Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 05. Kabur Dari Rumah
Sesampainya di rumah Reni berjalan terlebih dulu. Ia benar benar kesal. Priska yang tahu putrinya kesal segera menyusul. Ia pun melemparkan tatapan tajam kepada sang suami, namun lagi lagi Yudi acuh.
Tok... Tok... Tok....
" Sayang... Mama masuk ya."
Ceklek....
" Papa jahat, mama juga diem aja. Percuma aku dandan maksimal, orangnya nggak dateng. Terus dari awal sampai akhir yang diomongin Hasna... Hasna... Hasna... Emang apa sih kelebihan cewek itu. Huuuuh nyebelin banget."
Priska membuang nafasnya kasar. Bukan hanya Reni yang kesal saat makan malam tadi, ia pun merasa sangat kesal. Bahkan tidak hanya Hasna saja yang di bahas. Pasangan suami istri teman Yudi itu juga membahas Melati.
" Mama juga kesel Ren. Wanita yang udah mati itu juga ikut dibawa bawa. Sudah ya sayang. Besok kita kerjain si Hasna itu oke. Biar dia nggak betah tinggal di rumah ini lalu out deh."
" Oke... Aku setuju banget mah. Huh... Aku tuh sumpek banget lihat muka dia. Rasanya pengen aku karungin terus buang ke tong sampah.
Setelah menenangkan Reni, Priska kembali ke kamar. Ia bahkan menutup pintu kamar dengan keras.
Brak......
" Pris... Apa apa an sih. Emang nggak bisa pelan pelan ya?"
" Kamu yang apa apa an mas. Makan malam tadi yang dibahas cuma Hasna Hasna dan Hasna. Kamu masih punya Reni mas. Dia juga anak mu."
" Cukup Pris... Tidak perlu mengingatkan aku tentang itu. Aku tahu dan aku bertanggung jawab atas semuanya. Bahkan sekarang kamu di sini bersamaku. Mengapa tadi yang dibahas Hasna, karena mereka mau Hasna yang jadi menantu mereka. Itu adalah perjanjian perjodohan yang Melati buat dengan mereka. Perlu kamu tahu Pris, Melati lah yang bersahabat dengan mereka bukan aku Pris... Bukan..."
Priska terdiam ia sungguh syok mendengar ucapan Yudi. Hasna yang tidak sengaja mendengar percakapan papa nya pun ikut syok.
" Apa... Dijodohkan... Tidak tidak.. Tidak akan. Aku tidak akan mau." Hasna bergumam pelan. Ia ingin segera berlari namun kakinya tertahan saat kembali mendengar sang papa berbicara.
" Mereka akan kemari besok untuk bertemu Hasna."
Glek... Hasna menelan saliva nya kasar. Ia segera berlari ke kamarnya dan membereskan baju baju serta semua bukunya.
" Sialan... Siapa yang mau menikah. Aku masih mau hidup bebas bekerja dan berkeliling dunia. Ya Allaah, Engkau tidak benar benar mengabulkan doa hamba dengan begitu cepat kan."
Hasna bermonolog sambil memasukkan semua barangnya ke dalam sebuah ransel besar miliknya. Hasna kemudian berjongkok dan meraba kan tangannya di bawah tempat tidur. Ia pun tersenyum lebar.
" Saat nya kamu berguna sekarang sayang."
Rupanya itu adalah buku tabungan yang selama ini ia simpan. Buku tabungan itu adalah pemberian sang mama. Selama ini dia tidak pernah memakainya. Jangan kan memakainya membuka nya pun tidak. Buku tabungan tersebut ditempatkan di sebuah pounch. Gadis itu segera memasukkan ke tas kecilnya.
" Baiklah saat nya pergi."
Hasna berjalan perlahan dan menyelinap pergi. Sebelumnya ia sudah menghubungi mang Jaja untuk menjemputnya. Tapi ia menyuruh Mang Jaja tidak berhenti di depan rumah. Melainkan di ujung gang.
" Mang...."
" Ya Allaah neng mau kemana malem malem begini."
" Udah... Jalan dulu aja mang."
Mang Jaja mengangguk patuh, pria itu pun menyalakan motornya dan berjalan menjauh dari komplek perumahan milik Hasna.
" Mau ke mana sekarang neng."
" Kemana ya mang. Hasna bingung juga."
" Ke rumah mamang aja mau."
" Boleh mang. Ayok."
