Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#35
"Kau tak perlu tahu siapa aku, cukup kau ingat, jika aku muncul itu adalah pertanda akan kematian mu sudah dekat."
"Pe-pergi," ucap nya gugup.
Tiba-tiba ia keringat dingin, lalu mundur perlahan karena ia merasa perkataan orang di depannya bener adanya. Ia takut karena tidak pernah belajar pertahanan diri, selama ini hanya mengandalkan bawahan dan pengawal sewaan.
Namun bawahan dan pengawalnya saat ini tidak ada di rumah, entah itu di sengaja atau tidak kebetulan ia memberikan mereka izin cuti saat ini.
Penyesalan selalu datang terlambat, jika begini dia tidak akan membiarkan semua anggotanya cuti, setidaknya masih menyisakan satu, dua atau tiga orang.
"Hahaha,," Clear tertawa mengejek, ia sangat suka melihat lawannya ketakutan. "Kenapa ha? apa kau ada kata-kata terakhir untuk orang-orang yang kau cintai? Jika iya, katakan saat ini. Biar mereka juga tenang saat menyusul kau nanti." Bertanya sambil memainkan belati di tangannya.
Antonio hanya menggeleng-gelengkan kepala, ia melihat ke kiri dan kanan, ia hendak memastikan apakah ada jalan untuknya melarikan diri.
Seketika ia mengingat sesuatu, mundur perlahan-lahan mendekat ke arah meja di belakangnya, teringat jika ia memiliki pistol yang selalu di simpan di tempat-tempat tertentu untuk berjaga-jaga. Seperti ini lah contohnya.
Sampai dekat meja ia segera membuka laci dan mengambil pistolnya yang tersimpan rapi di dalam sana.
"Jangan mendekat!" teriaknya sambil menodongkan pistol ke arah Clear.
"Hahahaha,,," suara Clear menggema di dalam ruangan itu, ia tidak takut dengan ancaman Antonio.
Antonio segera menarik pelatuk pistolnya, dengan segera ia menembakan ke arah lawan di depannya, Clear tetap tenang, tidak ada raut khawatir atau pun takut pada dirinya.
Dor,,
Dengan santainya ia mengelak tembakan itu.
Dor..
Lagi tembakan itu kembali menuju ke arahnya, namun Clear tidak mengelak melainkan ia sambut dengan baik, " Hap, " peluru itu, ia tangkap dengan mulutnya, yang mana ia gigit dengan santai.
Mata Antonio melotot melihat hal itu, ia tidak menyangka jika lawannya kali ini tidak semudah yang ia pikirkan.
Lagi dan lagi keringat dingin semakin membanjiri seluruh tubuhnya, ia mulai menggigil ketakutan, tamat sudah riwayatnya.
"Puih,," di buangnya peluru itu begitu saja. Lalu menatap Antonio dengan tajam serta seringai yang tidak luntur hingga seperti mengejeknya.
"Kau telah salah bertindak, jika tadi kau menyerah mungkin kau akan mati dalam sekejap, sekarang terimalah pembalasan yang baru saja kau lakukan."
Clear mendekati Antonio semakin dekat, ia mengeluarkan belati kesayangan nya, "sepertinya belati ini akan makan dengan lahap."
Antonio hanya menggelengkan kepalanya, lidahnya kelu, ia tidak bisa melakukan pergerakan lagi, sebab nyalinya telah ciut karena aksi yang di lakukan Clear tadi, sebab, manusia mana yang berani menahan peluru panas dengan mulutnya bahkan tidak meninggalkan luka sedikitpun.
"Kenapa? kau takut? lalu di mana nyalimu yang tadi? Hah, sudah tidak seru lagi jika kau diam dan pasrah jika hendak di bun*h."
Clear memainkan belati itu di pipi Antonio, ia segera menggores lukisan-lukisan indah pada wajah Antonio.
Suara jeritan Antonio menggelegar di ruangan itu, saat ini ia telah terduduk di sebuah kursi yang ada di sana karena Clear menyeretnya ke sana.
Setelah merasa puas dengan lukisannya di wajah Antonio, ia mencongkel sebelah mata Antonio, darah segar mengalir ke mana-mana, Antonio tidak tahan lagi dengan sakitnya, ia jatuh pingsan.
Namun Clear tidak puas dengan itu, ia mencari air dan menyirami wajah Antonio hingga bangun dan berteriak kesakitan, sebab air tersebut telah di campur garam bahkan lada bubuk, hingga sakit perih dan panas terasa menjadi satu.
