Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Dua hari berlalu.
Hari ini, adalah hari Senin. Upacara bendera di laksanakan seperti biasa nya dan pemimpin nya adalah Gama.
Jika Alice lihat-lihat, Gama memang sangat tampan ya. Hehe, dia jadi ingin punya pacar mirip Gama.
Oh iya, Ruby dan teman-teman nya sudah kembali dari masa peristirahatan nya, Mora yang telah sembuh dari memar di perut nya sedangkan untuk Ruby, kepalanya sudah tidak di perban seperti mumi lagi.
Tapi... mereka menatap Alice dengan pandangan tajam terus menerus. Bila mata bisa mengeluarkan laser, kepala Alice telah hilang berkali-kali.
Pada hari libur kemarin, Alice menghabiskan pekan nya untuk menonton drama di laptop nya.
Dia pernah mendengar anak-anak cewek di kelas nya menceritakan kisah tentang drama apa saja yang mereka tonton, asal drama ini dari negeri ginseng, Korea.
Cukup menguras emosi, banyak sekali akting yang membuat nya merasa dia cukup beruntung tidak di hadapkan dengan hidup yang rumit seperti yang ada di dalam film.
Dia menundukkan kepala ketika mengheningkan cipta di mulai. Ada beberapa hal yang Alice dapat ketika dia menonton drama, semua orang bisa berakting yang membedakannya hanya kualitas otak saja.
Contoh nya, Ruby. Dia bisa berakting dengan baik demi menjebak Karla tapi masih kalah dengan diri nya, Alice.
Melawan orang seperti Ruby itu hanya perlu sedikit usaha sebenarnya. Lakukan seperti apa yang di lakukan Ruby.
Bila gadis itu tidak tahu diri maka jadilah lebih tidak tahu diri. Makanya Karla selalu kalah dengan Ruby karena si antagonis tidak pintar memainkan emosi orang lain.
Dia hanya fokus mengejar Darrel dengan cinta tulus nya tanpa berpikir panjang.
Gadis bodoh.
Ngomong-ngomong, kenapa upacara ini sangat lama ya? Dia sudah berkeringat banyak dari tadi, matahari nya juga sangat terik.
Dia ingin menikmati AC di dalam kelas dan tertidur pulas sambil mendengarkan musik.
"Hei, kalian dengar kabar semalam tidak? Kata nya, geng Jupiter membuat ulah dan mengganggu beberapa gadis dari sekolah-sekolah lain"
Suara bisik-bisik mulai terdengar ketika kepala sekolah memulai ceramah nya di depan. Alice memasang telinga nya penasaran dengan gosip para murid kelas lain.
"Iya. Teman gue dari sekolah sebelah bilang, ada gadis yang sempat dilecehkan sama mereka."
"Mereka udah keterlaluan banget, ya. Pantas saja, Darrel sama teman-teman nya nggak pernah ngasih mereka buat ke sekolah kita."
"Tapi dengar-dengar bentar lagi ada pertandingan basket antar sekolah. Dan Dominic jadi tuan rumah, itu berarti mereka pasti bakalan kesini, dong."
"Iya benar tuh."
"Kita harus hati-hati, usahakan jangan bersinggungan dengan mereka."
"Gue setuju."
Alice menatap kosong ke depan. Geng Jupiter? Itu musuh Darrel dan teman-teman nya kan?
Mereka akan kesini, ya. Itu bisa jadi masalah besar dari ingatan novel yang ia dapat, geng Jupiter terkenal kejam dan semena-mena. Mereka suka mengganggu dan melecehkan perempuan.
Tidak ada yang bisa menghentikan mereka, bahkan pihak berwajib tidak berkutik.
Bagaimana, tidak? Salah satu anggota mereka anak dari jendral polisi yang cukup berpengaruh dan di segani tentu saja tidak ada yang dapat menghentikan mereka.
Yah, kecuali Darrel. Tokoh protagonis selalu punya cara untuk melawan penjahat kelas teri seperti geng Jupiter. Itu bukan urusan nya, selama mereka tidak mengganggu ketenangan diri nya dan beberapa orang yang cukup dekat dengan nya, Alice tidak akan meletakkan tangannya pada mereka.
Tapi entah kenapa dia memiliki firasat yang tidak enak tentang hal ini. Sejujurnya nya, dia cukup menyesal tidak mempercayai intuisinya.
Terakhir kali dia mengabaikan perasaan seperti itu, dia pun berakhir disini. Dunia novel.
Alice memang harus sedikit waspada. Terlebih lagi dia pernah menyerang mereka demi menolong Darrel, semoga saja orang-orang itu tidak mengenalinya.
