Dunia kultivator.
Yang kuat menindas yang lemah, yang lemah menjadi abu sehingga setiap orang berusaha untuk menjadi kuat.
Di Klan Qing.
Seorang pemuda yang ternyata memiliki takdir langit terlahir dengan fisik yang lemah, sehigga menjadi bahan ejekan para murid klan lainnya. Keberadaanya yang di pandang sebelah mata tiba-tiba mengejutkan semua orang.
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya? Simak terus ya Kak PBTB.
Karya ini hadir terinspirasi oleh author-author keren yang ada di mangatoon. Terima kasih kepada Shujinkouron. 🙏.
👉 Belum di perbaiki. 🙏
Terima kasih. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Klan Tian
Boom... ledakan keras terjadi. Pemuda tersebut terbang puluhan meter. Lima pemuda yang ada di tempat tersebut juga terlempar beberapa meter.
Mereka tidak percaya, bagaimana mungkin pemuda tersebut melakukannya. Saat kekuatan angin menghilang, wajah tua dengan raut wajah ketakutan berlutut dihadapan pemuda tersebut.
"Berlutut !" teriaknya, marah pada ke enam orang tersebut. Kelima orang itu lalu mendekat dan berlutut. "Bersujud !" teriaknya sekali lagi. Wajah tuanya bergetar takut dan marah. Sekali lagi para pemuda tersebut bersujud.
"Penguasa muda, mohon pengampunanmu" ucapnya memohon.
"Tian Tie, aku ingin penjelasanmu, bagaimana ini bisa terjadi?" ucap Qing Ruo kesal.
Wajah ke enam pemuda tersebut menegang. Bagaimana mungkin patriak mereka bersujud dan berlutut dan bahkan memanggilnya penguasa muda.
"Penguasa muda, aku mohon pengampunanmu. aku mohon penguasa muda sudi datang dulu ke istana, aku akan menjelaskan ini semua" jawabnya dengan hormat dan takut.
"Tian Tie, jika aku tidak kuat, apakah mungkin kamu dapat berbicara lagi denganku?" ucapnya sambil menatap Tian Tie dengan kesal.
Tian Tie menatap ke enam pengjaga tersebut dengan tatapan penuh arti. "Minta pengampunan!" ucapnya melalui telepati. Ke enam pemuda tersebut lalu sekali lagi bersujud mohon pengampunanya.
Qing Ruo menatap ke enam pemuda tersebut dengan kesal. "Sudahlah, tidak perlu melakukan hal yang seperti itu. aku tahu tugas kalian melindungi tempat ini, tapi cara kalian melakukannya membuat kecewa" ucapnya lalu pergi.
Patriak Tian Tie menatap ke enam pemuda tersebut. "Apa yang telah kalian lakukan, pergi ke klan. Panggil tetua agung, para tetua dan leluhur. Aku akan berusaha mencegah penguasa muda pergi!" teriaknya dengan marah melalui telepati.
Ke enam pemuda tersebut segera pergi masuk ke dunia kecil memanggil semua para tetua dan leluhur.
"Penguasa muda mohon pengampunanmu, ini semua salahku karena lupa memberi tahu mereka. saat kembali dari istana kekaisaran Wei, aku dan para tetua terlalu bahagia dan sibuk membicarakan masalah tuan muda. Bahkan kami dalam persiapan khusus dan ini serius" ucap Tian Tie menghentikan langkah Qing Ruo.
"Ada masalah apa?" tanya Qing Ruo menghentikan langkahnya.
"Ini menyangkut keberadaan penguasa putri Qing Ling" ucap Tian Tie lirih sambil menatap Qing Ling.
"Ada apa dengan isteriku ?" tanya Qing Ruo menurunkan wajah kesalnya.
Shwos...shwos... Para tetua dan tiga leluhur serta ke enam pemuda itu datang. Mereka semua berlutut. "penguasa muda, mohon pengampunanmu" ucap mereka bersamaan.
Sikap mereka membuat jiwa Qing Ruo melunak. "Baiklah aku akan ikut" ucapnya dengan suara merendah.
Dirinya tidak ingin mengambil resiko, terutama tentang keselamatan Qing Ling.
Semua orang merasa lega terutama patriak Tian Tie. "Baiklah kita akan ke dunia kecil sekarang" ucapnya dengan sangat bahagia.
___
Vila istana selatan ke kaisaran Wei.
"Li Hao, kemana Qing Ruo dan Qing Ling?" Tanya Zheng Li.
"Guru, mereka sedang pergi beberapa hari dan akan kembali."
