Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. keputusan Maxime
Satu minggu berlalu dengan begitu cepat, Kakek Armand memutuskan untuk menghentikan pencarian Amora. Ia lebih fokus untuk membentuk serangan kembali pada markas musik karena tiga hari yang lalu ia dan yang lainnya mengalami kekalahan karena kalah dalam hitungan personil. Ternyata musuhnya jauh lebih banyak dari perkiraannya.
"Kakek yakin kita menghentikan pencarian Amora?," tanya Revan dengan tatapan tidak percaya.
"Iya, tarik semua orang kita dan fokus pada penyerangan kita kembali besok. Saya tidak menerima kekalahan Revan," jawab Kakek Armand.
"Tapi Kek, bagaimana jika Amora diculik oleh musuh-musuh kita?," tanya Revan yang begitu mengkuatirkan keadaan Amora yang belum kunjung ditemukan.
"Kakek tidak yakin dia diculik. Tapi dia sengaja pergi dari kita. Anak itu benar-benar tidak tahu terimakasih, harusnya saat ini aku membiarkannya meledak bersama mobil yang ia tumpangi," jawab Kakek Armand.
"Sekarang tarik seluruh pasukan kita untuk menghadapi anak buah Lucas, kau tahu bukan Revan jika Kakekmu ini tidak menerima kekalahan,"ucap Kakek Armand berapi-api. Dendamnya pada Lucas sudah mendarah daging sejak dulunya. Dan ia tidak rela jika Lucas lebih berkuasanya dari pada dirinya.
"Baik Kek," angguk Revan.
"Dan satu lagi hubungi Maxime dan Damian juga," ujar Kakek Armand.
"Ya Kek," jawab Revan.
Sementara itu di tempat lain Damian yang ditemani Maxime mengumpat pelan."Aku tidak habis pikir dengan Kakek tua itu. Bukannya menanyakan keadaanku malah meminta kita untuk datang kesana. Tidakkah ia sadar jika luka tembakku belum sepenuhnya kering dan sekarang dia akan mengatur serangan kedua," gerutu Damian yang mengalami luka tembak di dada sebelah kanannya karena musuh mereka yang jauh lebih banyak.
"Oh ya Max, setahuku sebelumnya pihak Lucas tidak pernah berurusan atau bersenggolan dengan kita tapi kenapa Kakek ingin kita menghabisi mereka?," tanya Damian pada Maxime yang duduk di sofa tunggal kamarnya.
"Setahuku, Kakek Armand dan Lucas ini dulunya bersahabat dan aku juga tidak terlalu tahu kenapa persahabatan mereka berujung permusuhan seperti ini," jawab Maxime.
"Kau tahu darimana mereka bersahabat?," tanya Damian yang begitu penasaran.
"Kakek yang mengatakannya tapi dia tidak mau menceritakan kenapa mereka akhirnya bermusuhan," jawab Maxime.
"Oh ya kau saka yang ke markas Max, aku belum bisa kesana. Lukaku ini belum sepenuhnya kering," ucap Damian.
"Baiklah, kau beristirahatlah. Aku akan ke markas sekarang," jawab Maxime berdiri dari duduknya keluar dari kamar sahabatnya itu.
***
Maxime memasuki markas setelah memarkir mobilnya. Dan sebelum ia benar benar memasuki markas pria itu dikejutkan dengan kedatangan anak buah Kakeknya dengan jumlah yang tidak sedikit. Anak buah mereka ini adalah yang ditugaskan oleh Kakek Armand untuk mencari keberadaan Amora tapi kenapa mereka malah kembali. Apakah Amora sudah ditemukan?.
"Apakah Amora sudah ditemukan?," tanya Maxime pada salah satu dari anak buah Kakeknya.
"Belum Tuan, tapi Kakek meminta kita untuk kembali," jawabnya.
Maxime mengangguk samar lalu segara masuk kedalam markas. Para anak buah Kakeknya tampak mempersiapkan senjata dan juga pasukannya. Sepertinya Kakeknya benar benar ingin menghabisi Lucas dan kekuasaannya.
"Max...kau datang, mana Damian?," tanya Kakek Armand menyambut kedatangan cucu kesayangannya itu.
"Damian belum sepenuhnya pulih Kek, bekas luka tembakannya belum kering," jawab Maxime melirik Revan yang tampak menatapnya tidak suka.
"Oh begitu, biarkan saja beristirahat. Kakek sudah menambah satu orang lagi yang akan membantumu dan Revan," ucap Kakek Armand membuat Maxime mengerutkan keningnya. Apakah Amora sudah ditemukan?.
"Siapa Kek?," tanya Maxime yang cukup penasaran. Tapi ia berusaha untuk bersikap biasa saja agar Kakeknya tidak begitu menyadari rasa penasarannya.
