Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Sudah Cukup
Selama perjalanan pulang, Ayna mengalihkan pandangannya dari Alex. Ia tidak mau melihat pria itu. Alex dari tadi terus mengumbar senyum. Senyuman yang membuat Ayna makin kesal.
Setelah mobil berhenti di basemen apartemen, Ayna segera turun tanpa mengucapkan apapun pada Alex. Ia masih malu dengan pengakuannya tadi.
"Ayo... kita masuk, sayang!" Alex ikut turun dan merangkul leher Ayna.
"Mas, nggak ke kantor?" Ayna kaget Alex ikut turun juga. Seharusnya pria itu setelah mengantarnya pulang, langsung pergi ke kantor. Ini juga sudah jam berapa.
"Aku akan ke kantor, kalau kamu katakan kamu mencintaiku." Alex menggoda Ayna sambil memainkan alisnya. Dia ingin mendengar sang istri menyatakan cinta secara langsung.
Ayna malas menggubris, wanita itu pun berjalan cepat meninggalkan suaminya.
"Sayang..." Alex masih mengikuti Ayna hingga mereka masuk ke dalam lift.
Melihat Ayna diam saja, Alex jadi kesal. Istrinya itu tidak mau mengatakannya. Apa susahnya sih?
"Sayang... please!" Alex menarik Ayna ke hadapannya.
"Mas, lepas dong! Nanti kalau ada orang, malu lho!" Ayna akan melepaskan tangan Alex yang melingkar di pinggangnya.
"Kan nanti kalau ada orang. Kalau nanti nggak ada orang, lebih bagus." Alex makin merapatkan tubuh Ayna.
"Mas!!!" Ayna jadi merapatkan giginya.
"Sayang..." Kini wajah Alex sudah memelas.
Ayna menghembus nafas, pria itu terus saja memaksanya. Bahkan sampai memelas dan merengek seperti bocah.
"Aku-, aku..." Ayna akan mengalah dan mengatakan perasaannya.
"Aku mau keluar, Mas!" Ucap Ayna segera melihat pintu lift terbuka.
Pintu lift sudah terbuka, mereka sudah sampai di lantai unit apartemen Alex. Tapi Alex segera menekan tombol turun.
"Mas... kenapa jadi turun ini?" Ayna tidak mengerti, bisa-bisanya Alex membuat mereka kembali menuju ke lantai dasar.
"Nantikan bisa naik lagi!" Alex mengatakan dengan memasang wajah tidak berdosa. Tapi bisa membuat Ayna jadi berdosa, karena ingin menggigit pria di hadapannya itu.
"Katakan kalau kamu mencintaiku!" Paksa Alex merangkup wajah Ayna yang malah dengan cepat menggeleng.
"Nggak mau!"
"Ya sudah, kalau begitu sampai sore kita akan di lift ini. Naik turun, naik turun. Naik turun lagi, turun naik lagi."
"Mas!" Pekik Ayna kesal. Untung sekarang bukan jam orang-orang berangkat kerja. Jika tidak, mereka pasti akan jadi tontonan.
Lift pun sampai di lantai dasar dan Alex kembali menekan hingga lift perlahan bergerak naik ke lantai tujuan mereka.
Ayna tercengang, pria itu tidak membiarkannya keluar. Alex memang keras kepala. Apa yang dia inginkan harus tercapai.
"Mas... a-aku cinta kamu." Ucap Ayna cepat. Ia ingin segera keluar dari kotak besi ini.
"Yang tulus, jangan terpaksa gitu."
"Aku cinta kamu!" Ayna merapatkan giginya.
"Mana ada orang mengatakan cinta sambil marah."
"Aku mencintaimu." Ayna memelankan suaranya.
"Aku nggak dengar."
"Dasar budek!" Timpal Ayna kesal. Alex banyak maunya, dikasih hati minta jantung.
Bukannya marah, Alex malah tertawa terbahak-bahak. Menggoda Ayna sangat menyenangkan.
"Terima kasih, sayangku." Alex menyatukan jemari tangan mereka. Lega setelah mendengar kata cinta langsung dari orang yang dicintai.
"Dibilang budek kok bilang terima kasih sih, Mas." Ledek Ayna.
"Bukan untuk yang itu, Ay." Alex menyentil kening istrinya.
Ayna mengusap keningnya. Ia pun memasang wajah cemberut.
"Terima kasih karena sudah mencintaiku. Aku berjanji sebagai seorang pria, aku akan mencintai kamu seumur hidupku!" Alex mengecup kening Ayna cukup lama lalu menatap Ayna penuh cinta.