Alice menggerak-gerakkan kaki nya dengan lasak, dia sudah kepanasan dan tidak bisa di tahan lebih lama lagi.
Dari jauh, Gama memperhatikan gadis itu yang paling gelisah dari antara murid-murid lain nya.
Dia melirik kepala sekolah yang juga menatap nya, pemuda itu menunjuk ke arah jam di tangan nya.
Seakan mengerti, kepala sekolah pun mengakhiri sesi ceramah omong kosongnya yang mana membuat lega seluruh murid bahkan para guru merasa bersyukur karena pria itu menyelesaikan bagian nya.
Dengan cepat protokol membacakan sisa tata tertib. Upacara pun berakhir tanpa di sadari, sebelum masuk ke kelas kepala sekolah memberikan beberapa berita.
Ternyata benar, gosip yang dia dengar tadi.
Sebentar lagi, sekolah mereka akan menjadi tuan rumah bagi pertandingan persahabatan antar sekolah terutama dalam olahraga basket.
Dan saat itu tiba, jam pelajaran akan di tiadakan dan bagi murid-murid yang mengikuti ekskul basket di harapkan berlatih untuk seleksi pertandingan nanti. Siapa yang akan menjadi perwakilan sekolah mereka.
Alice berjalan sambil mengipasi wajah nya dengan topi, di butuh air dingin sekarang tolong siapapun yang berbaik hati ingin
memberikan minuman padanya, sedang di persilahkan.
Sekolah memberikan waktu sepuluh menit jeda untuk beristirahat sebelum kelas di
mulai.
Tapi Alice terlalu lelah untuk ke kantin, dia memilih langsung masuk ke kelas nya.
"Minum"Ucap sebuah suara dingin dari samping nya, Alice berhenti tepat di depan pintu kelas nya. Dia melihat Gama memberikan nya botol air minum dingin dengan wajah
datar nya.
Alice menganga lebar beberapa detik. Gama yang melihat itu memutar mata nya malas, dia segera meletakkan botol air itu di tangan Alice dan segera pergi dari sana tanpa mengucapkan kata lagi.
Alice tersadar dari wajah bodohnya saat merasakan sesuatu yang dingin di tangan nya.
Dia melihat kepergian Gama, wah padahal tadi dia hanya berandai-andai jika seseorang ingin memberikan nya air. Dia malah mendapat nya dari orang yang selalu membuat nya kesal.
Gadis itu mengangkat bahu acuh, terserah lah. Yang penting dia bisa minum, Alice membuka tutup botol nya dan segera menikmati air dingin nya sambil melangkah masuk ke dalam kelas.
Di sisi lain,
"Botol minuman gue tadi mana ya, Gam"Tanya Dian sibuk membongkar plastik belanjaannya dari kantin tadi.
Pemuda itu menatap Gama yang terlihat
acuh, "Kan tadi lo yang pegangin tuh plastik, nggak lihat?"Tanya nya lagi.
Gama menggelengkan kepala nya, "Mungkin lo lupa masukin ke plastik nya"Jawab pemuda itu datar.
Dian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, seingat nya dia sudah memasukkan semua yang dia beli tadi dah.
Apa memang dia yang pelupa, ya?
Sudah lah, Dian pun membuka roti nya dan menyerahkan yang lain pada Gama. Mereka berdua belum sarapan karena datang lebih cepat untuk persiapan upacara tadi.
"Menurut lo, kita nambah keamanan nanti buat nyambut sekolah Gemilang? Kan Lo tahu itu sekolah dari geng Jupiter"Ucap Dian berbasa-basi sambil memakan roti nya.
Gama terdiam sejenak, tangannya tanpa sadar menggenggam gantungan kunci di tas nya. Dian melihat itu tapi dia tidak berkomentar.
"Sebaiknya memang begitu. Gue yakin pasti, nanti bakalan ada keributan"Jawab Gama pelan.
Dian mengangguk setuju, "Gue bakalan ngomong sama anak-anak yang lain"Balas nya dengan sigap. Gama hanya.berdehem sebagai tanggapan.
***
Ruby menatap Darrel dengan lekat sedari tadi yang mana membuat pemuda itu bertanya-tanya, apakah ada yang salah dari diri nya?
Darrel mencoba tersenyum, "Kenapa, By? Ada sesuatu yang mengganggu mu?"Tanya pemuda itu perhatian.
Gadis itu menggelengkan kepala nya, "Nggak ada, aku cuman betah aja lihatin kamu"Jawab Ruby santai.
