NovelToon NovelToon
Di Balik Penolakan

Di Balik Penolakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Reito(HxA)

Dion, seorang siswa kelas 10 yang ceria dan penuh semangat, telah lama jatuh cinta pada Clara, gadis pendiam yang selalu menolak setiap usaha pendekatannya. Setiap hari, Dion mencoba meraih hati Clara dengan candaan konyol dan perhatian yang tulus. Namun, setiap kali dia mendekat, Clara selalu menjauh, membuat Dion merasa seperti berjalan di tempat.

Setelah sekian lama berusaha tanpa hasil, Dion akhirnya memutuskan untuk berhenti. Ia tak ingin lagi menjadi beban dalam hidup Clara. Tanpa diduga, saat Dion menjauh, Clara mulai merasakan kehilangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kehadiran Dion yang dulu dianggapnya mengganggu, kini malah menjadi sesuatu yang dirindukan.

Di tengah kebingungan Clara dalam memahami perasaannya, Dion memilih menjaga jarak, meski hatinya masih menyimpan perasaan yang dalam untuk Clara. Akankah Clara mampu membuka diri dan mengakui bahwa ada sesuatu yang tumbuh di hatinya untuk Dion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Malam yang hangat

Pak Andi terus memikirkan kata-kata Dion yang disampaikan beberapa hari lalu di taman. Kata-kata itu melekat di pikirannya seperti nasihat yang tak bisa dia abaikan. Sebagai seorang ayah, Pak Andi merasa sudah terlalu lama berjarak dengan keluarganya, terutama Clara. Keinginan untuk lebih dekat dengan mereka semakin menguat.

Pada malam Kamis itu, Pak Andi akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi istrinya, Bu Yunita, dan Clara. Dia berencana mengajak mereka makan malam di luar setelah Clara selesai ujian—momen yang sudah lama mereka lewatkan sebagai keluarga.

Clara yang menerima telepon dari ayahnya langsung tersenyum lebar. "Aku senang banget, Yah! Sudah lama nggak makan bareng begini."

Pak Andi tersenyum mendengar kegembiraan di suara putrinya. "Iya, sudah waktunya kita kumpul lagi. Ayah janji, setelah ujianmu selesai, kita akan jalan-jalan juga."

Setelah berbicara dengan Clara, Pak Andi menelepon istrinya, Bu Yunita. Meski awalnya ia ragu apakah istrinya akan menyetujui, ternyata Bu Yunita juga setuju. "Tentu, Pak. Sudah lama kita nggak jalan-jalan. Saya ikut saja."

Semua tampak berjalan sesuai rencana. Clara sangat menantikan momen ini, begitu pula Bu Yunita. Dua minggu penuh Clara dan teman-temannya menghadapi ujian semester yang menguras energi. Dion, Nisa, dan hampir seluruh siswa di SMA Gemilang terlihat tegang. Bahkan Fariz, yang biasanya terlihat santai, ikut khawatir meskipun dia sudah menduga nilainya takkan jauh dari merah.

Hari Sabtu pun tiba. Setelah ujian terakhir selesai, Clara merasa sangat lega. Di luar kelas, dia berjalan bersama Nisa sambil tersenyum cerah.

"Akhirnya ujian selesai! Malam ini bakal seru banget, Nis. Ayah ngajakin makan di luar," kata Clara sambil tersenyum lebar, penuh kegembiraan. "Udah lama aku pengen makan bareng Ayah dan Ibu."

Nisa hanya tersenyum senang melihat kebahagiaan sahabatnya. "Senang dengarnya, Cla. Kalian pasti bakal punya waktu yang seru banget."

Sore itu, Clara langsung bersiap-siap. Dengan semangat, dia memilih pakaian terbaiknya dan mematut diri di depan cermin. Malam ini, dia ingin segalanya sempurna. Pak Andi pun sudah siap dengan pakaian rapi, menunggu di ruang tamu. Namun, ada satu yang belum terlihat—Bu Yunita belum pulang dari kantornya.

