Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 21
🍁Masih di dalam mobil🍁
"Aku mohon sama kamu, aku tidak bisa! Cincin itu untuk Stella, aku mohon jangan yang itu, yang lain saja." Pinta Rafael pada Angel berharap sang kekasih mau mengerti apa yang dia katakan, akan tetapi apa yang dia pikirkan tentang Angel semuanya salah ternyata wanita yang ada di sampingnya ini begitu keras kepala.
"Tidak! Aku tidak mau yang lain, aku mau yang ini." Kekeh Angel dengan apa yang sudah jadi keinginan nya.
"Tapi, kalau kamu bicara seperti itu berarti kamu benar tidak mencintaiku. Kalau begitu buat apa kita masih menjalin hubungan lagi, mendingan aku sama cowok lain." Seloroh Angel, kesal terhadap kekasihnya yang masih mempertahankan cincin itu untuk Stella.
"Maksud kamu apa bicara seperti itu, kamu ancam aku?" Tanya Rafael dengan nada yang sedikit tinggi dari sebelumnya.
"Aku tidak ancam kamu!" Balas Angel ketus tanpa menatap wajah pria yang ada di sampingnya.
"Angel, aku paling tidak suka di ancam seperti ini!" Tegas Rafael menatap tajam pada Angel.
"Kenapa sih kamu akhir-akhir ini selalu saja menekan aku?" Heran Rafael pada sikap Angel yang begitu berubah drastis.
Rafael seolah tidak mengenali sosok Angel pada wanita itu, sikap dan perilakunya sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia lihat selama ini.
"Aku cuma ingin tahu saja bagaimana perasaan kamu padaku. Serius atau tidak?"
"Aku sudah pernah bilang kan kalau aku serius sama kamu. Dan bisa gak sih kamu diam, tidak bawel terus seperti ini. Aku muak lihat kamu!" Bentak Rafael menatap Angel dengan sorot tajam. Kedua netranya memerah memancarkan sebuah kilatan amarah yang terpendam di benaknya.
Rafael yang sedari tadi menahan kesabarannya, akhirnya kini emosinya meledak seketika. Bahkan dia yang sudah tersulut emosi tak bisa lagi untuk mengendalikan dirinya. Tanpa sadar Rafael telah melontarkan kata bawel yang berhasil membuat Angel naik pitam.
"Apa kamu bilang?" Angel tersentak kaget mendengar ucapan Rafael yang tidak biasanya dia mengatainya seperti itu.
"Ya, kamu bawel!" Rafael mengulang kembali pekatannya tapi, kali ini cukup terdengar sangat tegas di indra pendengar Angel, dan ada nada penekanan di akhir kalimat.
"Akhirnya keluar juga kata-kata itu dari mulut kamu, hah? Aku baru tahu seberapa besar cinta kamu padaku." Angel tersenyum kecut mengetahui fakta sebenarnya perihal rasa cinta Rafael pada dirinya.
"Oke, kamu mau apa sekarang? Pilihan ada di tangan kamu, kamu kasih cincin ini untuk aku atau kita putus?"
Angel menatap Rafael dengan berapi-api sambil memegang cincin impian Stella. Dadanya bergemuruh hebat seakan ada yang ingin meledak didalam sana.
"Kamu ancam aku untuk putus?" Tanya Rafael penasaran dengan apa yang di lontarkan Angel barusan padanya.
"Ini bukan ancaman Rafael, melainkan keputusan yang harus kamu ambil. Dan ini menentukan kelanjutan hubungan kita." Sahut Angel dengan tatapan datarnya, menatap lurus ke arah depan. Dia seakan enggan bersitatap dengan kekasihnya.
"Oke ...."
'Sebenarnya aku juga sudah tidak tahan lagi sama Angel, lebih baik aku akhiri saja hubungan ini.'
Bola matanya memerah, seperti sorot mata iblis yang menatap tajam pada Angel. Tampak ada kilatan amarah yang terpancar di dalam sana.
"Mulai detik ini sudah waktunya kita ...."
Tiba-tiba kalimat Rafael menggantung di udara, dadanya terasa sakit saat mengatakan hal itu, dan bibirnya pun terkatup tak ada sepatah katapun yang mampu dia lontarkan kembali untuk melanjutkan kalimatnya.
