Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab enam
Seiring berjalannya waktu Ambar dan Seno sudah bisa di nilai seperti pasutri pada umumnya.
Kini hubungan mereka memasuki satu tahun umur pernikahan mereka.
Mereka pun tak sungkan untuk pamer kemesraan di depan umur terlebih lagi Seno yang memang selalu membanggakan masakan istrinya kepada teman-temannya ketika ia mengundang makan di rumah.
Tidak jarang Ambar mendapatkan tawaran untuk catering, namun Seno menegaskan jika ia tidak ingin istrinya kelelahan.
Cukup ia saja yang membuat istrinya kelelahan di atas ranjang oleh permainan panas mereka.
Mereka berdua sepakat untuk tidak menunda memiliki momongan, mereka berdua sudah melalu tes dan hasil tes tersebut menyatakan jika mereka berdua aman dan tidak ada masalah apapun pada organ reproduksi mereka.
Hanya saja Dokter selalu memberi ketegasan pada pasutri itu agar mereka dapat mengatur pola makan yang baik, istirahat yang cukup, dan jangan stres.
Ambar dan Seno selalu mengonsumsi suplemen agar tubuh mereka tetap vit.
****
"Sayaaaang... Tolong pasangin dasi aku dong" ucap Seno berteriak menuruni tangga.
Setiap pagi adalah kegiatan yang paling sibuk untuk Ambar, selain ia yang harus bangun pagi memasak sarapan, mengurus keperluan suaminya dan memasangkan dasi.
"nah... Sudah tampan" ucap Ambar memuji suaminya setelah ia memasangkan dasi berwarna biru dongker yang senada dengan jas dan celana Seno.
Seno pun tak sungkan memberi hadiah berupa kecupan di kening sang istri, saat ia sudah merapikan dasi milik suaminya.
Kemesraan itu tidak lepas dari pengelihatan Bik Inem, mbak Asih, Mang ujang, dan Pak Dadang.
Keempat orang tersebut adalah pembantu rumah tangga, tukang kebun, dan supir untuk Ambar.
Sedangkan Seno ia akan menyetir sendiri kendaraannya.
Keempat manusia berumur itu pun ikut merasakan bahagia kala melihat rumah tangga nona kesayangan mereka sedang berbahagia, mereka yabg memang sudah di anggap seperti keluarga sendiri oleh Ambar pun selalu mendoakan kebahagiaan dan yang terbaik untuk nona mereka terutama untuk rumah tangganya.
Setelah menyelesaikan sarapannya Seno pun berangkat dengan memeluk dsn mengecup seluruh bagian wajah istrinya tidak ada yang terlewat.
"Jangan lupa makan siang ku ya sayang" ucap Seno.
"iya mas... Mau di masakin apa?" tanya Ambar.
"apa saja asal itu masakan kamu akan terasa enak dan pasti aku habiskan" ucap Seno mengusap pucuk kepala istrinya sebelum ia bergegas meninggalkan rumah.
Seno yang memang sudah jatuh cinta selain pada Ambar ia juga jatuh cinta pada masakan istrinya.
Ia lebih memilih untuk memakan masakan istrinya ketimbang harus makan di luar, dan lidah Seno yang sudah terbiasa makan masakan istrinya pun tak dapat di bohongi.
****
Setelah memasak Ambar meminta tolong Bik Inem untuk menyiapkan bekal dengan masakan yang ia masak tadi, Bik Inem yang paham pun dengan cekatan memasukan nasi, lauk, dan sayur ditempatnya masing-masing.
Jaya Seloka Grup
Ambar yang sudah sampai di lobi kantor yang dipimpin suaminya dengan sengaja tidak mengabari suaminya jika ia sudah sampai, biasanya ia akan menelpon dan minta di jemput.
Resepsionis
Tulisan di ada meja yang di tempati oleh dua orang wanita dengan dandanan menor, dempulan bedak, lipstik merah menyala.
Menjadi dandanan kedua wanita bawahan suaminya itu.
Melihat kedatangan Ambar yang hanya menggunakan pakaian sederhana seperti celana jeans, kemeja putih polos di padukan dengan sepatu hitam putih dan rambut yang di kuncir kuda, jangan lupakan bawaan bekal makan siang untuk suaminya.
Menjadikan Ambar terlihat seperti anak kuliahan yang sedang magang.
Dengan penampilan seperti itu Ambar di pandang rendah oleh dua Resepsionis yang berjaga.
"heh... Kamu mau kemana?" ucap Resepsionis satu.
"saya ingin bertemu pak Seno apakah bisa?" ucap Ambar mendalami perannya yang sedang di remehkan oleh bawahan suaminya itu.
