IG elis.kurniasih.5
Hanin Aqila seorang wanita sederhana yang baru mengenal cinta. Namun siapa sangka kekasih yang ia pacari selama setahun ini adalah pria beristri. Hanin tak pernah tahu itu. Istri dari kekasihnya pun bukan sembarang orang, wanita itu adalah adik dari pria yang bernama Kenan Aditama, pemilik bisnis properti dan eksport terbesar se ASIA.
Cap pelakor dan wanita penggoda melekat di diri Hanin. Hidupnya pun harus berurusan dengan keluarga Aditama yang terkenal angkuh dan sombong.
"Aku akan menikahi wanita penggoda itu, agar dia tak lagi menggoda suami adikku." Ucap Kenan dingin, sambil melihat keluar jendela.
Walau Kenan belum menikah, tapi ia sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama lima tahun.
Bagaimanakah hidup Hanin selanjutnya? Akankah Kenan mampu mempertahankan pernikahan sang adik? Atau justru Kenan malah benar-benar menyukai wanita yang di sebut sebagai wanita penggoda itu?
Simak yuk guys
Terima kasih 😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebiasaan yang hilang
“Kiara, kapan kakakmu pulang dari Kuala Lumpur?” Tanya Rasti, wanita yang melahirkan Kenan dan Kiara.
Rasti adalah mantan pemenang ajang bergengsi di sebuah kota besar. Saat itu, Rasti berpasangan dengan Kean, pria berdarah Jerman yang lahir dan besar di Jakarta. Rasti dan Kean menjadi pasangan Abang None Jakarta kala itu. Hubungan yang semula berawal dari partner kerja, lalu berubah menjadi hubungan asmara dan kemudian menikah. Dua tahun pernikahan, pasangan ini di karuniai putra yang Bernama Kenan Aditama, nama belakang yang di sematkan dari keluarga besar sang ayah. Lima tahun kemudian, Rasti melahirkan anak kedua, seorang putri yang bernama Kiara.
Rasti dan Kean, saling mencintai, walau semula keluarga Kean menentang hubungan mereka, karena Rasti berasal dari keluarga biasa. Oleh sebab itu, hingga kini Rasti memilih sendiri dan tidak mau menikah lagi. Walau saat itu, ia masih terbilang cukup muda ketika Kean meninggal. Namun, ia lebih memilih membesarkan kedua anaknya sendiri, di tambah sosok Kenan yang sangat mirip dengan sang suami, membuat Rasti tidak mempunyai keinginan untuk menggantikan posisi suaminya oleh pria lain. Cukup Kenan dan Kiara yang menjadi pelipur lara.
“Harusnya nanti siang sudah tiba, Mam,” jawab Kiara.
Saat ini, Kiara sedang menemani ibunya di rumah besar keluarga Aditama.
“Tumben, kakakmu sendiri yang langsung meninjau restoran di sana. Biasanya dia menyuruh Vicky.”
Kiara mengerdikkan bahunya. “Ngga tau. Mungkin memang sedang ada trouble di sana.”
“Ah, masa. Setahu Mama restoran di sana aman-aman saja.”
Kiara menghampiri ibunya. “Ya sudah sih Mam. kalau sudah sampai Jakarta, pasti kakak mampir ke sini.”
“Mami rindu kakakmu,” ucap Rasti.
Kiara memeluk tubuh sang ibu yang sedang duduk di sofa. “Pasti Mami juga lagi rindu papi ya?”
Rasti mengangguk dan memegang tangan Kiara yang berada di bahunya.
Kenan adalah anak yang bisa di andalkan. Ia selalu ada untuk ibu dan adiknya, karena untuk Kenan keluarga adalah yang utama. Ia akan menyerahkan seluruh hidupnya untuk kedua wanita yang ia cintai itu. dan, Rasti sangat bersyukur memiliki putra seperti putranya.
“Bagaimana kehamilanmu?” tanya Rasti lagi, kali ini ia menanyakan keadaan putrinya.
Kiara mengelus perutnya yang sedikit buncit. “Baik, Mam. Bahkan dia tidak merepotkan Kiara sama sekali.”
“Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Gunawan? Suamimu sudah tidak berhubungan dengan wanita penggoda itu ‘kan?”
Kiara menggeleng. “Tidak tahu, Mam. Lagi pula Kiara sudah tidak peduli. Terserah dia mau melakukan apa di luar sana.”
“Loh, kok begitu?” tanya Rasti hingga mendekatkan tubuhnya pada sang putri.
“Kiara tidak mau mengekang Mas Gun, Mam. Kalau pun dia memang sudah tidak cinta lagi sama Kiara. Kiara bisa apa?”
Rasti sama sekali tidak tahu, bahwa Gunawan tidak mencintai Kiara sejak awal, karena yag ia tahu Gunawan menikahi putrinya karena cinta hingga melakukan hubungan itu di luar nikah.
