NovelToon NovelToon
Laila

Laila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kuswara

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).

Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Rasanya Arman sudah tidak sabar ingin segera pulang kerja. Ke rumah Laila untuk membicarakan pesanan pabrik yang mencapai 2.000 box snack.

"Gelisah amat bos, kenapa?." Tanya Mamat.

"Aku yakin, pabrik pasti mengizinkan kue-kuenya Laila ada di kantin lagi setelah pesanan ini selesai."

"Serius?."

"Iya."

"Semoga saja. Lagi pula kue-kue buatan Laila sangat enak."

"Ide baru lagi nih nanti buat Laila, menerima isian snack box."

Maman tersenyum menggoda.

"Kenapa Bos yang bersemangat?."

"Senang saja melihatnya semakin maju, meski walau masih harus banyak belajar."

"Proses ya, Bos."

"Betul sekali."

"Pasti Bos sudah tidak sabar mau bertemu dengan Laila."

Arman mengangguk, sangat jujur. Kemudian Maman menggodanya.

"Sepertinya hati Bos sedang dipenuhi bunga yang sedang bermekaran."

Seketika pulpen yang ada di depan Arman melayang namun tidak sampai mengenai Maman. Dengan cekatan laki-laki itu menghindar sembari tertawa.

Yang ditunggu Arman tiba juga, segera bergegas meninggalkan pabrik. Ada kabar baik yang ingin segera disampaikan padanya Laila. Dengan perasaan bahagia laki-laki itu mengendarai motor sepeda motornya dengan pelan dan sangat hati-hati karena kondisi jalan yang sangat jelek.

Arman tidak langsung menemui Laila karena ada banyak antrean di depan rumahnya. Barulah Arman datang menghampirinya setelah antrean habis bersamaan dengan kue-kue Laila yang habis.

"Pak Arman" sapa Teh Linda.

"Alhamdulillah laris ya, Teh."

"Alhamdulillah, Pak. Bolu yang baru dibuat Laila selalu habis." Senang tidak terkira.

"Bantu terus Laila, Teh. Teh Yayuk juga."

"Siap, Pak Arman" sahut Teh Yayuk semangat.

"Nanti jangan pulang dulu. Saya juga ada perlu sama Teh Linda dan Teh Yayuk. Kalau suaminya nanti datang menjemput, suruh ikut saja. Kita ngobrol santai."

"Ada apa Pak Arman?" tanya kedua perempuan itu kini berwajah serius.

"Nanti saja kita ngobrol" jawab Arman yang membuat Teh Linda dan Teh Yayuk berpikir yang tidak-tidak. Mereka sangat takut kalau ada masalah dengan pekerjaan mereka sekarang. Karena jujur saja mereka berdua sudah sangat mencintai pekerjaan tersebut.

Setelah shalat magrib, keadaan teras sudah rapi dan bersih. Mereka berempat duduk santai di sana. Ada teh hangat dan risol bihun yang perdana dibuat Laila.

"Makanan baru?." Tanya Arman.

Laila mengangguk. "Baru sempat membuatnya."

"Silakan dicoba."

"Pasti enak." Teh Linda dan Teh Yayuk langsung mencicipi.

"Tuh kan benar-benar enak." Ucap keduanya lagi.

Mereka berempat pun tertawa.

Arman langsung bicara pada intinya saja sambil menikmati makanan dan minuman yang telah disediakan Laila.

"2.000 box snack" Laila dan kedua orang yang membantunya sangat kaget.

Lalu Arman mengeluarkan list untuk 400 box snack pertama yang harus dibuat di awal.

"Alhamdulillah." Ucap ketiga kemudian.

"Untuk tanggal berikutnya menyusul. Dan mereka meminta bertemu sama kamu." Arman menatap Laila.

"Saya?" Laila menunjuk dirinya sendiri.

Arman hanya mengangguk sembari menyeruput teh hangat buatan Laila yang terasa sangat enak.

"Kalau merasa kekurangan orang, aku bisa membantu."

"Tidak perlu, insya Allah kita bisa." Laila segera menolak bantuan Arman karena laki-laki itu pasti sangat sibuk.

"Kalau membutuhkan tenagaku, aku siap membantu." Tapi Arman menegaskan keseriusan untuk membantunya.

"Paham ya?."

"Paham Pak Arman."

"Oke."

Teh Linda dan Teh Yayuk sebelum pulang mengecek persediaan yang sudah habis dan menipis untuk pesanan pabrik beberapa hari ke depan. Kemudian menyerahkannya pada Laila.

"Besok pagi kita ke pabrik sama-sama."

"Ada yang perlu saya bawa tidak?."

"Tidak ada, persiapkan saja dirimu dan mentalmu untuk menerima pekerjaan yang mungkin sebentar lagi akan membuat kamu sangat sibuk."

"Terima kasih, ini juga berkat kamu."

"Anak-anak lagi main apa?."

Laila membuka sedikit pintu, memperlihatkan Salwa yang sedang duduk menggunakan seragam merah putih seperti yang diinginkannya.

