KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Iman dan Gambar Tisna.
Selesai belanja mereka semua pulang kerumah. Sesampainya dirumah ternyata ibu Ning sudah masak ayam kesukaan Tisna. Marni segera membantu ibunya untuk menghidangkan makanan.
“ Hore ada ayam goreng kesukaan Tisna. Terimakasih nenek, Tisna sayang sekali sama nenek.”
“ Nenek juga sayang sekali sama Tisna, sekarang makanlah dulu. Jangan lupa setelah makan Tisna istirahat dulu.”
“ Iya nenek.”
Tisna begitu lahap menikmati ayam goreng kesukaannya. Marni tersenyum melihat anaknya yang begitu lahap saat makan.
“ Hati-hati makannya nak, takut tersedak sayang.”
Tisna tidak menghiraukan nasehat ibunya, hingga akhirnya ia tersedak saat makan.
“ Uhuk.. Uhuk!”
“ Tadi ibu bilang makannya pelan-pelan saja. Kan tidak ada yang minta nak.”
“ Benar tu yang dibilang sama ibu, ini cepatlah minum dulu nak. Pelan-pelan minumnya nak.” Ujar Iman sembari memberikan minum yang sudah dituangkan kegelas oleh Marni.
“ Terimakasih ayah, ibu! Maafin Tisna.”
“ Iya-iya nak!” Ujar Iman dan Marni bersamaan.
Setelah makan mereka beristirahat diruang tamu. Sedangkan Tisna masih asyik bermain-main. Kemudian Marni memanggil Tisna agar tidur siang telebih dulu. Saat bangun hari sudah sore, mereka semua mandi.
Kini hari sudah menjelang malam, saat tengah malam Marni terbangun dati tidurnya. Saat melihat Tisna hatinya begitu sedih, tak terasa air matanya mengalir dipipi.
“ Mas kusno aku sangat membencimu, kau begitu tega pada kami. Seandainya aku tidak pernah bertemu denganmu pastilah aku tak seperti ini. Ya Allah ujianmu begitu berat, aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku harus selalu merepotkan adikku.” Ujar Marni lirih yang sedang meratapi nasibnya.
Kemudian Marni teringat saat anaknya dikatakan tidak mempunyai seorang ayah. Sebenarnya hati Marni begitu hancur, ketika banyak orang yang mengatakan tidak punya ayah. Ia hanya berpura-pura tegar namun sebenarnya hampir setiap malam Marni selalu menumpahkan air matanya.
Beberapa hari telah berlalu, kini tiba saatnya Iman pergi bekerja. Tisna menangis sejadi-jadinya saat Iman berangkat.
“ Ayah, ayah! Jangan pergi ayah!” Sembari merengek layaknya seperti anak kecil lainnya.
“ Tisna sayang, ingat nasehat ayah! Tisna harus jadi anak baik, nurut sama ibu. Ayah mau bekerja cari uang untuk Tisna. Nanti saat ayah pulang, ayah akan ajak Tisna jalan-jalan di kota Tempat ayah bekerja.” Ujar Iman sembari memeluk dan menenangkan Tisna.
Perlahan-lahan Tisna sudah tidak merengek lagi, lalu Marni menggendong Tisna. Mereka naik ojek ikut serta mengantar Iman sampai dermaga. Sesampainya di dermaga tak berselang lama kapal datang. Tisna melambaikan tanganya, kemudian mereka kembali pulang kerumah.
Didaerah kalimantan saat kita akan menyeberang ke ibu kota Pontianak pasti harus menaiki kapal. Perjalanan memakan waktu hingga satu hari lamanya dari kampung Marni. Iman bekerja disebuah kapal barang. Terkadang dia juga ia bekerja sebagai Nelayan.
Saat berlayar jika tangkapan mereka banyak terkadang iman pulang bisa membawa satu karung ikan yang sudah dikeringkan.
Beberapa bulan telah berlalu sejak kepergian Iman. Setiap hari Tisna begitu merindukannya, terkadang pulang sekolah Tisna juga terlihat murung.
Saat Marni menanyakan perihal yang terjadi Tisna hanya bisa menangis karena nilainya jarang mendapatkan hasil yang memuaskan. Marni selalu berusaha menghiburnya.
Pernah suatu hari saat Tisna masuk sekolah ia ditugaskan untuk menggambar bunga. Tisna adalah seorang anak yang sangat menyukai kesenian. Terutama saat menggambar.