Setelah beberapa saat menunggu, Pak Andi mulai khawatir. Dia pun memutuskan untuk menelepon istrinya.

"Yunita, kamu di mana? Kami sudah siap, tinggal nunggu kamu," tanya Pak Andi dengan suara lembut.

Namun, yang pertama kali terdengar di telepon itu bukanlah suara Bu Yunita, melainkan suara berat seorang pria yang sedang batuk. Pak Andi langsung mengernyit, bingung dan sedikit waspada.

Sesaat kemudian, suara Bu Yunita muncul. "Halo, Pak. Maaf, tadi itu suara saya. Lagi serak. Tiba-tiba batuk," jawabnya terburu-buru.

Pak Andi merasakan kejanggalan, tapi dia mencoba untuk tidak terlalu memikirkan itu. "Kamu kapan pulang? Clara sudah siap, loh. Kita tinggal nunggu kamu."

Namun, Bu Yunita memberikan alasan lain. "Maaf, Pak. Sepertinya saya nggak bisa ikut malam ini. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Deadline-nya besok pagi, jadi saya harus lembur."

Pak Andi terdiam beberapa detik, mencoba memahami situasi. Dia tahu pekerjaannya penting, tapi kecewa rasanya karena rencana mereka harus berubah lagi. "Baiklah. Kalau begitu, saya dan Clara jalan-jalan sendiri saja malam ini."

Setelah menutup telepon, Pak Andi menatap Clara yang sudah siap dengan wajah penuh semangat. "Ibumu nggak bisa ikut, katanya ada pekerjaan mendesak. Tapi kita tetap berangkat, ya?"

Clara mengangguk, meski sedikit kecewa. "Yaudah, Yah. Kita jalan-jalan aja, nanti Ibu bisa ikut lain kali."

Mereka pun akhirnya berangkat berdua menuju kafe yang sudah direncanakan. Setibanya di sana, suasana kafe yang hangat dan nyaman membuat Clara tersenyum. Mereka memilih meja di dekat jendela yang memberikan pemandangan kota di malam hari.

"Clara, kamu udah lega ya sekarang? Ujian selesai, tinggal nunggu hasil," kata Pak Andi sambil membuka menu.

"Iya, lega banget, Yah. Aku berharap hasilnya nggak terlalu buruk," jawab Clara sambil terkekeh. "Tapi kayaknya lumayan lah, udah belajar keras juga."

Obrolan mereka terus mengalir dengan santai. Clara bercerita tentang sekolah, ujian, dan juga teman-temannya. Meski Clara jarang berbicara banyak di rumah, malam itu dia sangat antusias. Dia bercerita panjang lebar tentang Dion, Nisa, dan semua hal yang terjadi di sekolah.

"Kamu deket banget sama Nisa, ya?" tanya Pak Andi.

Clara mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Nisa itu sahabat terbaikku. Dia selalu ada buat aku, apalagi waktu aku lagi butuh teman curhat."

Pak Andi tersenyum mendengar itu. "Senang dengar kamu punya teman yang bisa dipercaya. Itu penting."

Clara mengangguk. "Benar, Yah. Teman itu bisa bantu kita di saat-saat susah. Seperti Nisa, dia selalu ada buatku."

Setelah mereka memesan makanan, Pak Andi mulai menanyakan hal-hal yang lebih dalam tentang Clara. "Clara, Ayah mau tanya sesuatu. Apa kamu pernah merasa Ayah kurang dekat sama kamu?"

Clara sempat terkejut dengan pertanyaan itu. "Hmm, mungkin iya, Yah. Tapi aku ngerti kok, Ayah sibuk. Cuma kadang... aku kangen momen-momen kayak gini. Bisa ngobrol dan jalan bareng."

Pak Andi merasa tersentuh dengan jawaban Clara. "Maaf ya, Clara. Ayah memang terlalu sibuk akhir-akhir ini. Tapi Ayah akan coba lebih sering meluangkan waktu buat kita."

Clara tersenyum hangat. "Itu udah cukup buat aku, Yah. Malam ini aja udah bikin aku senang banget."