"Oh iya, SLB yang ada di kota itu gratis. Kamu mau membawa Salwa ke sana?."

"Mau, karena itu akan sangat membantunya."

Kemudian Laila menutup pintunya lagi.

"Kamu sudah ke dokter?."

"Di kota dekat sini tidak ada. Saya harus membawanya ke kota besar lainnya. Di Bandung misalnya, atau Jakarta."

"Setelah urusan kita dengan pabrik selesai, aku akan mengantar kamu ke sana."

"Saya dan anak-anak sudah terlalu merepotkanmu." Ucap Laila lirih sembari menatap Arman.

Laki-laki itu pun menatapnya intens. "Aku tidak merasa direpotkan. Sebisanya aku akan bantu kalian."

"Terima kasih."

*****

Laila dan Arman baru selesai menemui pengelola kantin. Benar saja dugaan Arman setelah semua pesanan mereka yang 2.000 box selesai. Kue-kue itu akan masuk di kantin pabrik lagi. Sekalian saja Arman meminta izin untuk mengurus keperluannya.

Pagi ini juga Arman mengantar Laila dan Salwa ke SLB yang ada di kota. Salwa tetap dengan seragam merah putihnya.

"Sudah ada yang pesan ke nomor kamu?."

"Alhamdulillah, sudah. Tapi belum sebanyak dari kamu."

"Kalau sempat kamu promosi di media sosial. Kamu tinggal posting-posting saja."

"Iya, saya belum sempat."

"Bu" panggil Salwa di tengah-tengah obrolan Ibunya dan Pak Arman.

"Apa, Kak?."

"Aku sekolah 'kan?."

"Iya, ini lagi menuju sekolah. Mudah-mudahan cocok ya, Kak."

"Iya, Bu."

Mobil Arman sudah terparkir, kemudian mereka bertiga turun dan langsung menemui pengurus. Baru beberapa langkah Salwa sudah menarik tangan Ibunya. Menatap sang Ibu dengan wajah tidak biasa kemudian menggeleng lemah.

"Kita masuk dulu" ajak Ibu Laila.

"Aku tidak mau sekolah di sini, maunya di dekat rumah saja, Bu."

"Iya, Kak. Tapi sekarang kita masuk dulu, ya."

Salwa menggeleng.

Kini Arman turun tangan membujuk Salwa, sampai-sampai Arman menggendong anak perempuan itu.

Mereka duduk menghadap pengurus, menjelaskannya secara detail tentang sekolah SLB. Salwa yang ikut menyimak langsung merespon dengan kembali menggelengkan kepala.

"Aku tidak mau sekolah di sini, aku tidak gila." Seketika Arman memeluk Salwa.

"Iya, Kak Salwa tidak akan sekolah di sini."

Ibu pengurus tersenyum seraya mengangguk.

"Memang terlihat normal, coba saja ke dokter dulu. Kalau memang ada keterbelakangan coba dibantu belajar yang lebih sering. Fokus pada apa yang dipelajarinya."

"Baik, Bu. Terima kasih" ucap Arman.

Sambil menggendong Salwa, Arman keluar dari sana.

"Ibu bisa menghubungi saya kapan saja kalau membutuhkan bantuan segera."

"Terima kasih."

Salwa mengedarkan pandangannya, melihat beberapa orang yang memiliki wajah spesial. Seperti tidak kebanyakan. Dirinya pun tidak, berwajah biasa seperti Adiknya.

Salwa sudah duduk di depan dengan sabuk pengaman yang sudah terpasang.

"Aku tidak gila! Aku normal!" ucapnya.

"Tidak ada yang mengatakan seperti itu, Kak. Memang sekolah Kakak harus berbeda dengan orang-orang kebanyakan karena Kakak harus mengejar ketinggalan." Jelas Ibu Laila.

"Pak Arman bisa daftarkan aku di sekolah dekat rumah 'kan?."

"Nanti kita ke sana, ya."

Salwa mengangguk.

Mobil Arman pun melaju meninggalkan area sekolah.

Bersambung.....

1
Watini Salma
jadi penasaran kelanjutannya Laila sama Arman apa berjodoh ya
La Rue
semoga ikhtiar Laila berhasil demi kebaikan anak-anaknya
La Rue
Laila tetaplah kuat buat kedua anakmu
Sadiah Suharti
lanjut thor
Watini Salma
cerita nya ringan enak dibaca nya mudah dipahami menarik dan menginspirasi, lanjut kakak /Good//Pray/
Watini Salma
Alhamdulillah up lagi, semoga Laila jadi orang sukses dan bahagia dengan kedua anak nya
Watini Salma
lanjut kakak, cerita nya menarik tetap semangat ya
La Rue
Ditunggu kelanjutannya
La Rue
pasti mau memfitnah Laila ni
seftiningseh@gmail.com
semangat buat up nya kak
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
La Rue
Alhamdulillah rezeki Laila dan anak-anaknya
QueenRaa🌺
lanjut thorr! semangat up💪

jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉
La Rue
ceritanya bagus ditunggu kelanjutannya...🥰👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!