S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20. RESMI BERCERAI
Setelah begitu banyak melalui gelombang ujian dan rintangan dalam hidup. Ternyata tetap menjadi waras itu adalah satu kesyukuran yang paling cukup bagiku.
Betapa tidak? Disaat orang lain masih berperang dengan pikirannya sendiri. Aku di sini masih Tuhan beri rasa sadar yang cukup bahwa hidup di dunia ini tidak selalu sejalan dengan ekspektasi.
Di saat orang lain masih mencari cara bagaimana untuk pulih. Aku di sini masih Tuhan beri rasa sabar dalam menghadapi badai luka itu walaupun selama prosesnya hatiku masih sangat perih.
Ternyata, menjadi waras itu memang perlu. Sebab, hanya dengan inilah aku selalu yakin bahwa pertolongan-Nya selalu ada.
"Kamu harus kuat, Elmira. Tunjukkan padanya bahwa kamu juga bisa bahagia tanpanya." Elmira tersenyum menatap pantulan tubuh yang terbalut gamis lengkap dengan kerudung berwarna senada, didepan cermin.
Satu bulan telah berlalu, setelah melewati beberapa tahap mediasi. Hari ini adalah hari putusan sidang perceraiannya dengan Ramon.
"Sudah siap?" Tanya bu Sri yang berdiri diambang pintu kamar.
"Siap Bu." Jawab Elmira, menatap bu Sri dari pantulan cermin.
Setelah memastikan penampilannya telah rapi, Elmira pun berbalik dari depan cermin kemudian bergegas keluar kamar.
"Yang kuat ya, yakin Tuhan pasti akan memberi ganti yang jauh lebih baik." Bu Sri menggenggam sebelah tangan Elmira sembari melangkah keluar rumah.
"Amiiin, Bu. Tapi aku belum kepikiran untuk itu." Ujar Elmira lalu tersenyum kecut.
'Dan mungkin tidak akan pernah memikirkannya.' Lanjutnya dalam hati.
Ia rasa dirinya tidak layak untuk siapapun. Mengingat alasan Ramon menikah lagi, membuatnya tidak ingin menjalin hubungan apapun lagi. Karena hasilnya tetap akan sama. Benar kata Ramon, tidak ada laki-laki yang mau menikahi wanita yang tidak bisa melahirkan calon penerus keluarga seperti dirinya.
"Jangan pesimis, Ibu yakin suatu hari nanti kamu akan menemukan kebahagiaan yang berlipat ganda dari sebelumnya."
Elmira hanya dapat mengaminkannya. Jikapun terkabul, mungkin hanya laki-laki yang senasib dengan dirinya yang bisa menerima kekurangannya.
Dua wanita berbeda generasi yang sudah bagaikan ibu dan anak itu, bergegas berangkat ke pengadilan agama menggunakan taksi yang sudah menunggu sejak beberapa menit lalu.
Tak membutuhkan waktu lama, taksi yang ditumpangi Elmira dan bu Sri telah terparkir didepan kantor pengadilan agama. Keduanya turun setelah membayar ongkos taksi.
Elmira menatap nanar bangunan didepannya, sekali ia melangkah masuk kedalam sana maka semuanya akan benar-benar berakhir.
Sebuah mobil yang singgah tak jauh dari tempat Elmira berdiri, membuat wanita itu segera meraih tangan bu Sri untuk segera masuk. Ia kenal betul mobil itu adalah milik Ramon, dan ia tidak ingin bertemu pria itu disini yang mungkin akan melontarkan kalimat penghinaan padanya. Biarlah mereka bertemu didalam ruang sidang dan mengakhiri semuanya didalam sana.
"Buru-buru sekali, Mira. Sepertinya kau sudah sangat tidak sabar untuk segera lepas dariku dan menikah dengan laki-laki tidak tahu diri itu!"
Elmira hanya dapat mengepalkan sebelah tangannya mendengar teriakkan Ramon. Sekarang, ia tidak akan meladeni apapun celotehan pria itu. Ia terus melangkah tanpa menoleh sedikitpun.
Hingga sampai didalam ruang sidang, Elmira menghela nafasnya yang memburu. Ramon sepertinya tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang meskipun telah resmi bercerai. Entah apa maunya pria itu? Ia tidak menyangka, Ramon yang selalu bertutur kata lembut nan romantis padanya, ternyata bisa dengan tanpa perasaan melontarkan kalimat penghinaan yang begitu menyakitkan.
"Sudah, tidak usah dipikirkan. Laki-laki seperti itu, biasanya akan cepat dapat karma. Ibu yakin, suatu saat nanti dia pasti akan menyesali semua ini. Dan ibu hanya berharap, apapun yang terjadi nanti kamu tidak akan goyah." Bu Sri menepuk pelan pundak Elmira untuk menenangkannya.