"Hanya kamu seorang." sambung Alex kemudian.
Ucapan dan tatapan tulus Alex seakan menembus hati Ayna yang terdalam. Kata-kata romantis yang diucapkan Alex, membuat hati Ayna berdebar-debar. Wanita itu menatap mata yang penuh kasih dan sayang. Ia kan jadi baper.
"Sayang, mau turun sekali lagi?" Tanya Alex menyadarkan Ayna.
"Kurang kerjaan, Mas!" Ayna yang sadar segera bergegas keluar dari lift.
###
"5, 4, 3... 2, 1... Ok selesai!" Alex tersenyum melihat arlojinya. Ini sudah jam 4, ia harus segera pulang ada istri tercinta yang menunggunya.
Alex berjalan keluar ruangan. Jo datang menghampiri.
"Maaf, Pak. Ada berkas yang harus anda tangani segera." Jo menyodorkan berkas.
Alex menunjuk arlojinya. "Ini sudah jam pulang kerja, Jo. Letakkan saja di meja, besok aku selesaikan. Aku pulang dulu, Jo. Istriku sudah menunggu. Kau segeralah pulang!" Alex menepuk bahu Jo, lalu ia bergegas pergi dengan senyum mengambang.
'Ayna masak apa ya?' Alex tidak sabar untuk segera sampai rumah dan melahap masakan ala chef Ayna.
Jo hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Lalu masuk ke ruangan Alex untuk meletakkan berkas tersebut.
Padahal ia hanya meminta tanda tangan saja dan pria itu tidak bisa mengulurkan waktu sebentar. Terserah Alex sajalah, dia kan bosnya.
Alex sampai di parkiran kantor. Langkahnya terhenti saat melihat wanita yang berdiri di dekat mobilnya.
"A-Alex." Panggil Mona melihat orang yang ditunggu datang juga.
Alex tidak menyahut dan memilih akan masuk ke dalam mobil saja. Ia tidak punya urusan pribadi lagi dengan Mona. Jika untuk urusan pekerjaan, ada Jo.
"Alex... kenapa kamu menikah dengan Ayna? kenapa kamu tega seperti ini padaku?" Mona menahan tangan Alex, menghalangi pria bermata tajam itu memasuki mobil.
"Aku menikahi Ayna, karena aku mencintainya." Alex perlahan melepas tangan Mona.
"Tidak! Kamu mengatakan jika kamu mencintaiku-"
"Hentikan, Mon!" Sela Alex segera. "Maaf, aku hanya menganggapmu teman!" Alex menolak Mona segera. Ia harus tegas.
"Alex, apa wanita itu menjebakmu?" Mona seakan tidak terima, Ayna membuatnya ditolak oleh pria yang selalu mengejar-ngejarnya dulu.
Alex melirik jam tangan, waktunya sudah terbuang untuk hal tidak penting ini. Seharusnya ia sudah setengah perjalanan pulang.
"Alex..."
Melihat Alex yang akan masuk, Mona segera memeluk erat pria itu dari belakang.
"Alex, aku mencintaimu. Aku dari dulu sudah mencintaimu, tapi..." Mona meneteskan air mata.
"Sudahlah, Mon!" Alex tidak mau mendengar alasan wanita itu lagi.
"Semua sudah berlalu-"
"Tidak, Lex!" Potong Mona. "Ini semua karena Mama kamu."
Alex jadi bingung, kenapa Mona malah menyalahkan Mamanya.
"Apa maksud kamu?" Tanya Alex melepas tangan Mona. Ia membalikkan tubuhnya melihat Mona.
"Sa-saat itu, Mamamu menemuiku dan memintaku untuk menjauhimu." Mona menghapus air mata sambil menatap Alex.
"Ka-karena Mama kamu sudah menjodohkanmu dengan wanita yang selevel. Aku-aku-"
Alex menaikkan tangannya, ia merasa Mona hanya membuat-buat alasan. Mau Mamanya menjodohkan dengan siapapun, semua keputusan akan kembali padanya. Ia yang akan memilih pendamping hidupnya.
"Jangan jadikan Mamaku sebagai alasan! Jika Mamaku menolak pilihanku, itu tugasku untuk meyakinkannya!"
"Tapi, Lex..."
"Sudah cukup, Mona! Aku pria yang sudah beristri sekarang dan aku sangat mencintai istriku!" Alex menepuk pelan pundak Mona, lalu ia segera masuk mobil.
"Lex, Alex!" Mona hanya bisa menatapi kepergian pria itu dengan berlinang air mata.
.
.
.
Kalau sudah tiada baru terasa🙄
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