WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gosip mangsa baru
"Aucchhh !!" Gadis itu terjatuh menimpa badan kursi yang pincang. Lututnya sampai mengeluarkan cairan merah. Naas betul nasibnya, bahkan semesta saja tidak mendukungnya kali ini.
Hap !
Daun telinganya menjadi santapan lezat tangan gatal bu Juli.
"Adududuh bu, jangan dijewer lah bu, ini namanya kekerasan..." belanya.
"Kekerasan dalam hal apa ?!!" sukur sukur bu Juli tidak menepuk pan*tat semox nya menggunakan penggaris hingga kempes atau menebas lehernya dengan parang.
"Kekerasan di satuan ruang lingkup pendidikan lah bu, " jawabnya. Seisi kelas beralih melongokkan kepalanya ke belakang kelas, disana gadis cantik pujaan warga sekolah terutama laki laki itu tengah terciduk akan bolos dan kini tengah di jewer oleh bu Juli.
"Makanya kalo belajar jangan setengah setengah, hayoo berjemur ! biar otak kamu encer ! kaya sirup," ucap bu Juli. Bibir manyun sepaket dengan wajah merahnya sedang menatap tiang bendera, bahkan tiang bendera saja sedang meledeknya sekarang.
"Saking royalnya gue sama negara, harusnya pak presiden ngasih penghargaan sama gue nih, kapan lagi cobak, gadis cantik hampir tiap hari hormatin bendera," cebiknya mendongak, menatap menyipit nyipit karena sinar matahari langsung menyorot ke arahnya, seperti semua sedang memberikannya cobaan hidup yang begitu berat, rivalnya di sekolah adalah Maya, ia adalah gadis yang sangat sangat berusaha untuk bisa lebih dari Shania, dalam hal apapun. Ia selalu menjadikan Shania sebagai rivalnya di sekolah, Shania cantik, Shania oke, Shania eksis. Bahkan tanpa harus oplas ke Korea sana pun gadis ini mirip mirip artis peraih piala Oscar.
"Senyum ! "
"Cekrek !!!" Maya dan Rubi menatap Shania merendahkan, memotret wajah Polos Shania saat dihukum.
"# makanan sehari harinya si trouble maker, " ucap Maya.
"Emang ya sekali trouble maker ya tetep aja trouble maker, loser !!" lanjut Maya.
"Terus masalah loe dimana ? gue mah ga muna emang gue trouble maker, tapi maaf gue masih punya harga diri, senakal nakalnya gue, ga sampe jual diri, nawarin diri buat jalan sama om om buncit !" jawab telak Shania.
"Apa ?!!!" wajah Maya memerah.
Sugar daddy mana yang tak kenal Maya, ia pemes di kalangan om om berperut buncit, mulai dari pejabat daerah sampai om om CEO yang bau balsem sekalipun pernah ia temani, hanya untuk sekedar diajak jalan dan berbelanja. Lihat saja wajahnya yang penuh tempelan, tempelan make up bermerk, dan penuh tanam benang, hanya agar bisa menyamai wajah cantik Shania.
"Lancang kamu Shania !!! jangan so suci, dan jangan fitnah !" jawab Maya hendak menampar Shania, tapi ditahan Rubi.
Shania semakin menyunggingkan senyumnya, Shania bukan tidak tau kehidupan Maya, Shania adalah anak badung yang menjunjung tinggi harga diri, teman teman nakalnya pun menghargai gadis cantik ini, Shania memiliki teman bukan hanya dari kalangan anak anak biasa, karena seringnya ia bolos, ia sering bersama anak anak badung lainnya.
"Kenapa ? mau nampar ? ngajakin ribut ? ayoo !" jawab Shania.
Maya merasa terpancing, tangannya sudah ingin menjambak rambut tebal Shania yang bergelombang. Tak tinggal diam Shania pun melawan, pertengkaran sengit tak terelakkan.
Rubi sudah berteriak teriak seperti korban kebakaran.
Maya menarik rambut Shania, begitupun Shania yang menarik rambut Rubi, bahkan tak segan segan satu tangan lainnya menarik seragam Maya, hingga Maya tersungkur mencium tanah lapang beraspal.
"Awww !!!" Shania pun bukan tanpa luka, ia sudah meringis karena leher dan tangannya dicakar Maya.
"Ada apa ini ??!" suara pak Hadi menggelegar. Ia sudah melihat Shania dan Maya yang dikerumuni siswa lainnya di lapangan. Ia memijit pelipisnya pusing.
"Shania, kamu lagi kamu lagi !" ucapnya frustasi.
"Shania, Maya !! ke ruangan saya sekarang !!" pekik pak Hadi.
Keduanya dihukum, berhubung kesalahan Shania sudah menumpuk seperti tumpukan tissue di kondangan, mau tak mau Shania di skors selama 3 hari. Maya menyunggingkan senyuman puas melihat rivalnya dihukum lebih berat darinya. Selain itu keduanya harus membersihkan ruangan lab. Ipa sampai kinclong, sepulang sekolah nanti.
"Awwsshhh ! perih Nez, " aduh Shania.
"Kan apa gue bilang ! loe kelewatan bandelnya sih !" Inez mengusap luka cakaran kuku Maya dengan alkohol yang dibubuhkan di kapas.
"Aww, Nez..pelan pelan kek ! ini kulit orang, bukan kulit badak !" omel Shania.
"Sorry, sorry, " Inez tertawa seraya memelankan olesannya, terakhir Inez menempelkan plester di leher dan tangan Shania.
"Gila, kuku tangan si Lont3 ! panjang panjang kaya kukunya macan !" keluh Shania, melihat bekas cakaran.
"Gimana kalo cebok ?!" tanya Shania. Inez tertawa, "si oon, malah mikirin dia cebok segala, meneketehe, dia cuma lap pake tissue doang kali, " jawab Inez. Memikirkannya saja membuat keduanya bergidik jiji.
"Semalem gue liat dia lagi di g^r3p3 gr3p3in sama om om anggota Dewan !" ucap Shania.
"Ya udah sii, biarin aja ! apa urusan loe, toh.. loe ga akan ikut nanggung dosanya !" jawab Inez. Keduanya tengah duduk di depan kelas.
"Udah, kelar ! " jawab Inez.
"Besok loe jajan ke kantin sendiri dulu ya Nez, gue di skors 3 hari sama pak Hadi, si sahabat pena !" jawab Shania tanpa beban.
"Yahhh sayang dong, padahal katanya besok bakalan ada guru baru, siapa tau loe mau kenalan. Katanya cowok cakep, masih single !" senggol Inez.
"Hahahaha, gue bukan Maya...gue ga suka yang bau minyak angin, paling paling yang kaya pak Hadi, kalo pusing liat siswi cantik kaya gue, langsung koyoan !" keduanya tertawa.
"Mangsa loe itu mah, "
.
.
.