Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.
Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Singa Lapar
Sehari sebelum pertemuan, akhirnya Zafira telah mengambil keputusan untuk menerima tawaran plus tantangan dari Mr. Jay. Mendengar iming-iming komisi yang ditawarkan Alvian, Zafira tentu sulit untuk menolaknya. Tawaran menggiurkan, kesempatan emas, bodoh bila ia menolaknya. Apalagi ia sedang mengalami kesulitan keuntungan, sedangkan dirinya sekarang merupakan tulang punggung bagi anak-anak dan ibunya. Besar harapannya ia bisa mendapatkan proyek ini. Ia ingin sekali membeli rumah atau mobil atau bisa keduanya, menyesuaikan komisi yang ia peroleh nanti. Rumah agar ia tidak perlu mengontrak dan mobil agar dapat mempermudah dirinya dan keluarga kecilnya bepergian kemanapun tanpa takut kehujanan maupun kepanasan.
Setelah mengambil keputusan, Zafira pun segera menemui sang atasan di ruangannya.
"Jadi bagaimana keputusanmu?" tanya Alvian siang itu saat Zafira menemuinya dan mengatakan telah mengambil keputusan perihal tawaran sekaligus tantangan Mr. Jay.
"Saya bersedia, pak," jawab Zafira mantap tanpa keraguan. Selain mengharapkan komisi dari keberhasilan tawaran yang Mr. Jay ajukan, ia pun ingin membuktikan kemampuan dirinya. Meskipun ia telah vakum selama 7 tahun dari dunia kerja kantoran dan telah menjadi seorang ibu dari kedua putrinya, bukan berarti ia kehilangan kemampuan dirinya. Ia justru akan menjadikan pengalaman kerjanya di masa lalu dan keberadaan anak-anaknya sebagai cambuk untuk meraih kesuksesan. Ia juga akan membuktikan pada calon mantan suami dan mertuanya, tanpa mereka, ia bisa dan tanpa mereka, ia mampu. Ia bukan orang bodoh dan ia bukanlah benalu yang hanya bisa hidup dari belas kasih orang lain. Untuk membalaskan sakit hati itu, tak perlu dengan melakukan tindakan yang membahayakan apalagi menggertak dan menyerang secara bar-bar. Cukup tunjukkan kemampuan diri dengan menjadi orang sukses, maka itu sudah cukup untuk membungkam mulut orang-orang yang pernah menghina dan merendahkan diri dan anak-anaknya dulu.
"Baguslah. Semoga kau berhasil mengembangkan terobosan terbaru untuk produk terbaru kita. Aku sangat menantikan ide-ide brilianmu itu. Aku juga ingin melihat apa kau memang sehebat itu atau ... itu hanya sekedar omong kosong belaka," ujar Alvian yang tampaknya belum benar-benar yakin dengan kemampuan Zafira. Alasannya tentu saja karena Zafira telah 7 tahun hiatus dari pekerjaannya.
Mendengar penuturan sang atasan, tanpa sadar Zafira menyunggingkan senyum miringnya. Secara tidak langsung, Alvian seperti meremehkannya. Tentu ia makin tertantang mendengar kata-kata itu.
"Tentu saja, pak. Saya akan mengupayakan yang terbaik. Setelah menyampaikannya dengan Mr. Jay, saya harap bapak segera membuat surat kesepakatan pemberian komisi yang Anda janjikan itu," tutur Zafira tenang dan penuh percaya diri.
Alvian terperangah mendengarnya, melihat sikap dan kepercayaan diri Zafira saat menghadapinya, entah bagaimana membuat Alvian tanpa sadar kian tertarik.
'Menarik,' gumamnya dalam hati.
"Tentu saja. Aku takkan menarik ucapanku. Kalau perlu, kita akan membuat kesepakatan hitam di atas putih," tegas Alvian membuat Zafira tersenyum lega dengan begitu manis sampai-sampai Alvian kesulitan memalingkan wajahnya.
Jam makan siang tiba, karena Alvian sangat sibuk, jadi ia meminta Zafira memesankan makan siangnya dari restoran tempat Nova biasa memesankan makanannya. Setelah makan siang Alvian datang, Zafira pun segera menyiapkannya di meja yang ada di dalam ruangan Alvian kemudian pamit untuk kembali ke mejanya.
Zafira yang memang selalu membawa bekal pun memakan makan siangnya di meja kerjanya. Ia tidak menggunakan fasilitas yang diberikan Alvian untuk membeli makan siang di restoran seperti yang Nova lakukan. Ia tidak seberani itu. Jadi, ia hanya menyantap makan siang sederhananya di meja kerja dengan tenang.
Selang beberapa menit saat Zafira baru saja mulai memakan makan siangnya, tiba-tiba saja seorang laki-laki duduk dengan santai di hadapan Zafira sambil meletakkan makan siangnya.
