mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teguran Haikal
Haikal memasuki rumahnya, dia langsung mencari sang istri ke setiap sudut rumah. Ternyata, sang istri sedang berada di taman belakang. Wanita itu tengah duduk sembari menatap tamannya.
"Tadi pagi kamu ngapain ke rumah sakit?!" Tanpa ba bi bu, Haikal langsung menanyakan perihal Laras yang datang ke rumah sakit.
Laras yang tak tahu kedatangan Haikal pun sontak langsung terkejut, dia segera beranjak dari duduknya dan menatap suaminya yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
"Aku hanya menyuruh Zeva unyuk melepaskan Aaron, itu saja." Jawab LAras dengan santai.
"Itu saja kata mu?!" Geram Haikal.
Haikal melempar jas nya yang sedari tadi sudah ia lepas ke arah kaki Laras, sehingga Laras pun merasa terkejut dengan tingkah suaminya.
"Kamu kenapa sih mas?" Bingung Laras.
Haikal menghela nafas kasar, dia menyisir kasar rambutnya ke belakang. Lalu, kembali fokus pada istrinya.
"Kalau seandainya, ada wanita yang menyuruh kamu untuk meninggalkan aku. Apa respon kamu?" Tanya Haikal dengan serius.
"Ya marah lah! gitu aja pakek nanya!" Ketus Laras.
"Lalu, apa yang sudah kamu lakukan pada Zeva? apa kamu pikir, Zeva tidak marah? Dia tidak sakit hati? memangnya dia siapa? dia hanya manusia! sama seperti kamu! kalian sebagai sesama wanita, pasti mengerti perasaan satu sama lain!"
Deghh!!
Laras meras tertampar, dia menundukkan kepalanya dengan tatapan ke arah kakinya. Pikirannya berkecamuk, rasa bersalah menyeruak masuk ke dalam relung hatinya.
"Baru saja Aaron meneleponku dan menyuruhku untuk menahanmu agar tidak menemuinya! aku pikir karena apa, ternyata karena kamu sudah lancang pergi tanpa seizinku! mulai hari ini, kamu tidak boleh keluar tanpaku. Mengerti!"
Laras mengangkat wajahnya, netranya menatap tak percaya pada suaminya yang menatapnya dengan penuh amarah.
"Apa-apaan sih kamu mas!! Lagian apa salahnya aku membela putraku sendiri? aku merasa kecewa pada Zeva, aku marah padanya. Dia sudah menyakiti putraku, dia ...,"
"APA BEDANYA DENGANMU!! KAMU YANG LEBIH DULU MENGHANCURKAN PUTRAMU SENDIRI!!" Teriak Haikal, dia benar-benar marah.
Deghh!!
Laras baru sadar sepenuhnya, suaminya benar-benar menamparkan kenyataan padanya.
"Aku malu sama Aaron! aku malu dengan kelakuan mu dengan kata-kata ibu yang baik. Sedangkan diri kamu sendiri, tidak berkaca terlebih dulu." Sentak Haikal.
Haikal segera beranjak meninggalkan Laras yang terdiam dengan air mata yang menetes. D4danya menahan sesak, dia kembali tersadar akan kesalahannya.
"Aaron." Lirih Laras.
***
Sedangkan di rumah Aaron, pria itu sibuk menjauhkan si kembar dari Marsha. Dia tak rela putrinya di ciumi oleh si kembar, akibat gemas dengan sang putri.
"Cekali lagi doang!!" Pekik Ariel dengan memonyongkan bibirnya berusaha menggapai pipi Marsha.
Aaron mendorong kening Ariel dengan jari telunjuknya, dia benar-benar tak rela putrinya kembali di c1ium. Tadi dia lengah dan si kembar berhasil mengambil k3cupan dari pipi Marsha.
Sedangkan sang empu, hanya diam duduk di pangkuan sang ayah. Dia menatap bingung orang-orang yang belum dirinya kenal. Terutama si kembar, saat pipinya di c1um saja Marsha hanya diam.
Cup!
Azka berhasil menc1um tangan Marsha, Aaron yang tersadar segera menarik tangan Putri nya yang berada di genggaman Azka.
"Hei! sudah berhenti! c1um tembok aja sana!!" Kesal Aaron.
Jacob dan Adinda terkekeh gemas melihat si kembar yang sedang berusaha untuk berdekatan dengan Marsha.
Namun sayang sekali, Marsha memiliki ayah yang sangat posesif. Bahkan, si kembar pun tak boleh menyentuh nya.
"Putri mu sangat cantik, jadi si kembar gemas padanya," ujar Adinda pada Zeva yang duduk di sebelahnya.
Zeva tersenyum tipis, putrinya memang cantik. Wajahnya lebih mirip pada Aaron, ketampanan suaminya tak dapat di ragukan lagi.
"Siapa tahu si kembar bakalan punya adik perempuan." Sahut Zeva sembari melirik ke arah perut Adinda yang sudah menonjol.
"Ah iya, doakan saja. Kami maunya perempuan, tapi sedikasihnya aja. Yang penting sehat," ujar Adinda.
"Benar kak, yang penting Sehat. Aku jadi ingat saat aku mengandung Marsha, di saat aku melakukan USG. Dokter bilang, jika bayi yang ku kandung itu cowok. Tapi yang keluar cewek," ujar Zeva sembari menahan tawa.
