Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Pertemuan yang Mengungkap
"Manaf, kemari! Keruangan kerjaku!" pinta Manna.
"Oke, Pa," jawab Manaf setelah selesai makan malamnya.
Kepergian Manna dari meja makan membuat Malika bertanya tanya. Hingga menanyakan pada Manaf.
"Apa ada masalah lagi, Manaf?" tanya Malika.
"Entahlah, Ma. Aku sendiri merasa tidak ada, tapi tidak paham dengan apa yang Papa pikirkan," jawab Manaf dengan menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, susul cepat Papamu, jangan berselisih paham. Ingat Papamu jauh lebih keras darimu, mengalah lah," pinta Malika.
"Siap Mama bos," jawab Manaf dengan mencium pipi ibunya.
Setelah itu, Manaf mengetuk pintu ruang kerja Manna. Tidak lama kemudian suara bariton Papanya yang meminta masuk. Dan duduk di depannya saling berhadapan.
"Lihatlah!" perintah Manna yang memberikan map coklat.
Tanpa menjawab Manaf langsung melakukan apa yang di perintahkan oleh Papanya, bukan terkejut ekspresi wajah Manaf tapi tersenyum.
"Jangan bilang kamu sudah tahu, hem?" tanya Manna.
"Bagaimana kamu bisa seceroboh itu, Manaf!" lanjutnya.
"Pa, dengarkan dulu penjelaskanku," pinta Manaf yang melihat Papanya emosi saat ini.
Siapa yang tidak marah, malu dan tersinggung. Jika semua foto foto syur menantunya itu di dapat dari rekan bisnisnya. Untung saja yang memberikannya itu tidak langsung ke media.
"Kamu tahu, Manaf. Rekan kerja Papa yang memberikannya. Apa jadinya jika langsung ke media?" tanya Manna penuh emosi.
"Pa, aku sudah tahu, maaf jika aku terlalu lambat untuk menyelesaikannya. Aku janji akan secepatnya untuk mengurus masalah ini," janji Manaf.
Tidak perlu penjelasan bagi Manna, karena dengan mengetahui pernikahan kontrak anaknya saja sudah bisa menilai.
"Papa tunggu hasilnya!" ucap Manna.
"Satu lagi, jangan buat hal seperti ini lagi! Malu!" tegasnya kali ini Manna.
"Aku pasti melakukannya, Pa. Papa percaya padaku," pinta Manaf dan di angguki oleh Manna.
***
Malam berikutnya, Manna dan Malika memutuskan pergi ke negara dimana Mahreeen berada tanpa meminta izin dari mereka. Dengan informasi yang mampu di dapatkannya tentunya.
Sementara itu, ruangan besar di mansion Omar terasa mencekam. Di dalamnya, hanya ada Manaf, Farisa, dan Jasmin yang duduk dengan gelisah di kursi. Farisa merasakan dinginnya tatapan Manaf yang tidak pernah sekeras ini sebelumnya. Jasmin, yang biasanya merasa bisa mengendalikan situasi, kini terlihat tegang.
"Kamu tahu kenapa aku memanggilmu kemari, Farisa?" tanya Manaf dengan nada dingin
Farisa tidak menjawab, tapi rasa takut tampak jelas di wajahnya. Manaf melemparkan sebuah amplop ke meja, yang berisi foto-foto yang membuat jantung Farisa berdegup kencang. Jasmin menatap amplop itu dengan mata terbelalak.
"Lihatlah, Farisa. Lihat apa yang sudah kau lakukan di belakangku." ucap Manaf dengan tatapan menusuk.
Dengan tangan gemetar, Farisa mengambil foto-foto itu. Matanya membulat saat melihat bukti perselingkuhannya yang terungkap. Foto-foto itu jelas dan tak terbantahkan. Jasmin, yang melihat ekspresi Farisa, segera mendekat, mencoba meraih foto-foto itu.
"Manaf, ini pasti hanya salah paham. Farisa tidak mungkin—" jelas Jasmin berusaha menenangkan.
"Jangan mencoba membelanya, Jasmin! Aku sudah tahu segalanya. Rekan bisnis Ayah yang memberiku foto-foto ini. Aku tahu semua permainan kotor kalian!"ucap Manaf memotong dengan tegas.
Farisa terdiam, tak mampu berkata-kata. Wajahnya pucat pasi, dan ia merasakan bahwa posisinya di hadapan Manaf benar-benar terpojok.
"Manaf, aku... aku bisa jelaskan..." ucap Farisa suara bergetar.