'Aku tidak bisa kehilangan Angel, rasanya sakit sekali membayangkan Angel pergi dari hidup aku.'
Rafael bergeming akan tetapi, tatapan nya tetap tertuju pada wanita yang ada di sampingnya kini.
"Kita apa ... apa benar kamu ingin mengakhiri hubungan kita ini, hah?"
Bukannya reda tapi emosi Angel semakin meledak saat terngiang kembali bagaimana kekasihnya yang membentaknya. Sedangkan Angel yang tidak terima dengan perlakuan Rafael pada dirinya, sontak dia meraih handle pintu, bergegas ingin keluar dari mobil Rafael.
"Angel ...." Panggil Rafael mencengkeram kuat lengan Angel yang hendak membuka handle pintu. Rafael seakan tidak ingin wanita yang berada di sampingnya kini pergi meninggalkan nya, hatinya begitu berat melepas kepergian Angel.
"Lepaskan! Bukannya kamu sendiri yang bicara seperti itu."
Angel terus meronta coba lepas dari cengkeraman kuat Rafael. Alih-alih lepas, yang ada cengkeraman itu semakin kuat dan membuat Angel semakin susah untuk melepaskannya.
"Tidak! Aku tidak akan pernah melepaskan kamu." Jawabnya tegas dengan tangan kekarnya yang masih berada di lengan Angel.
"Angel, dengarkan aku! Maaf, aku tadi terbawa emosi." Kilah Rafael memegang bahu Angel berusaha meyakinkan wanita yang ada di hadapan nya kini.
"Bosan aku mendengar kata maaf kamu itu!" Bentak Angel secepat kilat dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku tahu kamu menginginkan cincin itu kan?" Rafael bertanya menatap lembut Angel yang masih merajuk. Dan kini nada suara Rafael mulai rendah seperti biasanya saat dia berbicara pada Angel.
"Oke, cincin ini buat kamu. Tidak ku berikan ke Stella."
Dengan berat hati, Rafael mengiyakan permintaan Angel agar wanita itu tidak pergi meninggalkan nya.
"Dan asal kamu tahu, aku melakukan semua ini karena aku tidak mau kehilangan kamu. Please jangan pernah tinggalkan aku, aku tidak bisa hidup tanpa kamu Angel."
Ungkap Rafael menarik tubuh Angel ke dalam pelukannya, memeluknya erat seakan tidak ingin kehilangan wanita itu.
Rafael mengurai pelukannya. "Kamu serius, cincin ini buat aku?" Angel tersentak kaget dan memastikan kembali perkataan Rafael yang cukup membuatnya terkejut. Dan benar adanya bahwa apa yang di katakan Rafael bukan bualan saja tetapi itu nyata dan sesuai janjinya Rafael memberikan cincin Sunrise Red itu pada Angel.
"Aku sudah bilang sama kamu kan kalau aku serius. Tidak ada niatan untuk ku mempermainkan kamu." Tegas Rafael menatap dalam wajah Angel.
"Makasih, Sayang." Angel tersenyum puas akhirnya apa yang dia inginkan terwujud dengan berakting sebaik mungkin di hadapan Rafael, agar pria itu mempercayainya. Dan ternyata berhasil, apa yang di lakukan membuahkan hasil yang memuaskan.
"Apa kamu benar sudah mempercayaiku? Aku serius mencintaimu kamu, Angel." Rafael menatap kedua manik coklat itu dan berusaha meyakinkan Angel.
"Dan aku mohon, jangan pernah mengatakan untuk meninggalkan aku." Pinta Rafael menggenggam erat jemari lentik Angel.
"Ya, aku janji tidak mengulanginya lagi." Balas Angel dengan tersenyum lebar menatap wajah Rafael.
"Sayang, kamu mau kan menemani aku jalan-jalan ke mall?" Pinta Angel dengan nada manjanya pada Rafael.
"Oke, hari ini kita akan jalan ke mall." Tanpa berpikir panjang Rafael mengiyakan lagi permintaan Angel yang mengajaknya untuk pergi ke mall.
Mereka berdua saling bersitatap satu sama lain, hingga tanpa mereka sadari kini posisi mereka sudah sangat intim. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan Rafael segera menyambar bibir seksi itu yang terlihat menggoda, pria itu begitu merindukan rasa buah chery yang sangat memabukkan dirinya. Rasanya sungguh berbeda dengan apa yang dimiliki istrinya, Stella.