"Baiklah, kalian nikmati beberapa hari ini sebelum melanjutkan perjalanan" ucapnya lalu pergi.
"Aku tidak akan kemana-mana, aku akan berlatih saja ucap Qing He Long pada Qing Hye Long. Aku harus kuat dan kuat" ucapnya. "Aku juga tidak akan pergi" ucap Lin Mo.
"Baiklah, nikmati waktu kalian, aku akan pergi" ucap Li Hao lalu pergi bersama Xia Sifa.
Disudut ruangan, Wu Dao dan Chen Chen berlatih bersama. Mereka tidak terpengaruh oleh yang lain.
__
Sebuah istana giok melayang di langit dengan gerbang naga yang megah. Tangga istana giok itu terbuat dari emas murni. Selain itu, ada kekuatan langit kuno yang menyelimutinnya.
"Penguasa muda, selamat datang di klan Tian" ucap Tian Tie pada Qing Ruo dengan hormat. Saat mereka sama-sama memasuki istana.
Qing Ruo hanya menangguk-angguk kekaguman. "Sungguh istana yang luar biasa" ucapnya memuji.
"Penguasa muda lihat" ucapnya menunjuk sebuah patung emas yang berisi kekuatan kuno duduk di kursi utama di aula istana. Patung itu tampak hidup, karena ada aura Luo Feng padanya. Mata Qing Ruo menyipit. "Ayah... " ucap Qing Ruo pelan.
Walaupun suaranya pelan, tetapi dengan jelas dapat didengar oleh tetua agung Tian Sha dan tiga leluhur lainnya.
Rasa penasaran mereka dengan identitas penuasa muda mereka sepertinya secara perlahan mulai dapat diterima. Alasan kuat yang mulai mengikis keraguan mereka adalah Karena patung tersebut memiliki aura kuno Luo Feng.
"Penguasa muda, klan Tian adalah klan yang secara khusus mengabdi kepada penguasa agung" ucap Tian Tie.
Qing Ruo mengangguk, sambil Memandang wajah para tetua dan leluhur. Sebagian dari wajah itu ragu dan sebagian lagi percaya bahwa Qing Ruo adalah penguasa muda mereka.
"Penguasa muda, bagimana kabar penguasa agung dan dimana dia sekarang?" tanya leluhur Tian Lie.
"Ayahku baik-baik saja, saat ini, dia sedang berlatih di dunianya sendiri" jawab Qing Ruo.
Ketiga leluhur dengan jelas dapat merasakan kekuatan darah dewa luo yang menindas kekuatan darah mereka, tetapi mereka masih kurang yakin, karena nama Qing Ruo yang tidak bermarga Luo.
"Patriak, ada tamu" ucap seorang murid melapor. "Siapa?" tanya Tian Tie tegas.
"Mereka dari klan Qiong" ucap pemuda tersebut. "Baiklah, tetua Tian Chie jemput mereka!" ucap Tian Tie.
"Baiklah, sebelum kita mengadakan perjamuan, sebaiknya penguasa muda beristirahat terlebih dahulu" ucap patriak sambil membawa Qing Ruo dan Qing Ling ke istana timur.
Diluar gunung, patriak Qiong Di dan dua tetua lainnya sedang menunggu. Mereka dengan sabar menanti.
Tiba-tiba Tian Chie muncul. "Haha...haha.. Saudara-saudara dari klan Qiong, maaf membuat anda lama menunggu" ucap tetua Tian Chie sambil menangkupkan tangannya dengan ramah.
"Baiklah, mari masuk ucapnya" lalu menghilang di dalam dimensi dunia kecil.
Malam harinya, di aula istana klan Tian. Para tamu dari klan Qiong dan para tetua serta generasi muda berbakat, murid dari klan Tian serta tiga leluhur telah hadir. Mereka tampak senang dengan perjamuan mewah tersebut.
Sebagian ada yang sudah tahu kedatangan penguasa muda, sebagian ada yang belum tahu sehingga membuat mereka penasaran.
Tidak beberapa lama, patriak Tian Tie hadir bersama Qing Ruo dan Qing Ling.
"Hormat pada penguasa muda dan penguasa Putri. Damai dalam kemenangan dan diberkati para dewa" ucap semua orang disemua ruangan itu secara bersamaan sambil berlutut.
Jiwa Qing Ruo bergetar, terlebih Qing Ling, dirinya tak pernah menyangka bahwa akan ada penyambutan seperti itu.
"Hormat kalian ku terima, berdirilah" ucap Qing Ruo tegas. Patriak Tian Tie lalu mempersilahkan Qing Ruo duduk di kursi utama dan di dampingi Qing Ling.