Akhirnya Hasna memutuskan untuk menginap di rumah mang Jaja malam ini. Besok baru dia akan mencari tempat tinggal.
" Assalamu'alaikum teteh."
" Waalaikumsalam lah neng hasna ada apa malam malam begini kesini dengan tas besar itu?"
" ceritanya panjang teh, malam ini Hasna numpang tidur di sini ya?"
Istri jaja itu tersenyum lalu mengangguk Hasna pun senang dan mengucapkan terimakasih lalu berlalu ke kamar. Rupanya Hasna sering menginap di rumah Mang Jaja dan memang ada satu kamar kosong yang sering ia pakai.
" Kenapa lagi neng Hasna, a. "
" Aa juga nggak tahu neng. Biarin dulu gadis itu istirahat. Aa kasian ngelihat dia begitu."
Istri Jaja hanya mengangguk. Sepasang suami istri itu cukup tahi bagaimana Hasna diperlakukan tidak baik setelah mama nya meninggal.
🍀🍀🍀
Di balkon sebuah rumah tampak sepasang suami istri tengah duduk berdua menikmati teh panas sambil berbincang. Keduanya tampak serius dengan apa yang mereka bicarakan.
" Bund... Kalau gadis tadi benar anaknya Yudi berarti dia poligami dong."
" Bisa jadi Yah. Tapi apa mungkin Melati tidak tahu. Huft... Aku nggak nyangka Yah, Melati pergi begitu cepat. Yang sekarang aku pikirkan adalah keadaan Hasna."
" Kenapa emangnya bund."
Wanita paruh baya itu kembali memutar memory nya saat ia bertemu sang sahabat. Waktu itu ia tidak menyangka jika pertemuan mereka akan menjadi pertemuan yang terakhir.
" Waktu itu Melati bilang pada bunda kalau dia meminta bunda untuk menjaga Hasna. Ia mengkhawatirkan keadaan Hasna jika suatu saat nanti dia pergi. Dan ternyata... Hiks... Hiks... Itu merupakan sebuah amanat sebelum ia meninggal... Hiks.. Ya Allaah Mel.. Kenapa kamu pergi secepat ini."
Melihat sang istri kembali menangis sedih mengingat sang sahabat si suami pun mendekat dan menenangkan istrinya.
" Sudah bund. Jangan diratapi. Doakan agar Melati dilapangkan kuburnya. Yang saat ini perlu kita lakukan adalah memenuhi amanat Melati."
" Iya... Ayah benar... Terus jadinya siapa ynag akan kita nikahkan dengan Hasna?"
" Ya siapa lagi kalau bukan putra sulung mu itu. Biar dia nggak larut sama buku bukunya itu. Biar yang dibelai itu bukan hanya lembaran kertas tapi rambut dan tubuh istrinya nanti."
" Hush... Ayah mah, nanti bungsu mu dengar kacau itu."
" Hahaha...."
Keduanya kembali tertawa bersama. Mereka selalu menyelesaikan masalah di saat itu juga agar ketika tidur mereka tidak membawa sebuah permasalahan.
Namun wanita itu masih penasaran dengan kemunculan Priska dan Reni yang dikenalkan Yudi sebagai istri dan anaknya. Ia merasa selama ini berarti sahabatnya itu mungkin saj telah dibohongi dan dikhianati. Seketika wanita paruh baya itu merasa merinding.
Apa jangan jangan kecelakaan Melati ada hubungannya dengan semua itu?
Secepat kilat wanita paruh baya itu menepis pikiran liarnya. Ia tidak mau berspekulasi lebih.
Di belakang mereka, sepasang suami istri itu tidak sadar jika pembicaraan mereka lebih tepatnya yang terkahir mengenai perjodohan di dengan oleh putra sulung mereka.
" Oh no... Ayah sama Bunda mau menjodohkan aku... Tidak... Ini tidak bisa dibiarin. Aku harus cari cara untuk menggagalkan perjodohan ini. Enak saja."
Pria itu pun berlalu menuju ke kamar milik nya. Ia kemudian duduk di pinggir ranjang lalu menyusun sebuah rencana untuk menggagalkan rencana kedua orang tuanya. Tiba tiba pria itu tersenyum lebar, tampaknya ia sudah menemukan cara.
" aku sudah tahu apa yang harus kau lakukan, dan aku yakin pasti akan berhasil."
TBC