“Kamu menyerah? Jangan kalah dengan wanita penggoda itu, Ra! Lagi pula kakakmu sudah membereskan wanita itu ‘kan?” tanya Rasti lagi.
“Entahlah, Mam. Tapi menurut temanku, wanita itu sudah tidak bekerja lagi di kantornya. Entah sekarang dia ada di mana dan sepertinya Mas Gun memang sudah tidak bersama wanita itu lagi. Malah sekarang Mas Gun sering pulang tepat waktu,” jawab Kiara.
“Bagus kalau begitu.” Rasti berdiri dan menhampiri putrinya. Ia mengelus rambut putri kesayangannya itu.
“Mami yakin, kamu dan Gunawan akan selalu baik-baik saja. Apalagi ada anak ini yang akan mengeratkan hubungan kalian.”
Kiara tersenyum. “Semoga saja, Mam,” gumamnya dalam hati.
Tepat di balik pintu itu, Gunawan berdiri dan mendengar percakapan antara istri dan mertuanya. Kebetulan Kiara dan Rasti tengah duduk di teras taman belakang. Mereka sedang duduk santai di temani dengan secangkir teh hangat.
Gunawan baru saja mengantar istrinya ke rumah ini. Seperti biasa, jika Kiara sedang tidak ada kegiatan, ia meminta sang suami untuk di antarkan ke rumah ibunya sebelum Gunawan berangkat ke kantor.
Kemudian, Gunawan kembali lagi ke rumah itu, karena ada satu yang tertinggal. Saat Kiara turun dari mobil, ia meninggalkan obat-obat yang harus di konsumsi oleh ibu hamil, sehingga Gunawan memutarkan kembali mobilnya dan menuju kediaman Aditama.
Mendengar Kiara yang benar-benar berubah, tiba-tiba hatinya gelisah. Biasanya, sang istri terus mencari perhatian dan mengejar cintanya, tapi sekarang dia menyerah. Bukankah seharusnya Gunawan bahagia? Karena ini adalah hal yang ia inginkan sejak dulu. Namun nyatanya, mendengar Kiara menyerah dan tak lagi mengejar cintanya, Gunawan malah gelisah, seperti ada kebiasaan yang akan hilang.
“Ra.” Panggil Gunawan, menghampiri kembali ibu mertua dan istrinya yang terduduk di sana.
“Loh, kamu balik lagi, Gun?” tanya Rasti.
“Iya, Mam. Tadi saat turun dari mobil, Kiara meninggalkan ini.” Gunawan menyerahkan satu kotak obat-obatan yang kini di konsumsi Kiara setiap hari.
Gunawan berjalan menghampiri Kiara. “Ini, Ra. Kamu harus meminumnya tiga kali sehari 'kan?”
Kiara mengangguk santai sambil menyeruput teh hangat itu, menerima pemberian sang suami. “Oh, iya. Aku lupa. Terima kasih.”
Tiba-tiba, Gunawan mengecup kening Kiara, sebelum ia hebdak melangkah lagi untuk pergi. Suatu hal yang tidak pernah pria itu lakukan selama empat tahun pernikahan.
Tubuh Kiara sontak membeku, menerima perlakuan manis dari sang suami. Ia seperti mimpi di pagi hari.
“Nanti sore aku jemput,” ucap Gunawan tersenyum, setelah mengecup kening Kiara dan mengelus rambutnya.
Gunawan pergi dan menghampiri lagi ibu mertuanya. “Saya berangkat lagi, Mam.”
Gunawan meraih punggung tangan Rasti dan menciumnya.
“Hati-hati, Gun,” kata Rasti.
Gunawan pun langsung mengangguk. Lalu, pergi. Sesaat sebelum ia benar-benar akan keluar, Gunawan kembali menoleh ke arah Kiara. Namun, sang istri tidak menatap ke arahnya. Padahal biasanya, Kiara akan dengan riang mengantarkan sang suami yang akan berangkat kerja, hingga Guanwan menaiki mobil, bahkan Kiara akan tetap berdiri di sana hingga mobil yang Gunawan kendarai benar-benar keluar dari gerbang rumah itu.
Namun, sekarang semua kebiasaan yang di lakukan sang istri untuknya, hilang. Dan, Gunawan kehilangan akan kebiasaan itu.
ternyata dunia novel benar2 sempit, sesempit pikiran Gun Gun 🤭
ingat umur daaaad...!!!!
ternyata mami Rasti sama dgn Hanin kehidupan masa lalu nya..🥺
CEO tp g ada otak nya,,mesti nya kamu tuh cari dlu kebenaran nya Ken sebelum menghukum Hanin..kamu tuh kaya CEO bodoh g bisa berprilaku bijak..benar2 arogan..😠