Mereka melanjutkan perbincangan dengan tawa dan cerita-cerita ringan. Clara berbagi tentang impiannya, tentang hal-hal yang dia inginkan di masa depan. Pak Andi mendengarkan dengan penuh perhatian, seperti seorang ayah yang benar-benar ingin tahu apa yang dipikirkan anaknya.

"Clara, Ayah bangga sama kamu. Kamu tumbuh jadi anak yang baik dan cerdas. Apa yang kamu impikan, Ayah yakin kamu bisa mencapainya," kata Pak Andi sambil tersenyum bangga.

Clara merasa terharu mendengar itu. "Terima kasih, Yah. Itu artinya banyak buat aku."

Malam yang hangat dan penuh kebahagiaan itu mulai mencapai akhir. Clara dan Pak Andi telah menghabiskan waktu berkualitas bersama—sesuatu yang sangat dinantikan Clara. Mereka berjalan keluar dari kafe dengan perasaan hangat, berbicara tentang rencana akhir pekan dan impian Clara untuk masa depan.

Namun, meskipun momen itu sangat indah, ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Pak Andi. Sejak telepon dengan Bu Yunita sebelumnya, ada rasa curiga yang terus menghantui pikirannya. Suara pria yang terdengar sebelum istrinya bicara, alasan "serak" yang diberikan Bu Yunita, dan tiba-tiba munculnya pekerjaan mendadak pada malam yang sudah mereka rencanakan—semua itu terasa janggal baginya.

Saat mereka tiba di rumah, Clara langsung masuk ke kamarnya, masih tersenyum puas. Sementara itu, Pak Andi duduk di ruang tamu, merenung sejenak. Ia mencoba mengabaikan perasaan ganjil itu, namun semakin ia berpikir, semakin sulit untuk menyingkirkannya.

Dengan hati yang masih belum tenang, Pak Andi meraih ponselnya. Ada sebuah keputusan yang sudah lama dia hindari, tapi malam ini perasaannya tak bisa lagi dibendung.

Dia menelpon salah satu bawahannya di perusahaan, seorang pria bernama Arman yang bisa dia percaya untuk menjalankan tugas khusus. Setelah beberapa nada tunggu, telepon pun tersambung.

"Arman, ini saya, Andi," suara Pak Andi terdengar tegas, namun ada sedikit keraguan yang tersembunyi di baliknya.

"Selamat malam, Pak Andi. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Arman dengan nada hormat.

Pak Andi terdiam sejenak, merasa ragu apakah benar mengambil langkah ini. Namun, bayangan percakapan telepon dengan Bu Yunita kembali muncul di benaknya, dan ia pun mantap mengambil keputusan.

"Saya butuh bantuanmu. Mulai besok, saya ingin kamu awasi perilaku istri saya. Lihat dengan siapa dia bertemu, apa yang dia lakukan, dan laporkan semuanya ke saya. Ini penting."

Suara Arman sedikit terkejut di ujung telepon, namun ia tetap merespon dengan patuh. "Baik, Pak Andi. Saya akan melakukannya dengan hati-hati. Akan saya laporkan perkembangan setiap hari."

Setelah menutup telepon, Pak Andi duduk kembali di sofa, merasa terbebani dengan keputusannya. Dia tidak pernah membayangkan akan sampai di titik ini—meminta bawahannya untuk mengawasi istrinya sendiri. Namun, perasaan curiga yang tak bisa ia abaikan memaksa dirinya mengambil langkah ini.

Malam itu, meskipun hatinya senang bisa menghabiskan waktu bersama Clara, ada bayang-bayang keraguan yang menggantung di atasnya. Hubungan keluarganya, yang tadinya ia harap bisa diperbaiki, sekarang justru terguncang oleh perasaannya sendiri. Pak Andi hanya bisa berharap bahwa kecurigaannya salah, dan apa yang dia lakukan ini tidak akan menghancurkan lebih banyak hal daripada yang dia duga.

To be continued...

1
Kamsia
tuhhkan baperan clara ternyata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!