Patriak Tian Tie lalu berdiri. "Saudara sekalian, aku mengucapkan terima kasih atas kehadirannya. Malam ini adalah malam kehormatan dan kebahagiaan kita klan Tian dan Klan Qiong. Ditengah-tengah kita telah hadir putra penguasa agung Luo Feng. Baiklah, silahkan penguasa muda memperkenalkan diri" ucap Tian Tie bahagia.
Qing Ruo lalu berdiri. "Saudara sekalian aku Qing Ruo dan ini isteriku Qing Ling" ucapnya tegas dan mantap. Aura penguasa muncul setiap kali dirinya mengucapkan kata-katanya.
Banyak yang datang menyimak dengan hormat. Sebagian dari mereka bertanya tanya mengapa namanya bermarga Qing tetapi mereka tidak mempertanyakannya takut menyinggung perasaan Qing Ruo.
Sambil tersenyum Qing Ruo melanjutkan kata-katanya. "Aku ingin kalian semua merahasiakan kehadiran ku" ucapnya tegas sambil mengeluarkan aura dewa Luo yang membuat mereka di dalam ruangan itu mengerti.
Walaupun getaran aura itu berlangsung beberapa detik, itu cukup menjeleskan keberadaannya. Banyak murid di tingkat rendah hampir kehabisan nafasnya karena kekuatan tekanan darah dewa luo yang sangat menindas mereka.
"Baiklah perjamuan di mulai" ucap patriak dengan senang dan bangga. Qing Ruo duduk di kursi utama dan di dampingi para tetua dan patriak. Mereka satu persatu memperkenalkan diri. hadir juga Qiong Di dan dua tetua lainnya.
Perjamuan mewah itu akhirnya berakhir. Qing Ruo dan Qing Ling telah kembali ke istana selatan untuk beristirahat.
Di tempat peristirahatan. "Ruo gege, bagaimana keadaanmu" tanya Qing Ling sambil merebahkan kepalanya di dada Qing Ruo.
"Aku baik-baik saja, bahkan telah sepenuhnya pulih" ucapnya lembut sambil membelai rambut isterinya.
"Ruo gege, dua minggu saat dirimu tidak sadarkan diri, banyak para tabib istana yang datang untuk menyembuhkanmu, tetapi mereka semua menyerah karena mereka tidak mampu, bahkan Menurut sebagian dari mereka, tidak ada perlu tindakan penyembuhan karena dirimu dapat pulih sebdiri. Tetapi itu tetap membuatku cemas" ucap Qing Ling terus berbicara.
"Haha.. Sayangku, bagaimana aku dengan mudah mati. Darahku adalah darah dewa, tentu saja dapat melawan kekuatan dunia ini, hanya saja aku perlu waktu untuk memulihkan diri" ucap Qing Ruo menjelaskan.
"Sayang, apakah darahmu tetap berwarna merah?" tanya Qing Ling penasaran. "Tentu, darah emas adalah sari darahku" jawab Qing Ruo lembut.
Qing Ruo menggoreskan telapak tangannya. Setetes Darah emas mengambang. Slash... Darah itu melesat pada kening Qing Ling.
Whush... Kekuatan kuno yang dahsyat bergerak dalam tubuhnya lalu menguatkan daging dan tulangnya.
"Serap kekuatan darahku"ucap Qing Ruo lembut. Qing Ling lalu duduk memposisikan diri dengan sikap kultivasi.
Dirinya terus menyerap kekuatan darah emas tersebut dan tidak begitu lama swoh... dirinya menerobos pendekar surga tingkat puncak.
Qing Ling membuka matanya. "Sayang" ucap lembut. Tampak kebahagiaanya dalam dirinya. "Akhirnya aku menerobos, bahkan dalam kondisi puncak". Qing Ruo mengangguk senang lalu mengecup kening kekasihnya.
Ke esokan harinya. Di halaman istana selatan tempat Qing Ruo dan Qing Ling beristirahat. Patriak dan tiga leluhur sudah menunggu. Sambil menikmati teh pagi mereka tampak sangat senang.
"Leluhur, aku harap tindakan kita tidak menyinggung perasaan penguasa muda" ucap patriak Tian Tie. "Aku harap juga demikian" ucap leluhur Tian Chen.
"Leluhur Tian Lie, tugas ini aku serahkan secara khusus padamu" ucap patriak Tian Tie. "Aku akan melakukannya dengan baik" jawab leluhur Tian Lie dengan sungguh-sungguh.