg! Jantung Ansara langsung berdenyut nyeri. Dia melihat sebuah foto anak kecil yang tak asing, anak kecil yang Adrian bawa saat reuni kemarin.
"Naura," ucap Ansara, lalu menghela nafas kasar.
Ansara makin sesak saat tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk, 'Papa kapan pulang kesini?'
Sesaat dunia seolah berhenti berputar bagi Ansara, hingga semua lamunannya buyar ketika ada seorang pelayan yang mulai meletakkan makanan di atas meja.
"Nona, susu ini harus anda minum sampai habis. Begitulah pesan tuan Adrian."
'Susu, susu, susu, susu terus!' gerutu Ansara. Karena cemburu membuatnya kesal sendiri.
Namun detik itu juga Ansara langsung mengambil gelas susu dan meminumnya hingga habis.
'Aku tidak akan pernah lagi memandangnya dengan penuh cinta. Titik!' tekad Ansara di dalam hati.
Benar saja setelah menunggu sekitar 2 jam lebih akhirnya Adrian menyelesaikan permainannya.
Ansara hanya sempat menyapa sang kolega sebentar, sebab setelahnya mereka harus kembali ke apartemen.
"Siapkan makanan, aku akan membersihkan tubuh sebentar," titah Adrian.
"Memangnya tadi belum sarapan?" tanya Ansara, katanya sang tuan akan sarapan bersama koleganya.
"Tidak sempat, jangan memasak terlalu pedas."
'Kenapa tidak memesan makanan saja? atau minta istrimu untuk menyiapkan makanan? kenapa harus aku?' tanya Ansara.
Tapi Adrian mana paham, sebab Ansara mengajukan pertanyaan itu di dalam hati.
Adrian justru hanya meladeni tatapan Ansara, hingga lagi-lagi keduanya saling tatap-tatapan.
Jadi adik ipar aja serakah sama warisan😏
Kerja yg rajin dan jujur gitu loh biar gak iri terus sama kehidupan dan perusahaan milik Gio😏
Gio lebih pinter dari km dan juga Hendra 😏
jangan sampai mau jadi sekutu om2 lucnat
yg berkepentingan siapa
seenaknya jidat ngatur2 orang
anak bukan