"mau apa kamu cari bos pemilik perusahaan ini? Ini bukan tempat bermain kamu lebih baik kamu pergi, ini tempat orang kerja" ucap Resepsionis dua.
"Saya mau mengantar makan siang pesanan beliau mbak" ucap Ambar.
"Mbak mbak sejak kapan aku jadi mbak mu? Sudah sana pergi pak Seno sedang Meeting dan tidak bisa di ganggu" ucap Resepsionis dua.
"kamu mau keluar sendiri atau saya panggilkan satpam?" ucap Resepsionis sat dengan lantang.
Satpam yang mendengar pun langsung bergegas memasuki lobi kantor dan menyeret paksa Ambar keluar kantor.
****
Seno yang merasakan ada yang aneh pada istrinya, ia pun memiliki inisiatif akan menjemput istrinya di lobi saja.
Ia pun bergegas memasuki lift dan menekan angka satu yang berarti ia akan turun ke lantai dasar.
Setelah lift terbuka ia pun segera bergegas keluar dan mendapati para karyawannya sedang berkumpul, seperti sedang menyaksikan sesuatu.
Seno yang bingung pun ikut menelusup masuk ke kerumunan karyawannya, karena ini jam makan siang karyawan nya pun bergegas ingin mencari makan di luar.
Setelah sampai apa suatu objek yang menjadi tontonan karyawannya ma ta Seno pun membulat dan jantungnya berhenti berdetak.
"Berhenti" teriakan Bos pemilik perusahan tersebut mampu untuk menghentikan tarik- menarik antara wanita dan satpam kantor tersebut.
"Lepaskan istri saya" semua karyawan yang ada di sana pun melongo dengan wajah bingung.
Pasalnya mereka tau seperti apa istri Bos mereka, namun mengapa kini Boss mereka menyebut wanita yang terlihat seperti anak kuliahan yang sedang magang tersebut adalah istrinya?
Sontak satpam kantor yang memiliki tag name Dedi tersebut melepaskan cengkraman tangannya di pergelangan tangan Ambar.
"Ma-maafkan saya pak" ucap Pak Budi satpam senior dengan nafas yang terengah-engah seperti sehabis berlari.
"Kamu di mana? Temui saya di lobi sekarang" ucap Seno setelah teleponnya tersambung.
Sedetik kemudian kerumunan itu seperti terbelah, rupanya sang sekertaris Boss mereka datang.
"Rendi kamu urus semua ini, laporkan semuanya pada saya dan siapa saja yang terlibat atas kejadian ini" ucap Seno.meninggalkan kerumunan di lobi kantornya dengan menggandeng tangan istrinya.
Rendi hanya mengangguk setelah mendapatkan perintah dari sahabat sekaligus atasannya itu.
Ma ta t4j4m bak p!sau seakan siap untuk menguliti siapa saja yang terlibat oleh kejadian ini, Rendi pun ikut geram bagaimana bisa karyawannya tidak mengenali wajah istri Boss mereka sendiri?
Apakah yang salah justru istri Boss mereka? Karena berpakaian macam anak kuliahan yang sedang magang?
Entah salah siapa ku tak tahu....
"Pak Budi tolong cek cctv lobi kantor, kirimkan pada saya dan bawa siapa saja yang terlibat oleh pengusiran istri Boss kita segera" ucap Rendi memberi perintah pada satpam dengan tag name Budi, beliau juga lah satpam senior di kantor tersebut.
Sesampainya di ruangan kantor Seno.
"kamu nggak papa sayang" tanya Seno menghawatirkan istrinya.
Pengelihatan Seno berhenti pada pergelangan tangan istrinya yang memerah dan ada bekas goresan kuku yang terdapat bercak merah.
Sontak membuat Seno naik d4r4h, ia segera mengambil kotak P3K yang tersedia di dalam ruangannya.
Ia mengoleskan salep pada pergelangan tangan istrinya dengan sesekali meniup luka akibat goresan kuku.
"maaf ya sayang aku lalai jaga kamu, kenapa kamu nggak kabarin aku kalau sudah sampai? Biasanya kamu telepon aku kan setelah turun dari mobil" ucap Seno mencemaskan keadaan istrinya.
"Niatnya aku mau kasih suprise buat kamu mas, ternyata malah aku yang dapat suprise dari karyawan dan satpam kamu" ucap Ambar cemberut.
Seno yang gemas akan perlakuan istrinya yang mengerucutkan b!b!r, ia pun meng3cvp lembut b!b!r istrinya.
Ceklek....
"Permisi.....