Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
Cahaya ketiduran di kamar Bima, mungkin karena dia juga ikut hujan-hujanan sewaktu mengejar Bima, akhirnya ikut tertidur pula.
*
*
Sagara mendapat kabar dari Lela bahwasannya Bima sakit, dia yang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya pun memutuskan untuk pulang lebih cepat.
Begitu sampai rumah, bersamaan dengan itu pula adik lelakinya datang mengunjungi rumahnya.
"Loh, tumben pulang cepet Bang? Biasanya juga nginep di kantor?" Tanya Kiki yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
"Suka-suka Abang." Jawab Sagara secukupnya.
Sagara melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, ia langsung menaiki tangga menuju kamar putranya.
Ceklek..
Begitu pintu di buka, Sagara cukup terperangah melihat Cahaya yang ketiduran dan juga putranya yang menggenggam erat jemari pembantunya. Sagara berdiri menatap betapa nyenyaknya Bima, ia berjalan mengitari kasur dan merangkak keatas kasur demi memeriksa suhu tubuh Bima yang katanya demam.
"Syukurlah, panasnya turun." Sagara mengucap syukur karena suhu badan Bima tidak lagi panas.
Sagara kembali turun dari kasur Bima, ia berpikir Cahaya sepertinya cocok menjadi pengasuh Bima, buktinya dia bisa tidur bareng yang sangat nyaris tak pernah ada yang bisa di posisi seperti Cahaya saat ini.
Tak mau mengganggu keduanya, Sagara keluar dari dalam kamarnya dan kembali turun ke lantai bawah.
"Bang, Kiki cari Bima kok gak ada? Dimana ponakan kesayangan Kiki?" Tanya Kiki berjalan menghampiri Sagara.
"Ada di kamar, jangan ganggu soalnya lagi sakit."Jawab Sagara seraya meninggalkan adiknya dan berjalan menuju ruang kerja.
Kiki menatap punggung Kakaknya yang masih dingin, dulu kakaknya tidak seperti ini, Sagara yang dulu adalah pria yang cukup ceria dan juga baik, tidak secuek sekarang. Kiki tahu bagaimana posisi Sagara yang tiba-tiba di tinggal oleh istri yang sangat di cintainya, apalagi ibunya yang mendesaknya untuk menikah lagi.
Di ruang kerjanya.
Sagara mengunci pintu ruangannya, ia duduk di kursi kerjanya sambil menenggelamkan wajahnya di atas meja. Tubuhnya bergetar di iringi isakan kecil yang keluar dari mulutnya, dia selalu merasa gagal menjadi ayah untuk anaknya.
"Maafkan Papa, Nak. Papa selalu sibuk tanpa tahu keadaan kamu, Papa selalu sibuk dengan urusan pekerjaan demi masa depan kamu, agar nenek dan kakekmu tidak berani menginjak harga diri Papa lagi." Ucap Sagara di sela tangisnya.
Entah bagaimana kehidupan yang di rasakan Sagara, dia merasa putus asa dengan jalan hidupnya yang masih tetap tidak menemukan titik terang akan bahagianya. Tetapi tekadnya masih ia kuatkan, dia tak akan diam saja demi masa depan putranya agar menjadi lebih baik. Mungkin ia sangat buruk dalam menjalankan peran ayah yang lebih memilih mencarikan pengasuh daripada menjaganya sendiri, pasalnya ia harus tetap mempercayakan anaknya agar tetap di dalam pengawasannya, bukan dalam pengawasan ibunya.
*
*
Mahya mendatangi kantor suaminya, dia memasang wajah cemberut. Akbar mengernyitkan dahinya begitu sang istri menjatuhkan bobotnya diatas sofa, ia melipat kedua tangannya dan dadanya naik turun.
"Loh, istri Papa kenapa cemberut gitu sih?" Tanya Akbar sambil mematikan ponselnya.
Mahya membuang nafasnya kasar, matanya terpejam yang kemudian ia buka kembali.
"Mama kesel banget sama anak kamu itu..! Bisa-bisanya dia bentak Mama sampai berani ngusir segala." Kesal Mahya dengan emosi menggebu-gebu.
"Loh, gak biasanya si Saga kayak gitu? Berani-beraninya dia bentak istri Papa, apa dia gak tahu akibat apa yang bakal dia dapetin, hah..!" Heran sekaligus ikut kesal juga, Akbar tidak akan tinggal diam istrinya di perlakukan tidak baik oleh putranya.
