Farrel adalah seorang playboy kelas kakap, sudah banyak wanita yang dia kencani dari berbagai macam profesi. Baginya wanita hanya mainan saja, yang akan dia tinggalkan setelah merasa bosan. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Dia adalah seorang pria dengan sejuta pesona. Siapapun wanita yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanannya, apalagi dia adalah seorang pengusaha yang kaya raya.
Namun, malam itu dia salah masuk ke dalam kamar hotel membuat dia melakukan kesalahan fatal dengan seorang wanita yang tidak dia kenali. Wanita itu meletakkan sebuah cek senilai seratus juta di atas meja, agar Farrel tutup mulut.
Farrel sangat terkejut ketika mengetahui kenyataan bahwa wanita itu ternyata adalah istri dari saudara sepupunya. Apakah dia harus bertanggung jawab karena telah merenggut kesuciannya ataukah mencari wanita lain sebagai tambatan hati? Padahal ada banyak wanita yang mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Bagaimana, Renata?" tanya Farrel kepada Renata setelah mendengarkan keterangan dari resepsionis hotel bahwa di hotel tersebut hanya terdapat satu kamar saja.
Renata nampak kebingungan, tidak mungkin kalau dia harus tidur satu kamar dengan Farrel. Tapi hari sudah mulai malam, sementara sedari tadi mereka kesulitan untuk menemukan hotel di kota tersebut.
Haruskah Renata tidur satu kamar dengan pria itu? Bagaimana kalau Farrel menerkamnya? Apalagi udara malam hari di kota M sangat dingin, menusuk kulit.
"Emm... bagaimana kalau kita mencari hotel yang lainnya saja?" Renata menyarankan kepada Farrel untuk mencari hotel lagi.
Resepsionis hotel menyanggah pertanyaan dari Renata, "Di kota M hanya terdapat sedikit hotel, mbak. Jika mbak sedari tadi mencari hotel dari arah utara, itu artinya hanya hotel ini yang tersisa."
Renata semakin nampak kebingungan, padahal dari awal dia berusaha keras agar tidak berangkat berduaan dengan Farrel, tapi kini mereka malah akan tidak satu kamar. Bagaimana kalau mereka khilaf lagi?
Farrel melihat ada sebuah mobil berhenti di depan hotel tersebut, kemudian sepasang kekasih keluar dari mobil itu sambil berpelukan mesra. Sepertinya mereka juga akan menyewa kamar di hotel tersebut.
"Aku akan mengambilnya," ucap Farrel, dia takut keduluan oleh sepasang kekasih itu.
Benar saja, sepasang kekasih itu memang ingin menyewa kamar disana, "Mbak saya pesan satu kamar untuk malam ini," ucap si pria kepada resepsionis hotel.
"Oh maaf sekali, Mas. Sudah tidak ada kamar kosong lagi," jawab sang resepsionis hotel.
Si pria pun terlihat sangat kecewa sekali, "Yaaah, padahal kami sudah dua jam mencari hotel di kota ini."
Kedua pasangan kekasih itu pun segera pergi dari sana dengan perasaan kecewa.
Renata sangat merasa lega, dia dan Farrel datang ke hotel tersebut lebih cepat dari sepasang kekasih itu.
Namun, ada rasa kekhawatiran di dalam hatinya, apakah malam ini dia akan aman jika tidur satu kamar dengan Farrel?
Farrel memperhatikan raut wajah Renata, dia merasa bahwa wanita itu tidak nyaman tidur satu kamar dengannya. Kemudian dia pun berkata kepada Renata, "Kalau kamu tidak nyaman tidur satu kamar dengan aku, kamu saja yang tidur di kamar, biar aku tidur di mobil."
Sebenarnya Renata merasa lebih baik seperti itu. Dia tidur di kamar, sedangkan Farrel tidur di dalam mobil. Tapi berhubung Farrel yang sudah membayar sewa kamar hotel tersebut, setidaknya dia harus basa basi. "Emm... aku tahu bagaimana kehidupan kamu. Kamu yang selalu hidup enak dan mewah, masa ada seorang CEO tidur di mobil sementara asistennya tidur di kamar hotel? Karena aku lebih tua darimu, lebih baik aku yang mengalah. Aku yang tidur di mobil, kamu tidur di kamar saja."