"Jelaskan? Jelaskan apa, Farisa? Foto-foto ini sudah cukup menjelaskan semuanya. Kamu telah mengkhianatiku, dan kamu pikir aku tidak akan tahu?" tanya Manaf mendekat dengan tatapan dingin
Jasmin yang masih berusaha mempertahankan kontrol situasi, mencoba berbicara lagi.
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan, Manaf. Farisa hanya—" ucap Jasmin cemas.
"Sudah cukup, Jasmin! Jangan ikut campur. Ini antara aku dan Farisa." ucap Manaf menatap tajam Jasmin.
Suasana semakin tegang. Farisa mulai menangis, merasa seluruh kebohongannya selama ini terbongkar.
"Manaf, aku mohon... aku tidak tahu harus berkata apa... aku—" ucap Farisa menangis tersedu-sedu.
"Sudah terlambat untuk permohonan maaf, Farisa. Aku tidak peduli lagi dengan kebohonganmu. Sekarang ada dua pilihan untukmu." ucap Manaf dengan nada penuh kemarahan.
Farisa mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata, merasa takut dengan apa yang akan dikatakan Manaf selanjutnya.
"Kita bisa memperbarui perjanjian kita. Kau akan mendapatkan uang yang lebih sedikit dari sebelumnya, atau kita akhiri saja pernikahan kontrak ini selamanya." ucap Manaf menyeringai dingin.
Jasmin langsung bereaksi.
"Manaf, kau tidak bisa melakukan itu! Apa yang akan terjadi pada Farisa? Kamu tahu betapa pentingnya ini bagi keluarganya. Kamu tidak bisa meninggalkannya begitu saja!" ucap Jasmin panik.
"Aku bisa, dan aku akan melakukannya jika itu yang diperlukan. Aku sudah cukup sabar. Farisa hanya memanfaatkan pernikahan ini untuk keuntungannya sendiri. Dan sekarang aku sudah tahu siapa dia sebenarnya." ucap Manaf dengan tegas.
Farisa terdiam, merasa tak ada jalan keluar. Perkataannya seakan terhenti di tenggorokan. Ia tahu, Manaf tidak sedang bercanda.
"Manaf, tolong... jangan lakukan ini. Kita bisa menyelesaikannya... aku mohon..." ucap Farisa suara penuh ketakutan.
"Menyelesaikannya? Farisa, aku sudah memberimu lebih dari cukup. Uang, kemewahan, status. Tapi kamu malah membalas dengan pengkhianatan. Pilihan ada padamu. Terima perjanjian baru dengan uang yang jauh lebih sedikit atau kita akhiri semuanya." ucap Manaf dengan nada dingin.
Farisa menggelengkan kepala, air matanya terus mengalir. Jasmin, yang mulai merasa panik, mencoba membela menantunya sekali lagi.
"Manaf, kau tahu betapa sulitnya situasi ini. Farisa hanya tertekan, dia tidak bermaksud seperti ini..." ucap Jasmin berusaha membujuk.
"Cukup, Jasmin! Aku tidak peduli dengan alasan apapun. Jika dia tertekan, itu salahnya sendiri. Dia tahu apa yang dia lakukan." ucap Manaf memotong dengan marah.
Farisa tersedu-sedu, tak mampu membalas kata-kata Manaf. Pilihan yang diberikan kepadanya begitu berat. Ia tahu bahwa jika ia menerima perjanjian baru, hidupnya akan berubah drastis. Tidak ada lagi kemewahan seperti sebelumnya. Namun, jika ia memilih mengakhiri pernikahan kontrak, ia akan kehilangan segalanya.
"Aku... aku akan pikirkan dulu..." ucap Farisa dengan suara lemah.
"Kau punya waktu sampai besok untuk memutuskan. Setelah itu, aku tidak akan menunggu lagi." ucap Manaf dengan nada tegas.
Suasana hening sejenak. Jasmin dan Farisa hanya bisa menatap Manaf dengan ketakutan dan kecemasan. Mereka tahu, Manaf sudah tidak lagi bermain-main. Dia sudah memutuskan dan tidak akan mundur dari keputusannya.
"Manaf... aku mohon... beri aku kesempatan..." ucap Farisa dengan suara gemetar.
"Kamu sudah punya terlalu banyak kesempatan, Farisa. Sekarang tinggal bagaimana kamu akan menggunakan kesempatan terakhir ini." ucap Manaf dengan nada tajam.
Jasmin lemas, begitupun dengan Farisa.
...****************...
Hi semuamya, jangan lupa kasih like dan komentarnya ya.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.