"Padahal Mama niatnya baik, mau jodohin Saga sama anak temen-temennya Mama, udah di bikin dinner atau segala macam cara tuh anak malah gak dateng. Malu Pa, statusnya itu bikin Mama malu pake banget! Statusnya duda itu aib buat nama baik keluarga kita, setiap Mama dateng arisan atau gabung sama sosialita Mama pada nyindir Saga, kan Mama muak dengernya." Keluh Mahya.
"Biar Papa yang atur, kita suruh Rachel pulang biar kita nikahkan Saga sama Rachel." Putus Akbar.
"Itu lebih baik." Ucap Mahya setuju.
Akbar merangkul bahu istrinya, dia mengusap lembut surai yang tergerai bebas itu, pikirannya menerawang ke masa depan dan cara apa yang akan ia gunakan untuk menikahkan Sagara dengan Rachel. Tidak ada perempuan lain yang keduanya jadikan kandidat lagi, pasalnya hanya Rachel lah yang paling masuk kriteria, seorang perempuan cantik, modis, pintar dan juga memiliki attitude yang baik, terutama cara komunikasinya yang patut di acungi jempol oleh Mahya.
*
*
Cahaya menggeliatkan tubuhnya, dia membuka matanya dan beberapa kali mengerjap melihat isi kamar yang di tempatinya. Gerakan tubuhnya membuat Bima terusik, ia pun ikut membuka matanya membuat Cahaya merasa bersalah karena sudah mengganggu tidurnya.
"Aduh, maaf ya Den udah ganggu tidurnya. Sok tidur lagi aja, biar Den Bima cepat sembuh." Ucap Cahaya menepuk-nepuk lengan Bima.
"Haus." Ucap Bima dengan suara seraknya.
Cahaya mengambilkan air minum yanga da diatas nakas, ia menbantu Bima duduk untuk meminun airnya. Tak hanya itu, Cahaya mengecek suhu Bima yang ternyata sudah menurun meskipun sedikit hangat, dengan memberikannya kembali obat demam Cahaya yakin Bima akan kembali sehat.
"Den, mau makan lagi? Mbak buatkan bubur, mau ya?" Bujuk Cahaya.
"Ikut," Rengek Bima merentangkan tangannya.
Tatapan matanya agak berbinar, Cahaya merasa tak tega melihatnya, sebagian besar cerita sudah ia dapatkan dari Lela dan juga pembantu satunya yang di khususkan untuk mengurus pakaian dan juga bersih-bersih, di bagian belakang rumah.
"Tapi Den Bima harus janji ya, kalau ada masalah apapun tolong jangan di pendam sendirian ya, Mbak tahu kok Den Bima itu anak yang kuat." Ucap Cahaya dengan lembut.
"Apa mbak gak bakalan risih?" Tanya Bima sambil menurunkan tangannya.
Cahaya menggelengkan kepalanya, Bima membutuhkan kasih sayang yang tulus dan juga sentuhan yang lembut untuk melunakkan hatinya serta menyusun serpihan lukanya.
"Enggak kok, ngapain mbak risih? Justru mbak senang, dengan begitu Den Bima bisa berbagi. Mbak pastikan akan menjadi pendengar dan menjadi penjaga rahasia yang baik." Ucap Cahaya.
"Janji?" Tanya Bima memastikan, dia mengangkat jari kelingkingnya yang di sambut oleh Cahaya.
"Janji..!" Jawab Cahaya dengan tegas.
Bima pun tersenyum simpul, dia merasa memiliki teman yang bisa diajak bercerita. Selama ini Bima selalu merasa sendirian, dia berharap Cahaya memang dapat di percaya.
"Ayo, katanya mau ikut?" Ajak Cahaya.
"Tapi gendong, kepalanya pusing."Rengek Bima lagi.
"Ah, gampang itu mah. yuk! Mbak gendong sampe monas juga sanggup, apalagi cuman ke dapur." Ucap Cahaya enteng.
Cahaya mendudukkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Bima, ia meminta Bima naik ke punggungnya. Bima pun melingkarkan tangannya di leher Cahaya, dan Cahaya pun menahan bobot Bima kemudian berdiri.
"Superman siap mendarat ke bawah! Kita... Meluncurrrr....!" Seru Cahaya mengangkat sebelah tangannya keatas dengan jari terkepal, biasanya anak kecil suka dengan superhero, jadinya Cahaya berlagak seperti superhero untuk menghibur Bima.
"Wuhuuu... Hahahhaa... Supermannya punya rambut panjang." Ucap Bima sambil tertawa.
Cahaya pun ikut terkekeh mendengarnya, suara tawa Bima mengingatkannya kepada almarhum ayahnya yang selalu berusaha menghiburnya di kala sedih menyapa.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.