Ia menggambar bunga yang cantik sudah berikut daun, tangkai dan potnya. Tisna juga sudah mewarnai gambar tersebut.Bunga warna merah muda dan merah, daun hijau, tangkai coklat dan pot berwarna hitam.Guru meminta anak-anak untuk mengumpulkan hasil karya mereka masing-masing.
Tisna sangat yakin jika ia pasti akan mendapatkan nilai yang bagus. Karen gambarnya bagus bagi seusia Tisna, namun harapan tinggal harapan.
Saat buku gambar dikembalikan kepada anak-anak mereka segera membuka hasil karya mereka. Kini giliran Tisna membuka buku gambarnya. Ia sangat terkejut ketika melihat gambarnya mendapatkan nilai enam, sedangkan temannya Oni mendapatkan nilai delapan.
Padahal gambar Oni sangat sejelek hanya bunga dan tangkai serta pot yang tidak beraturan.
“ Oni kenapa gambarku mendapatkan nilai enam sedangkan kamu delapan?” Tanya Tisna pada Oni yang baru saja duduk disebelahnya.
“ Aku tidak tahu, mungkin gambarku memang bagus. Kenapa gambarmu di nilai enam? Padahal gambarmu sangat bagus Tisna. Coba kamu tanya ibu guru, mungkin ibu guru salah menilai.” Ujar Oni mencoba memberikan saran pada Tisna.
“ Iya sudah, aku mau tempat ibu guru dulu ya.”
“ Iya! Ya sudah biar tasmu aku yang menunggu, kamu segera pergi ketempat ibu guru.”
Tisna bergegas berjalan melangkahkan kakinya maju kedepan kelas menghadap guru.
“ Ibu guru aku mau tanya? Harap dijawab jujur ya! Ini gambar Tisna kenap daat nilai enam sedangkan.... ” Ujar Iman dia merasa terharu.
“ Sedangkan apa?”
“ Sedangkan ini gambar Tisna lebih bagus dari gambar Oni bu!” Jawab Tisna sembari menunjuk gambar yang baru saja dinilai pleh ibu guru.
Bu guru kemudian melihat gambar yang ditunjukkan oleh Tisna. Setelah melihat ibu guru merasa tidak yakin jika itu hasil karya Tisna.
“ Tisna jujur sama ibu guru ya?”
“ Iy bu!”
“ Apakah kamu digambarkan oleh orang tuamu?”
“ Tidak ibu guru! Semua Tisna yang menggambar.” Jawab Tisna yang masih menaruh harapan akan mendapat nilai bagus.
“ Kamu tidak mungkin bisa menggambar seperti ini. Kamu itu masih kecil Tisna sayang.”
“ Ibu guru Tisna mengambar sendiri. Aku tidak bohong.”
“ Sudahlah, sekarang kamu kembali saja ke kursi dan duduk disana.”
Tisna merasa begitu kesal pada ibu guru, sebab ia dikira jika gambarnya adalah hasil karya orang tuanya.
Saat duduk dikursi Tisna duduk diam, Oni yang sedari tadi menunggu tisna menanyakan perihal yang terjadi. Tisna kemudian menjelaskan pada Oni.
Oni tidak menyangka jika ibu guru tidak mempercayai Tisna. Tisna terlihat begitu sedih. Oni berusaha menghibur Tisna.
“ Aku percaya padamu Tisna, gambarmu memang sangat bagus. Aku sangat menyukainya, besok ajari aku ya?”
“ Tidak mau, nanti jika aku mengajarimu menggambar sepertiku nilaimu pasti jelek sepertiku.”
Beberapa saat kemudian lonceng istirahat berbunyi. Semua siswa ada yang kekantin untuk jajan, ada yang bermain sepakbola dan ada juga yang masih didalam kelas.
“ Iya deh tidak apa jika tidak mau. Ayo kita jajan aku ingin beli pisang goreng. Kamu juga suka pisang goreng kan Tisna?”
“ Tentu aku sangat menyukainya, ayo kita jajan. Nanti beli es balon juga ya?”
Selepas mereka jajan ada Doni yang datang menghampiri mereka. Doni tetaplah doni masih dengan sikap jahilnya. Ia datang minta dibelikan jajan oleh Tisna. Tapi ia tidak memperdulikan Doni yang terus mengikutinya.
“ Hahaha, aku bergurau saja Tisna! Aku haus belikan aku es balon ya? Aku janji tidak gangguin kamu lagi.”