Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKAN MALAM KELUARGA
Untuk pertama kalinya, Sam duduk di sebelah Kai. Gadis itu gugup setengah mati. Biasanya, ia duduk di tempat di mana neneknya berada. Dari sana ia menggoda Sam setiap pria itu datang. Bahkan Trisya lah yang selalu duduk di sebelah pria itu, dulunya.
Mereka makan dengan tenang. Kai sudah diajari bagaimana table maners atau tata cara bersikap. Keringat dingin mengucur di dahi gadis itu. Ia sangat tak nyaman dengan segala tata cara makan ini. Sam, begitu terhibur dengan pemandangan gadis yang kini berusaha tenang saat makan.
Acara makan pun selesai. Kai sedikit bernapas lega. Melihat kelegaan di wajah gadis yang sudah bertahta di hatinya itu, membuat Sam terkekeh..
"Anda menikmati sekali melihat saya tersiksa, Boss!" bisiknya marah.
Sam tertawa pelan. Ia pun ikut menyahut perkataan gadisnya dengan berbisik.
"Tenanglah. Kau hanya bersikap seperti ini jika di depan Nenek, saja. Tradisi tata makan seperti ini sudah lama ditinggalkan para pebisnis dan pengusaha."
Lagi-lagi Kai bisa bernapas lega. Jaman sudah berubah, para pengusaha maupun pebisnis manca negara mulai meninggalkan tata makan. Restauran-restauran berkelas pun sudah tidak memperbanyak sendok di meja makan.
"Kami datang ke restauran untuk makan, bukan menghapal sendok," begitu kata mereka ketika dihidangkan makanan dengan berbagai macam sendok.
"Sudahlah Bu. Jangan terlalu memaksa Kai. Nanti, dia malah lari dan pergi karena terlalu dipaksa," terang Husain memperingati Febri, istrinya.
Febri hanya mendengkus kesal. Namun, ia pun akhirnya melonggarkan aturannya. Kai hanya tersenyum manja pada kakeknya.
"Mengobrolah kalian berdua. Ayah, ingin kalian jadi lebih dekat lagi," titah Umar meminta sang putri mendekatkan diri dengan pria yang dijodohkan dengannya itu.
Dengan berat hati, Kai pun mengajak Sam untuk duduk di ruang tamu. Mereka duduk berhadap-hadapan. Keduanya canggung untuk memulai percakapan.
"Aku minta maaf," ujar Sam tiba-tiba dengan nada menyesal.
Kai menata pria itu bingung. Sepanjang ia mengenal Sam, pria itu selalu arogan dan merasa paling benar, bahkan kejadian waktu itu ... Kai menghentikan pikirannya.
'Kejadian itu setelah kami menikah. Ayah dan Ibu belum bercerai, Trisya masih menjadi putri di rumah ini. Tapi semuanya sudah berubah,' gumam Kai dalam hati.
"Kai!" panggil Sam membuyarkan lamunan gadis itu.
"Ah, ya?" sahut Kai kikuk.
"Aku minta maaf, dengan semua kekasaranku," ujar Sam lagi tulus.
Kai hanya bisa menghela napas panjang. Ia mengangguk samar. Sam paham anggukan samar gadis itu. Kai belum sepenuhnya percaya pada dirinya.
"Aku ingin mengajakmu keluar, apa kau mau?" Kai menggaruk kepalanya yang tak gatal. Gadis itu ingin menolak.
"Pergilah, Kai! Dulu kau selalu merengek meminta Sam mengajakmu keluar, jangan jual mahal sekarang!" sindir Umar pedas..
Kai malu bukan main. Sam terkekeh melihat muka.gadisnya memerah karena malu dan kesal. Ia pun dengan berani mengamit tangan gadis itu yang tanpa sengaja ia tepis secara kasar.
"Kai?" Umar heran.
"Dulu kau seperti cicak yang menempel. Kenapa ...."
"Iya Ayah ... iya!" sahut Ki kesal.
Gadis itu malah sekarang yang menarik tangan Sam untuk segera keluar dan pergi. Ia tak tahan disindir terus menerus oleh Umar, ayahnya. Sam terkekeh lalu mengucap salam sebelum benar-benar keluar dari pintu rumah.
Umar menjawab salam Sam sambil menggeleng melihat kelakuan putrinya. Sedang dua insan yang kini ada di halaman mulai melepas tangan. Sam membuka pintu mobil untuk Kai.
Kai masuk dengan sedikit rasa canggung. Mendapat perlakuan lembut dari Sam. Gadis itu masih belum percaya akan kesungguhan pria itu. Mobil pun bergerak meninggalkan halaman.
Selang dua puluh menit, mereka sampai sebuah mall besar. Mall milik Umar. Mereka berdua turun dan menuju lobby setelah Sam memberi kunci pada petugas vallet.