Mendengar itu Darrel terkekeh, dia mengusap lembut kepala Ruby. Gadis itu hanya menikmati perhatian itu dengan senang hati. Karla melihat nya dari belakang, dia tersenyum miris.
Sampai kapanpun, dia tidak akan pernah ada di mata Darrel. Diri nya cukup sadar akan hal itu namun cintanya pada Darrel membutakan logika nya.
Apa sudah saat nya, dia merelakan pemuda itu? Tapi... Karla melihat senyum tulus Darrel pada Ruby, hatinya kembali berdenyut sakit, dia menundukkan kepala nya.
Memang sudah seharusnya dia menyerah dari lama ini tidak akan pernah berhasil untuk nya.
Tuk
Sebuah permen susu strawberry tergeletak di atas meja nya. Dia melihat ke atas dan menemukan ada Cakra yang menunjuk ke permen itu, "Makan, ini cukup enak"Kata nya santai.
Karla pun mengambil permen kecil itu. "Dapat dari mana lo?"Tanya nya penasaran, gadis itu membuka bungkusan plastiknya dan segera menikmati permen susu itu.
Em... benar kata Cakra, ini cukup enak. Dia jadi mau lagi.
Cakra mengangkat bahu nya acuh, "Selalu ada di loker gue. Mungkin dari cewek-cewek yang naksir sama gue"Jawab nya asal.
Karla menatap pemuda situ julid yang mana membuat Cakra terkekeh. "Lo nggak percaya gue di naksir banyak orang ya, sepele sih"Lanjut pemuda tersebut.
"Pede banget lo jangan berkhayal ketinggian. Entar jatuh nya sakit."
Karla menyodorkan tangannya pada Cakra, pemuda itu memutar mata nya malas dan merogoh saku celana nya.
Dia memberikan setumpuk permen pada Karla, "Jangan banyak-banyak nanti lo sakit gigi"Ucap nya memperingati gadis itu.
"Aman. Makasih permen nya"Balas Karla sambil tersenyum manis, Cakra mengangguk dan berjalan kembali ke meja nya.
Mood Karla pun kembali baik karena Cakra, dia menggerakkan tubuhnya ke samping kanan dan kiri karena senang dengan permen nya yang banyak.
Ruby menatap dingin kejadian itu. Sejak kapan kembaran nya menjadi dekat dengan Karla? Ini tidak bisa di biar kan terlalu lama.
Dia akan meminta orang tua nya untuk mengajari Cakra beberapa hal yang seharusnya tidak ia lakukan.
Beberapa saat kemudian, bel istirahat pun berbunyi.
Alice segera keluar menuju kantin. Saat melewati lantai satu, dia tidak sengaja berpapasan dengan para gadis penggosip yang dia lempar sepatu kemarin.
Gadis itu menatap nya tajam, Alice segera
menghindar ketika dia hampir saja menarik rambut Alice.
Bahaya sekali ni cewek, pikir Alice terkejut. Hei lorong masih ramai loh banyak murid yang berkeliaran karena jam istirahat dan gadis-gadis ini berani melakukan pembullyan secara terang-terangan?
Wah, memang cocok di bilang kelas buangan mereka. Pada tidak ada akhlak semua nya.
"Sini nggak lo!"Bentak nya pada Alice. Gadis itu mendekati Alice dan menarik tangan nya dengan kasar.
"Apaan sih?!"Sentak Alice melepaskan cekalan maut gadis gila itu. Tangan nya sampai merah bukan lemah hanya saja kulit Alice putih.
Jadi, tekanan sekecil apapun yang ia dapat, itu akan menimbulkan kemerahan pada kulit nya.
"Gila ya?"Tanya Alice tanpa takut. Meski gadis itu sudah terlihat seperti ingin memakan Alice hidup-hidup, banyak murid yang lewat melihat ke arah mereka dengan penasaran.
Gadis itu menggeram marah, "Lo yang lempar sepatu ke muka gue kemarin, kan? Lo harus terima balasan nya, sialan!"Oceh nya terus menerus pada Alice.
Sedangkan gadis itu malah menggaruk kepala nya yang tidak gatal, "Aduh, berisik sekali sih"Jawab Alice kesal.
Gadis itu kembali mendekati Alice dan berhasil menarik rambut nya ketika Alice fokus pada telinga nya yang berdengung karena kecerewetan gadis tadi.
"Eh... eh..."Kata nya ketika kepala nya oleng ke samping akibat rambut yang di tarik.