Ya, saat masih di dalam kandungan. Pernah sekali Zeva melalukan USG untuk mengetahui jenis kelamin si bayi, dokter bilang jika bayinya laki-laki. Tapi setelah keluar, bayinya ternyata perempuan.
"Oo gitu? kalau si kembar pas USG cowok, keluar juga cowok." Seru Adinda.
Di saat kedua ibu itu tengah menceritakan pengalaman mereka, Marsha malah mengamati Jacob yang duduk di samping istrinya.
"Kenapa liatin uncle begitu?" Tanya Jacob setelah sadar tatapan Marsha.
Perkataan Jacob, sontak membuat semuanya turut menatap Marsha. Alis anak itu menukik tajam, keningnya pun berlipat. Sepertinya dia tengah berpikir keras.
"Aa Lai." Gumam Marsha.
"Bukan! itu uncle Jacob, orang tua abang Azka dan Ariel. Bukan Aa Raihan." Tegur Aaron.
Marsha menggeleng, dia kekeuh memanggil Jacob dengan Raihan. Padahal wajah Jacob dan Raihan jauh berbeda, kenapa justru Marsha memanggil Jacob dengan Raihan.
"Kok Aa manggilna? halusna uncle, atau nda om, kok Aa?" Bingung Azka.
"Aa." Gumam Marsha.
Jacob masih belum sadar, jika ternyata Raihana ada di belakangnya. Remaja itu tengah bersembunyi di balik sofa, dan tengah menjalankan rencana.
"ADA JANDA!! ADA JANDA!!" Teriak RAihan hingga membuat Jacob dan Aaron sontak berdiri dan mencari.
"Mana?!" Pekik keduanya.
Istri kedua pria itu langsung menatap datar ke arah keduanya, tetapi kedua pria itu belum sadar jika mereka di kerjai oleh Raihan.
"Janda? kok bisa ada janda disini?" Bingung Aaron.
"HAHAHAH!!!"
Tawa Raihan meledak, seketika ekspresi Jacob dan Aaron berubah menjadi datar.
"Adek gak ada 4khlak!" Sentak Jacob dengan kesal.
Raihan menjulurkan lidahnya, dia mendekat ke arah Zeva dan merentangkan tangannya.
"Kaaak!! aku kangeeenn!!" Serunya.
Mendapat sinyal bahaya, Aaron menyerahkan Marsha pada Jacob. Lalu dia menarik kerah belakang baju Raihan dan menyeretnya menjauh.
"Enak aja main peluk-peluk! dia istri kakak! cari istri sono!" Kesal Aaron.
Raihan kembali seorang diri, tanpa Ayla membuat pertanyaan bagi Zeva.
"Ayla mana?" Tanya Zeva yak mendapati adiknya.
"Katanya mau di bandung dulu, nemenin ibuknya," ujar Raihan.
Zeva mengangguk, seharusnya dia juga turut pulang. Namun, Aaron melarang pulang.
"Bu Sri suruh kakak pulang dulu," ujar Raihan.
Zeva menatap ke arah suaminya, raut wajah Aaron semakin datar saja.
"Iya, besok kakak ke sana. sama abangmu." Sahut Zeva.
Jacob melirik ke arah arlojinya, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Yang artinya, mereka sudah harus pulang.
"Eh, sudah malam. Kami pamit pulang dulu." Celetuk Jacob.
"Ayo kembar, pamit sama adek Marsha." Ajak Jacob pada putranya yang sedang mengajak Marsha bermain.
"Nda mau pulang, Alil mau dicini aja," ujar Ariel sembari memainkan pipi Marsha.
"Acka juga! daddy cama mommy pulang caja cana," ujar Azka.
Jacob segera memberikan Marsha pada Aaron kembali, dia segera memegang tanga putranya untuk di seret pulang.
"Enggak ada nginep-nginep, besok kalian sekolah," ujar Jacob.
"Cekolah telus, tapi nda kaya-kaya!" Kesal Ariel.
Jacob menulikan pendengarannya, dia tetap menarik putranya menjauh dari Marsha.
Aaron menatap ke arah putrinya yang bersandar di d4d4nya, mata Marsha terlihat sayu.
"Ngantuk, hm?" Tanya Aaron.
Marsha mengangguk, dia mengangkat kepalanya lalu menatap si kembar yang masih berusaha cekcok dengan daddynya.
"Alil nda mau pulang! Alil nda maa ...,"
"Pulanglah cana, belicik tauk! Malcha mau bobo, cucah kali lacana."
Sontak Ariel dan Azka melongo di buatnya, mereka pikir Marsha adalah anak perempuan yang pendiam. Nyatanya, anak itu sama seperti mereka. Marsha akan jauh lebih sensitif ketika dia mengantuk, mungkin kebanyakan perempuan sama hal nya.
"Panac kali kuping Malcha, cana pulang. Kecal kali lacana," ujar Marsha.
Aaron menyeringai ketika pandangannya bertemu dengan Jacob.
"My baby Girl." Ujar Aaron dengan gerakan bibirnya, merasa bangga dengan putrinya.
***
Teruntuk hari selasa, kita triple up yah. Maaf kalau terlalu malem, mudah mudahan reviewnya cepet🥰