Zafira pun mendongak dengan mulut penuh berisi nasi membuat laki-laki itu terkekeh karena gemas sebab pipi chubby Zafira terlihat makin menggemaskan karena kedua pipinya yang menggelembung.
"Ya ampun, kamu kok gemesin banget sih!" seloroh laki-laki itu yang sudah terkekeh. Kemudian ia menyiapkan makan siangnya yang masih berada di dalam kantong, ada nasi, ayam bakar, sambal, dan lalapan.
"Pak Luthfi, Anda mau makan siang juga?" tanya Zafira basa-basi setelah berhasil menelan nasi dalam mulutnya.
"Udah tahu, nanya," cetus Luthfi cengengesan. "Zaf, jangan manggil gue pak dong, kayaknya kita seumuran deh. Aku baru 26 tahun, tahu," imbuh Luthfi sambil menyunggingkan senyum.
Mendengar kata-kata Luthfi, sontak saja Zafira tersenyum.
"Kenapa? Nggak kelihatan kan kalo aku udah 26 tahun, pasti kamu lihat aku kayak masih berusia 20 tahunan."
Zafira tak mampu menahan tawanya. Luthfi ternyata orang yang cukup percaya diri dan humoris.
"Hmmm ... iya, aku pikir kamu baru 20 tahunan," sahut Zafira dengan gerakan bibir mencibir.
"Kalau kamu berapa? Benar kan kita seumuran. Kita emang cocok banget."
Zafira terkekeh sampai nyaris tersedak, "aku ... 31 tahun," jawab Zafira santai.
Luthfi yang baru saja hendak menelan ayam gorengnya, sontak saja tersedak. Ayam goreng yang tidak ia kunyah dengan sempurna itu tiba-tiba saja tersangkut di tenggorokannya. Wajah Luthfi sampai memerah. Ia menepuk-nepuk dadanya yang kesakitan.
Sontak saja Zafira panik. Ia lantas segera mengambil air putih miliknya dan memberikannya pada Luthfi. Bahkan Zafira membantu Luthfi meminum air itu hingga dadanya kembali terasa lega karena ayamnya sudah berhasil ia telan dengan sempurna.
"Kamu udah nggak papa?" tanya Zafira khawatir.
"Udah. Aku udah nggak papa kok. Makasih ya," jawabnya sambil menghela nafas lega.
"Makanya makan itu hati-hati."
"Aku udah hati-hati kok. Cuma kata-kata kamu tadi yang ngagetin. Nggak percaya aku kalau kamu 31 tahun," ucap Luthfi dengan mata memicing. Wajah Zafira yang baby face justru tampak berusia 20 tahunan. Namun, dengan pembawaannya memang terlihat dewasa dan anggun.
"Nggak percaya?" Zafira tersenyum lantas ia merogoh dompet untuk mengambil KTP nya dan menunjukkannya pada Luthfi. "Gimana? Udah percaya?" Tanyanya saat Lutfhi tengah mengamati KTP Zafira yang ada di tangannya.
"Hah, jadi kamu serius 31 tahun. Artinya, aku seharusnya manggil kamu mbak dong?" gumamnya penuh keterkejutan.
Zafira terkekeh, "terserah aja. Mau mbak boleh, panggil nama juga boleh. Asal jangan panggil sayang aja," seloroh Zafira membuat Luthfi terkekeh.
"Kenapa nggak boleh? Ada yang marah kah?" goda Luthfi sambil mesem-mesem.
"Ada ng- ... "
"Luthfi, mana laporan yang aku minta tadi!" teriak Alvian dari dalam ruangannya membuat Luthfi lagi-lagi tersedak namun kini karena ulah atasannya yang super galak.
"Ukhuk ... ukhuk ... ukhuk ... i-iya, bos. Tunggu sebentar," sahut Luthfi setengah berteriak dengan telapak tangan masih sibuk menepuk dadanya.
"SEKARANG!"
"Astaga, si bos kayaknya sedang menjelma jadi singa lapar," gumam Luthfi sambil berdiri kemudian segera berlari menuju ruangannya untuk mengambil apa yang Alvian inginkan. Padahal jam makan siang saja belum berakhir, tapi Alvian telah meminta laporan yang ia minta. Makan siangnya saja masih berserak di meja Zafira. Zafira membiarkannya saja, siapa tahu, Luthfi akan kembali melanjutkan makan siangnya. Tapi ternyata, Luthfi sudah kehilangan mood makan siangnya. Jadi sekeluarnya dari ruangan Alvian, dia pun segera membereskan bekas makan siangnya yang belum selesai.
...***...
Piye toh pak Al, ngamuk-ngamuk wae? 😂
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...