"Mati lo sialan"Teriak gadis tadi seperti kesetanan sambil menggoyangkan tarikan nya ke kanan dan ke kiri, kepala Alice mendadak pusing.
Dari jauh ada Gama yang melihat kejadian
itu, mata nya membulat terkejut dan tanpa sadar segera berlari ingin menolong Alice.
Alice mengerutkan kening nya kesal dengan cepat dia menahan tangan gadis itu dan membanting nya keras ke bawah.
"Arghh!"Teriak gadis itu kesakitan. Semua terdiam melihat itu bahkan Gama yang
tadi nya berlari mendadak berhenti tidak jauh dari Alice.
Alice memperbaiki rambut nya yang sempat berantakan karena di tarik gadis itu.
Dia mendekati gadis tadi yang masih terbaring dan meringis kesakitan dengan kesal Alice menendang nya keras yang mana membuat nya kembali berteriak.
"Alice"Panggil Gama dingin agar gadis itu berhenti menyiksa orang di tempat umum. Dia mendekati Alice dan menariknya jauh dari gadis tadi, wajah Alice merengut tidak senang karena di ganggu.
"Dia duluan tadi, masa dia mau narik rambut aku"Ucap Alice seperti mengadu pada Gama.
Pemuda itu mengangguk mengerti, dia sudah melihat nya tadi. Dia mengelus kelas kepala gadis itu dan menatap dingin pada orang yang menarik rambut Alice tadi. Perempuan itu segera di tolong oleh teman-temannya, dia ingin marah pada Alice namun mendadak diam karena melihat Gama.
Sebelum gadis itu sempat membuka suara, Gama lebih dulu memotongnya. "Pergi ke ruang OSIS dan terima hukuman lo"Ucap pemuda itu dengan dingin.
"Loh... kok malah gue?! Di-"
Gadis itu protes tidak terima namun Gama kembali memotong nya. "Sekarang"Kata pemuda itu lagi.
Dia menatap tajam gadis itu mau tidak mau mereka pun pergi dengan kesal ke ruang OSIS.
"Awas lo"Gumamnya pada Alice.
Alice sendiri menatap nya datar, "Gila"Umpat nya sinis.
Tangan Alice kembali di tarik oleh Gama, "Lo mau ke kantin kan? Ayo, sama gue."
Alice menaikan alis nya bingung dengan sikap pemuda ini yang tiba-tiba menjadi baik pada nya. Hm, biasa nya orang seperti ini memiliki niat tersembunyi. Namun, Alice hanya diam dan mengikuti nya saja.
"Itu tadi ketua OSIS kita kan?"
"Gue nggak salah lihat."
"Jangan bilang, si Gama mau lepas masa jomblo nya."
Bisik-bisik gosip kembali menyeruak di sepanjang lorong ketika mereka melihat, ketua OSIS sekolah yang di nobatkan sebagai orang yang paling sulit di dekati mendadak jadi pangeran berkuda putih.
Murid-murid tadi melanjutkan langkah mereka menuju kantin. Tidak ada yang terlalu perduli dengan sikap aneh Gama itu mungkin sudah sewajarnya saja.
Kembali ke Alice.
Dia dan Gama telah tiba di kantin. Seperti biasa kantin akan selalu ramai jika sudah jam istirahat.
Alice meminta Gama untuk duduk di tengah saja karena bagian pojok sudah terisi penuh.
Entah sejak kapan tempat favorit nya jadi hak milik orang lain tapi tidak mungkin dia berteriak dan mengusir murid-murid yang menduduki tempat biasa nya kan. Bisa di sangka lebih gila dia dari pada gadis tadi.
"Lo mau makan apa?"Tanya Gama pada Alice.
Gadis yang baru saja duduk itu mendadak ternganga pada Gama, pemuda itu mendengus. "Cepat jangan gunakan wajah bodoh mu pada ku"Kata nya malas.
Alice menyengir, "Apa aja deh. Aku bosan makan nasi goreng terus"Jawab Alice, padahal dia tidak tahu nama-nama makanan yang di sediakan di kantin selain nasi goreng.
Iya, itu lah sebabnya dia selalu makan nasi goreng. Dia tidak mungkin mengatakan
itu pada Gama, bisa-bisa harga diri nya hilang.
Pemuda itu hanya menghela nafas dan
segera pergi memesan makanan mereka berdua.
Darrel dan Ruby baru tiba di kantin, di ikuti oleh yang lainnya. Ketika pemuda itu melihat Alice tanpa sadar kaki nya melangkah mendekati gadis itu bahkan dia meninggal kan Ruby yang merengut tidak suka.