Kembali Antonio hendak pingsan namun di tahan Clear dengan menyiram wajahnya dengan air biasa, Clear kembali menyiksa Antonio, saat ini ia mencabut satu-persatu kuku-kuku Antonio, bahkan tangannya yang tadi mengarahkan senjata pada Clear telah di potong-potong dengan rapih.
Antonio telah pingsan kembali, bahkan sangat tipis harapannya untuk sadar, tapi Clear yang tidak puas, segera menguliti Antonio hingga semua kulit nya terlepas dari tubuh Antonio, Clear sangat puas karena bisa melepaskan hasrat membun*hnya.
Karena darah yang tidak berhenti mengalir akhirnya Antonio kehabisan darah hingga mati di tempat dengan keadaan yang sangat-sangat mengenaskan.
Clear segera pergi dari sana, tidak lupa ia membersihkan TKP dengan caranya agar tidak ada sedikitpun jejak atau sidik jari bahkan petunjuk yang tertinggal.
Setelah itu Clear dengan santai keluar dari ruangan itu, berjalan keluar dengan yakin tanpa takut ketahuan, sebab anak buah Bima juga telah bekerja dalam mem*snahkan seluruh keluarga itu, bahkan para pengawalnya pun tidak ada satupun karena cuti bersama. Alhasil rencana Bima berjalan dengan mulus.
.
.
.
Bima yang sedang menatap layar handphone nya tiba-tiba di telpon oleh seseorang yang biasa menelpon nya melalui handphone jadulnya.
Dahinya mengkerut, ia heran kenapa tiba-tiba di telpon ke handphone pribadi bukannya handphone khusus seperti biasa.
"Hello Nyonya," sapanya saat menjawab telpon itu.
"Bukankah kau sudah berjanji untuk memanggilku Ibu? Lalu, apa ini?" rajuk wanita di seberang sana.
"Ti-tidak Ibu, aku tidak berani membantah mu. Nanti kau tidak merestui ku dengan Putrimu."
"Cih, kau ini. Jika sudah menyangkut tentang dia, kau selalu lemah. Hahahaha,"
Muka Bima memerah karena di ledek, ia malu tapi hatinya senang.
"Aku yakin, saat ini mukamu pasti telah merah seperti kepiting rebus. Hahaha." Ejeknya lagi.
"Ibu, kau sungguh tega mengejekku." Ucap Bima berpura-pura merajuk, namun tetap saja, ia malu jika mengingat kejadian barusan, ia selalu di goda Calon Mertua dengan begini. Namun ia tidak pernah kapok dalam merebut hati sang Calon Mertua. Tinggal mendekati sang Pujaan dengan perlahan-lahan.
"Ngomong-ngomong, ada apa ibu menelpon ku langsung seperti ini?" tanyanya penasaran karena tidak biasanya wanita itu menelpon seperti ini.
"Tidak-tidak, aku hanya ingin tahu bagaimana perkembangan kau mencari nya? apakah kau telah menemukan nya dalam beberapa hari ini? Lalu bagaimana keadaan nya? " tanya wanita itu kembali tanpa memberi jeda untuk Bima menjawabnya satu-satu.
Perlahan Bima menghembuskan nafasnya berat, ia telah mencari sang Pujaan kemana-kemana namun tidak kunjung menemukan jejak kehidupannya.
"Maafkan saya bu, saya belum berhasil menemukan nya, semoga secepatnya kami akan bertemu."
"Tidak apa-apa, aku yakin dia akan baik-baik saja." Jawab sang Ibu dari seberang telpon.
"Lalu, langkah apa selanjutnya yang akan kau lakukan? Aku hanya bisa memberi dukungan untuk semuanya, asalkan Putriku baik-baik saja."
"Bu, kau tenang saja. Aku akan menjaganya selalu. Walau dahulu kita sempat kehilangan informasi mengenai dimana dan bagaimana ia tinggal bahkan hidup sendirian hingga sekarang. Aku akan menebus semua itu dengan mencintai nya setulus hati akan ku jadikan ia Ratu dalam istana kerajaan ku, Bu."
"Ya, aku percaya padamu. Semoga kau bisa melakukannya dan bukan hanya sebatas kata-kata belaka."
Setelah itu sambungan telpon pun terputus, Bima sangat bersyukur sebab ia telah gugup menjawab pertanyaan dari calon mertua.
.
.
.
Brakk,,,
Bersambung,
...----------------...
Jangan lupa seperti biasa jadikan favorit ya!!
Sekalian juga,
Like
Komentar sebanyak-banyaknya
Gift
Vote
Terima kasih banyak semuanya, sayang kalian semua,, 🥰😘😘🫶🫶
.
semangat terus Thor 💪🏻😆