Elmira hanya dapat mengangguk sembari mengatur nafasnya. Sebisanya ia menenangkan diri dan menguatkan hati dari apa yang akan dihadapinya hari ini.
"Mas, aku pikir dia datang bersama pahlawannya, ternyata sendirian. Kasihan, laki-laki itu pasti sadar kalau Elmira tidak layak untuk siapapun." Cibir Bella yang baru saja masuk kedalam ruang sidang bersama Ramon. Wanita itu merangkul erat lengan Ramon untuk menunjukkan didepan Elmira bahwa pria itu hanya miliknya seorang.
"Siapa bilang El datang sendirian?" Suara yang berasal ambang pintu mengalihkan perhatian semua yang ada di ruangan itu. Ramon seketika tersenyum sinis melihat keberadaan Farzan. Sedang Elmira nampak terkejut, tidak menyangka jika bosnya itu datang ke sidang perceraiannya.
"El tidak sendirian, dia akan didampingi oleh keluarganya." Ujar Farzan yang kini telah berdiri tepat dihadapan Ramon.
Ramon tersenyum miring mendengarnya, "Keluarga katamu?" Kekehnya. "Apa setelah hakim mengetuk palu, kau akan langsung mengucap akad sehingga kau mengakui Mira keluargamu, huh?" Ujarnya tersenyum mengejek.
"Mas Ramon, cukup!" Elmira menengahi sembari menatap tajam pria yang sebentar lagi akan resmi menjadi mantan suaminya, kemudian berpindah menatap sang bos. "Pak, atas nama Mas Ramon aku meminta maaf. Tolong jangan dimasukkan ke hati apa yang dia ucapkan barusan."
"Jangan meminta maaf untuk orang yang tidak punya hati, El. Orang seperti dia sama sekali tidak layak mendapatkan perlakuan istimewa sekecil apapun!" Ujar Farzan menekankan kalimatnya.
"Kau!" Ramon langsung bergerak maju untuk memukul Farzan. Namun, gerakan tangannya tertahan di udara ketika para hakim memasuki ruang sidang. Dengan cepat iapun menurunkan tangannya kemudian menarik Bella untuk menjauhi orang-orang itu.
Semuanya pun mengambil tempat duduk masing-masing. Ramon dan Elmira duduk di kursi yang sudah tersedia khusus untuk selaku penggugat dan tergugat yang berada tepat didepan para majelis hakim.
"Hadirin sekalian, sidang hari ini dibuka," ucap hakim kemudian mengetuk palu sebanyak tiga kali sebagai tanda bahwa sidang resmi dibuka secara umum. "Kepada penggugat apakah benar Anda ingin bercerai?" Tanyanya.
Ramon: "Benar Pak Hakim, saya sudah yakin untuk menceraikan Istri saya."
Hakim: "Apakah saudara benar-benar telah yakin atas semua keputusan yang sudah diambil?"
Ramon: "Saya sudah sangat yakin, Pak!" Ujarnya mantap.
Hakim: "Apakah Anda tidak ada niat untuk rujuk kembali dengan pasangan Anda?"
Ramon: "Sama sekali tidak, Pak Hakim." Ia melirik Elmira dengan keyakinan bahwa wanita itulah yang nanti akan datang meminta rujuk padanya.
Setelah mengajukan pertanyaan pada Ramon selaku pihak penggugat, hakim pun berpindah memberi pertanyaan pada Elmira selaku pihak tergugat.
Hakim: "Kepada pihak Tergugat, apakah Anda setuju dengan keputusan pihak penggugat?"
Elmira: "Iya, Saya setuju Pak Hakim." Jawabnya tanpa keraguan sedikitpun. Sudah cukup selama satu bulan ini ia meresapi semuanya. Dan ia sudah benar-benar yakin untuk berpisah dari Ramon, karena menurutnya sudah tidak ada alasan lagi baginya untuk bertahan.
Para hakim pun memusyawarahkan pengajuan tergugat dan penggugat. Disamping itu, semua yang ada di ruangan itu hening menunggu hasil keputusan hakim. Meskipun kedua belah pihak sama-sama sepakat untuk berpisah, tapi tetap saja hakim yang bisa memutuskan.
Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara ketua hakim yang akan memutuskan hasil persidangan tersebut.
"Hadirin sekalian, kami sudah memutuskan bahwa hasil persidangan ini... Saudara Ramon dan Saudari Elmira, telah dinyatakan resmi bercerai."
.
.
.
SUDAH BAB 20 AJA 😊 DAG DIG DUG NUNGGUIN RETENSINYA KELUAR. SEMOGA NILAINYA MENCAPAI STANDAR YA PEMIRSA🤗🤗🤗🙈🙈🙈
dah sampe di penghujung saja...
terimakasih sudah menyajikan cerita yg baik, banyak pelajaran hidup dlm berumah tangga dan cinta yg sebenarnya....,Teruslah berkarya tetap semangat ...
💖💖💖💪💪💪