Sam kembali menggandeng tangan gadis itu. Hari ini, ia akan memanjakan Kai. Apa pun yang ingin gadis itu beli ia akan membayarnya.
"Aku dengar di sini ada outlet khusus Disney," jelas Sam.
"Di mana?" tanya Kai antusias.
Gadis itu akan selalu semringah jika berhadapan dengan tokoh kartun Disney tersebut. Sam langsung menarik tangan gadis itu dan mengaitkannya di lengan.
Kai terpana dengan berbagai boneka karakter Disney di sana. Mulutnya sampai terbuka karena begitu terpesona melihat semua tokoh kesukaannya terpajang.
Gadis itu langsung meraih boneka Donald duck yang berwajah masam. Ia memeluk erat boneka itu.
"Aku mau ini," pintanya dengan tatapan memohon.
Sam menggodanya, ia berpikir agak lama untuk mengangguk. Namun, melihat mata Kai yang sedih dan mulai berkaca-kaca. Sam tak tega, akhirnya mengangguk.
Kai melompat kegirangan. Banyak anak-anak yang berebutan dengan gadis itu. Kai tidak mau kalah. Boneka Goofie jadi rebutan. Sosok gadis kecil lebih dulu meraihnya.
"Adik, ini buat Kakak ya, nanti Kakak tambah bonekanya jika mau," tawarnya.
Gadis itu menggeleng kuat.
"Maaf, Kak. Ayah sudah lama menabung uang untuk membeli boneka ini sebelum ia meninggal dunia tiga hari lalu," ujar gadis kecil itu sendu.
Kai tertegun, ia tak mungkin merampas dan tak peduli. Gadis itu memiliki kenangan dengan boneka itu dengan mendiang ayahnya.
"Pilih yang lain, Kai!" saran Sam.
Pria itu seperti membawa kemenakan berusia lima tahun saja. Sam sangat ingat. Kai bukan Trisya yang begitu ingin barang-barang branded atau perhiasan bertahtakan berlian.
Akhirnya, Kai hanya membawa dua boneka dari tempat itu. Donald duck dan juga Duffy duck. Hari kian larut. Sam akhirnya mengajak pulang Kai, setelah gadis itu tak menginginkan semua gaun, sepatu dan tas yang ditawarkan Sam.
Ketika sampai rumah, Febri hanya bisa mengelus dada ketika cucunya hanya membawa dua boneka bebek. Husain hanya tertawa melihat tingkah Kai.
"Dia seperti itu karena tidak ada yang memperhatikannya semenjak ia kecil," keluh Umar.
Febri hanya tersenyum kecut. Sebagai seorang nenek. Semestinya, ia memanjakan Kai dengan berbagai boneka dan mainan kesukaan gadis itu.
"Dia lupa, jika sekarang usianya sudah dua puluh tahun. Dia bukan anak-anak lagi," lanjut Umar.
Sam tidak keberatan sama sekali dengan tingkah gadis itu. Malah sekarang menjadi bahan keusilannya di kantor.
"Saya, pulang dulu, Om. Assalamualaikum," pamit Sam..
"Wa'alaikum salam, hati-hati di jalan," sahut Umar.
"Iya, Om," ucap Sam.
Setelah kepergian Sam. Semuanya masuk kamar. Kai sudah terlelap dengan wajah ceria dan memeluk dua bonekanya sekaligus.
Sedang di tempat lain. Sosok gadis baru saja mendapat satu foto yang membuatnya tersulut amarah. Trisya membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berantakan.
"Aarrgh!' pekiknya kesal.
"Kenapa kau dekati gadis bodoh itu Sam!" bentaknya penuh amarah.
"Kai itu tidak pantas untukmu. Hanya aku. Hanya aku yang pantas!" teriaknya lagi.
"Kai!"
Lagi-lagi Trisya membuang semua benda yang ada di lemari riasnya ke lantai. Benda-benda kosmetik mahal miliknya berhamburan.
Trisya meremas rambutnya kasar dan terduduk di lantai. Ia menangis keras tak terima kenyataan. Husain mengumumkan pewaris setelah Umar adalah cucunya Kaina Syarifah Agatha..
"Kenapa semua kacau begini! Semua rencana ku hancur berantakan, karena Kai berubah!"
"Aku harus membuat rencana baru. Harus!" ujarnya penuh dendam.
"Kau harus membantuku Ibu. Menyingkirkan salah satu anakmu, yaitu Kai dan menjadikan aku satu-satunya putrimu!" ujarnya lagi dengan tatapan penuh kelicikan.
"Kaina, bersiap lah untuk kehancuran mu sebenarnya!" sumpah Trisya lantang.
bersambung.
ah ...
next?
mertuaq awalnya baik. tapi stlh operasi bypass jntng, mnm bnyk obat, jadi brubah spt kurang waras. ada yg brpndpt krn kravunn obat