🍁Mansion Rafael🍁
Malam itu, ruang tamu dipenuhi cahaya lembut dari lampu gantung, menciptakan suasana hangat di tengah kedinginan malam. Di sofa, Stella tengah duduk berhadapan dengan Mamanya, Elena. Suara lembut Mama Elena menghiasi malam dengan cerita-cerita nostalgia tentang masa muda, tawa mereka mengisi ruangan itu.
Namun, di balik senyuman Stella, ada kegelisahan yang menggelayuti hatinya. Sedangkan sang buah hati sudah satu jam yang lalu Stella menidurkan Rafella di kamarnya, setelah dirinya membantu sang buah hati mengerjakan tugas sekolah.
Sambil mengaduk secangkir teh hangat, Stella mencuri pandang ke arah penunjuk waktu yang menggantung di dinding. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, dan Rafael, suaminya, masih belum pulang. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk kembali tepat waktu, tetapi malam ini dan dua hari yang lalu terasa berbeda. Stella tahu, ada sesuatu yang tidak beres pada suaminya terutama setelah mendengar kabar angin tentang Rafael.
Tiba-tiba, pintu utama terbuka, dan Rafael masuk dengan senyum lebar yang tampak dipaksakan. Dia mengenakan jas yang tampak rapi sama persis yang dia kenakan tadi pagi saat Rafael berangkat ke kantor. Namun di balik penampilannya yang sempurna, Stella bisa merasakan ketidakjujuran di dalam diri Rafael.
"Sayang, maaf terlambat! Meeting tadi berlangsung lebih lama dari yang aku duga." Rafael berbohong, sambil menggantungkan jasnya di lengan kekarnya. Suaranya terdengar ceria, tapi Stella menangkap nada yang berbeda dari suaminya seakan ada yang tengah di tutupi oleh Rafael dari dirinya.
"Tidak apa-apa, Mas. Mama baru saja menceritakan cerita lucu." Stella menjawab, suaranya datar dan tanpa emosi, jauh dari sambutan hangat yang biasanya dia berikan. Mama Elena yang duduk di sebelahnya menatap Stella, lalu beralih ke Rafael, mengharapkan suasana hangat bisa dipulihkan dari kedua insan yang ada di hadapannya.
Rafael tidak menyadari perubahan istrinya. Dia melangkah lebih dekat dan mencium lembut kening Stella, namun Stella tidak membalas dengan senyuman yang biasa dia tunjukkan. Mama Elena merasakan ketegangan yang membeku di udara dan mulai meragukan semua ini.
"Mau ikut gabung, Mas? Mama baru saja bercerita tentang masa mudanya." Stella menawarkan, berusaha terdengar seolah tidak ada yang aneh agar suaminya tidak curiga.
"Oh, tentu! Aku senang mendengar cerita-cerita itu. Tapi… aku butuh istirahat sebentar." Jawab Rafael, mengabaikan keraguan yang terlihat di wajah Stella dan Mama Elena. Rafael melangkahkan kakinya menuju ke dapur untuk mengambil segelas air.
Stella dan Mama Elena saling bertukar tatapan. Dalam benaknya, Stella bertekad untuk menggali lebih dalam. Dengan hati-hati, dia mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih ringan, tetapi niatnya untuk mengungkap kebenaran semakin kuat. Stella tahu, di balik sikap santai suaminya, ada sebuah kebohongan besar yang harus dihadapi.
Saat Rafael kembali ke ruang tamu, Stella tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang menggerogoti jiwanya. "Mas, bagaimana meetingnya? Ada berita baik?" Tanyanya dengan suara lembut, tapi ada nada tajam yang hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.
"Baik, semua berjalan lancar. Pasti ada banyak pekerjaan menanti, tapi aku senang bisa pulang dan berkumpul dengan kalian." Jawab Rafael, kembali duduk di samping Stella. Namun, seiring perbincangannya berlanjut, Stella tahu, malam ini adalah langkah awal untuk mengungkap kebenaran yang selama ini tersembunyi.
*
Tring ... tring ... tring ...
Tertera sebuah nama di layar pintar Rafael yang tak lain adalah Toko Jewelry, toko perhiasan dimana Rafael memesan cincin Sunrise Red impian Stella.
"Mas, kenapa tidak di angkat telponnya ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