"Alvira...dia yang akan membantumu dan Revan," ucap Kakek Armand membuat Maxime sedikit jengkel dan juga kesal pada Kakeknya. Kakeknya begitu hobi menambah anggota perempuan meski Alvira bukanlah orang baru tapi wanita ini selalu bersikap semaunya dan juga selalu berusaha mengejarnya.
"Hai Max, apa kabar?. Lama tidak berjumpa ternyata kau semakin tampan saja," ujar Alvira. Dia dan Maxime memang sudah lama tidak bertemu karena Kakek Armand menugaskannya di perbatasan.
Maxime tidak menjawab pertanyaan Alvira, pria itu mendengus pelan dan membuang muka. Ia sangat malas bertemu dengan Alvira yang begitu agresif padanya selama ini. Maxime segara berjalan menghampiri Kakeknya karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.
"Kek, kenapa anak buah kita yang mencari keberadaan Amora ada disini?," tanya Maxime pada Kakeknya.
"Kakekmu itu sudah memutuskan untuk tidak lagi mencari gadis yang tidak tahu terimakasih itu. Sudah diselamatkan malah kabur begitu saja, membuat orang repot saja," ujar Alvira yang menjawab pertanyaan Maxime.
"Jaga ucapanmu Vira," ucap Revan yang tidak suka Alvira mengatakan jika Amora tidak tahu terimakasih.
"Aku benarkan Kek?," tanya Alvira mencari pembelaan dari Kakek Armand.
Kakek Armand tampak mengangguk samar. Sedangkan Maxime menghela nafas beratnya dan malas berkomentar apapun. Tanpa ada yang menyadari Maxime tampak tersenyum tipis, sangat tipis sehingga tidak ada yang menyadarinya.
"Max... penyerangan kita besok malam akan dipimpin oleh Revan. Kakek ingin kamu membantunya," ucap Kakek Armand yang membuat Maxime sedikit terkejut dengan keputusan Kakeknya yang menunjuk Revan yang memimpin pasukan mereka.
Revan yang disebut namanya oleh Kakek Armand tersenyum lebar dan melirik Maxime dengan sinis juga penuh ejekan.
"Maaf Kek, aku akan bergabung dengan yang lainnya. Sebaiknya serahkan saja pada Revan dan Alvira," jawab Maxime yang cukup kecewa dengan keputusan Kakek Armand.
"Max kau--
"Aku akan ada dibarisan belakang bersama yang lainya Kek, biar barisan depan menjadi tanggungjawab mereka berdua. Dan ya misi kali ini adalah misi terakhirku karena setelah ini aku akan keluar dari kelompok ini," ucap Maxime yang sudah memutuskannya semuanya matang-matang.
"Max...kau tidak semudah itu keluar dari kelompok kita. Misi kita masih banyak Maxime dan Kakek tidak akan pernah menyetujui keluarnya kau dari kelompok kita," jawab Kakek Armand.
"Aku lelah dengan semua misimu Kek, karena permasalahan pribadimu kau mengorbankan banyak anggota kita. Kakek lihat sebelumnya bukan, berapa banyak anggota kita yang merenggang nyawa hanya untuk mewujudkan ambisimu Kek," ujar Maxime yang sudah tidak sejalan dengan pemikiran Kakeknya yang semakin lama semakin egois.
"Kau--
"Pantas Amora pergi Kek, jangan-jangan Amora sudah tahu tujuan Kakek yang hanya memanfaatkannya saja karena dia adalah cucu dari Lucas," ujar Maxime membuat Kakek Armand menegang. Selama beberapa bulan ini ia menutup semuanya dari Maxime. Dari mana Maxime tahu jika Amora adalah cucu dari Lucas, selama ini yang tahu siapa Amora adalah dirinya dan Revan.
"Dan kau Revan, aku serahkan semuanya padamu, bukankah ini tujuanmu selama ini bukan?. Kau ingin menyamai posisiku disini. Silahkan!, kau dan Alvira bisa menjadi orang yang diandalkan Kakek untuk selanjutnya," sambung Maxime.
"Jadi kau iri saat ini karena Kakek lebih mempercayaiku kali ini Max?," tanya Revan tersenyum miring.
"Hehehe... tentu saja tidak Revan, justru aku lega sekarang bisa bebas dari belenggu kalian," jawab Maxime terkekeh pelan.
"Max pikirkan lagi keputusanmu, kau tidak semudah itu pergi dari sini Max," ucap Kakek Armand.
"Kenapa tidak Kek, aku tidak memiliki perjanjian apapun dengan Kakek. Aku hanya ingin membantu Kakek selama ini dan tidak lebih. Dan karena kita sudah tidak sejalan lagi aku mundur," jawab Maxime lalu melangkah pergi meninggalkan ketiga orang itu.
...****************...
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..