Farrel sangat kesal mendengarnya, lagi-lagi Renata membanggakan dirinya yang telah terlahir satu tahun lebih awal darinya. Wanita itu selalu merasa lebih tua darinya. Apakah mungkin Renata masih menganggapnya berondong? Makanya wanita itu terkadang bersikap galak padanya?
"Ya sudah kalau begitu aku tidur di kamar. Kamu benar, mana ada seorang CEO tidur di dalam mobil?"
Renata nampak melongo, padahal tadinya dia hanya sekedar basa basi saja. Tapi rupanya Farrel malah menyetujuinya.
"Kenapa dia tega sekali membiarkan aku tidur di mobil?" gerutu hati Renata.
Padahal tadinya Renata berharap Farrel berkata seperti ini, "Oh gak apa-apa, gak usah sungkan. Walaupun aku CEO dan lebih muda darimu, tapi aku adalah seorang pria, dan seorang pria harus mengalah. Jadi biar aku saja yang tidur di mobil."
Tapi ternyata Farrel malah langsung menyetujui pendapat dari Renata, sehingga Renata akan tidur di mobil, sementara Farrel tidur di kamar.
Farrel pun memberikan kunci mobilnya kepada Renata, "Kalau begitu selamat tidur mbak Renata. Tidak yang nyenyak." Farrel mengucapkan kata mbak Renata dengan bernada.
Renata pun membawa kunci mobil dari tangan Farrel, "Oh emm... i-iya selamat malam."
"Oh iya aku lupa, apakah kamu pernah mendengar desas desus tentang penampakan di kota M?" Farrel bertanya dengan suara pelan.
Seketika Renata merinding mendengarnya, membuat bulu kuduknya berdiri. "Pe-penampakan?"
"Ya, aku dengar di kota M pernah ramai dengan ditemukannya sebuah penampakan hantu. Penampilannya sangat menyeramkan sekali. Kalau kamu mau lihat, aku ada fotonya di google." Farrel berkata sambil mengeluarkan ponselnya di satu kemeja yang dia kenakan.
"Gak usah, aku tidak ingin melihatnya." Renata menolak untuk melihat apa yang akan ditunjukkan oleh Farrel di ponselnya.
Farrel berusaha keras untuk menahan tawa melihat raut wajah Renata yang sudah dia kerjai, karena cerita tentang penampakan itu hanyalah karangan belaka. Farrel pun memasukkan kembali ponselnya di saku kemeja, "Hm ya sudah, kalau begitu aku mau tidur dulu, aku sangat ngantuk."
Farrel segera melangkahkan kakinya menuju kamar hotel yang dia sewa, sambil dia berhitung dengan suara pelan.
"Satu."
"Dua."
"Ti..."
Farrel tidak meneruskan perkataannya ketika mendengar suara Renata memanggil namanya.
"Farrel!"
Farrel pun tersenyum smrik, dia segera membalikkan badannya memandangi Renata.
"Cuaca malam ini sangat dingin sekali, aku tidak ingin mati kedinginan di dalam mobil. Karena itu aku rasa lebih baik aku tidur di kamar. Kamu tidur di ranjang saja, biar aku yang tidur di sofa." Setelah berkata seperti itu, Renata pun merebut kunci dari tangan Farrel, kemudian dia berjalan menuju kamar hotel nomor 115.
Farrel tidak berkata sepatah kata pun, dia berjalan dibelakang Renata. Pria itu terus saja tersenyum-senyum, akhirnya bisa tidur satu kamar dengan Renata.
Sementara Renata hanya bisa mengigit bibir bawahnya, sebenarnya dia sangat malu, karena sok-sokan akan tidur di mobil, padahal sebenarnya dia tidak berani tidur di luar hotel yang suasananya sangat mencengkam itu.