"Sendirian aja Lo?"Tanya Darrel basa basi pada Alice.
Gadis itu yang sedari tadi mencoba mengambil kerupuk di meja samping pun terkejut. Darrel terkekeh melihat nya, Alice mengambil kerupuk tadi yang terjatuh dari tangan nya.
"Nggak juga. Gue sama teman"Jawab nya singkat.
Dia jadi tidak mood karena melihat Ruby yang mendekati Darrel, "Kenapa kesini? Ayo, pindah. Jangan ganggu dia"Ucap gadis itu lembut pada Darrel.
Mora menatap tajam pada Alice sedangkan Ziva tidak berani melihat gadis itu.
Esa mengejek Ruby diam-diam karena berbicara seperti itu, Alice terkekeh kecil melihat nya.
Ditri menepuk kepala pemuda itu, "Awas di lihat pak bos loh"Ujar nya pelan.
"Setan"Umpat Esa sambil mengelus kepala nya yang di pukul oleh Ditri.
Darrel berdecak namun tetap mengikuti apa kata Ruby. Hanya saja, dia malah pindah ke meja yang ada di samping Alice melihat itu Ruby terdiam namun hatinya merasa marah.
Dia pun terpaksa ikut duduk dari pada membuat keributan yang tidak perlu. Yang lain segera menyusul mereka.
"Kita duduk disini ya, Lice"Ucap Karla tiba-tiba yang datang entah dari mana.
Gadis itu meletakkan piring berisi mie goreng nya dan di samping Karla ada Cakra juga yang membawa minuman.
Alice hanya mengangguk, Gama tidak mungkin keberatan kan mereka memilik sedikit tamu tambahan?
"Lo sama siapa disini?"Tanya Karla pada Alice. Gadis itu sedang mengunyah kerupuknya, tepat ketika dia ingin menjawab, Gama kembali sambil membawa nampan berisi makanan mereka berdua.
Pemuda itu hanya menampilkan wajah datar nya ketika melihat Karla dan Cakra di meja mereka.
Dia memberikan satu piring pada Alice yang melihat makanan nya dengan bingung, "Ini apa?"Tanya nya pelan.
Mendadak satu meja terdiam mendengar pertanyaan aneh itu bahkan Gama menatap Alice heran.
"Serius? Lo nggak tahu siomay?"Ucap Karla tidak percaya.
Cakra terkekeh geli, "Lo udah kelamaan tinggal di dalam goa kaya nya"Ejek pemuda itu lucu.
Alice tersenyum kering, sialan dia malu sekarang. Kenapa mulut nya tidak bisa di rem?
Gama tersenyum tipis, dia pun memakan milik nya. Dia menyuruh Alice ikut makan ketika melihat gadis itu malah menusuk-nusuk bingung makanan nya.
Setelah mengambil satu gigitan, Alice merasa ini makanan yang paling enak di dunia. Hiperbola memang tapi di kehidupan lalu nya, dia tidak pernah makan makanan seperti ini.
Dia pun makan dengan lahap. Mora menatap meja sebelah dengan datar, Ziva yang menyadari itu menyenggol gadis tersebut.
"Kenapa?"Tanyanya pelan.
"Nggak ada"Jawab Mora singkat. Ziva pun hanya bisa mengangguk.
Darrel melihat Gama heran. Tumben sekali dia melihat pemuda itu mau bersosialisasi
dengan banyak orang.
Dia melirik Ruby lalu melirik Alice, seketika senyuman sinis muncul di bibir tebal nya. Dia paham sekarang. Tabiat Gama memang tidak pernah berubah, pikirnya dingin.
Gama tahu kalau Darrel mengawasi nya dari tadi. Namun, dia hanya acuh dan fokus pada Alice yang memakan siomay nya seperti orang kesetanan.
Sampai-sampai, saus kacang gadis itu berserak di wajah nya. Gama menggeleng
kan kepala nya dan segera mengambil tissue.
"Sini"Kata nya sambil memegang wajah Alice. Gadis itu terdiam, "Ada apa?"Tanya nya bingung.
Gama mengelap saus kacang yang ada di sekitar bibir Alice, "Makan mu sangat berantakan"Kata nya pelan.
Oh, itu toh. Alice hanya diam ketika mulut nya di bersihkan oleh Gama dengan tissue. Kebetulan Karla dan Cakra melihat tindakan Gama.
Mata mereka saling beradu tatap, sepertinya memikirkan hal yang sama, kedua nya tersenyum miring.
Semua melanjutkan kesibukan masing-masing. Yah, setidaknya ada hari yang cukup normal untuk Alice.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah