Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Hari Senin. Hari di mana segala aktivitas di mulai. Semua manusia mulai kembali sibuk dengan berbagai pekerjaan masing-masing. Jalanan yang macet dan hingar bingar perkotaan kembali terjadi.
Saat ini Aqilla masih berada di kamarnya bersiap hendak berangkat ke sekolah. Ia sedikit terburu buru karena bangun kesiangan. Ini akibat dirinya yang tidak bisa tidur memikirkan ayahnya semalam. Setelah di pastikan rapi dan tidak ada barang yang tertinggal, Aqilla pun segera keluar dari kamarnya.
"Aqilla berangkat dulu mah,"pamit Aqilla pada Miranti. Tumben sekali mamanya itu ada di rumah. Biasanya sebelum dia berangkat Miranti sudah lebih dulu pergi.
Aqilla menghampiri Miranti yang sedang sarapan bersama Adnan. sedangkan Alvaro sudah lebih dulu pergi karena ada jadwal piket. Niat Aqilla yang hendak menyalami tangan Miranti, di tepis begitu saja oleh wanita paruh baya itu.
"Kalau mau pergi ya pergi aja sana. Ingat jangan pernah kamu temui lelaki yang semalam datang kesini. Kalau kamu masih mau tinggal di rumah ini,"ancam Miranti.
Aqilla meneguk ludahnya kasar kemudian dengan cepat ia mengangguk. Adnan yang berada di meja seberang tersenyum penuh arti ke arah Aqilla.
"Iya mah. Ya udah aqilla pergi dulu, assalamualaikum," pamitnya sekali lagi kemudian beranjak pergi.
Aqilla menarik nafas dalam saat sudah berada di halte bus persimpangan jalan rumahnya. Dia terlambat, sudah tidak ada lagi bus yang mengarah ke sekolah nya. Mau naik angkot pun percuma karena akan lama sampainya.
Tapi sepertinya kali ini dia sedang beruntung. Sekitar tiga menit Aqilla menunggu, sebuah motor sport berhenti di depan nya. Menampilkan wajah Nathan saat membuka helm full face nya.
"Ayo naik. Pasti kamu telat kan, bareng aku aja biar gak kejebak macet," tawar Nathan.
"Kok kamu lewat sini kan beda arah sama rumah kamu?"tanya Aqilla heran.
"Sengaja. Tadinya sih iseng siapa tahu ketemu kamu eh beneran ketemu. Jodoh dong berarti kita,"gurau Nathan di iringi kekehan kecil nya.
"Ngaco deh kamu. Setiap hari kita juga ketemu di sekolah,"
"Iya juga sih. udah ayok, kalau ngobrol terus kapan berangkatnya. Entar kita sampai sekolah udah jam istirahat lagi," ucap Nathan.
Aqilla sedikit menimbang-nimbang ajakan Nathan. Ia melihat sekeliling memastikan jika Adnan atau Miranti tidak melihatnya. Di rasa aman, dia pun bersiap untuk naik ke motor Nathan.
"Pegangan yaa. Aku ngebut nih biar cepat sampai," ucap Nathan mulai menghidupkan mesin motornya.
"Iyaa, tapi jangan ngebut banget lah aku takut. Aku masih mau hidup Nathan,"balas Aqilla.
Grepp
Nathan mengambil tangan Aqilla dan melingkarkannya di pinggang miliknya. Aqilla tersentak kaget, namun ia berusaha untuk biasa saja. Bibir ranumnya sedikit tertarik ke atas membentuk senyuman kecil. Aqilla malu. Kini posisinya seperti sedang memeluk Nathan dari belakang.
Sekali lagi Aqilla memandang sekeliling memastikan tidak ada yang melihatnya. Nathan pun menarik gas dan mulai membelah jalanan Jakarta yang sangat padat di pagi hari. Dengan lihai ia meliukkan motor nya menerobos antrean kendaraan lewat jalan yang sempit.
Hanya 10 menit dan kini mereka berdua tiba di sekolah tepat sebelum gerbang di tutup seluruhnya. Aqilla sudah turun,tinggal menunggu Nathan yang sedang memarkirkan motornya di parkiran sekolah.
"Tepat waktu kan kita, siapa dulu dong yang bawa motornya. Pembalap handal nih, bisa membawa nona Aqilla sampai ke sekolah tepat waktu dan selamat," ucap Nathan menepuk dadanya bangga.
"Apa sih kamu ini. Gak tau aja nih yaa jantung aku mau copot tau gak gara-gara kamu. Tapi makasih ya Nathan kalau gak ada kamu udah terlambat aku," jawab Aqilla tertawa di akhir kalimatnya.
"iya sama-sama buat kamu apa sih yang ngggak.Udah ah yuk. sebentar lagi upacara bendera nya di mulai. Entar kita kena hukum lagi," ajak Nathan.
Acara upacara pun dimulai. Para petugas upacara bersiap melaksanakan tugas masing-masing.Di tengah panas pagi yang menyengat, seluruh penghuni SMA Pelita Harapan berbaris dengan hikmat menyimak upacara yang berlangsung.
Saat pemberian amanat dari pembina upacara, Aqilla yang berdiri di barisan tengah merasakan pusing yang hebat di kepalanya. Matanya mulai berkunang, pandangan nya perlahan mengabur. Sekuat mungkin dia tahan agar tak tumbang. Pandangan nya semakin menggelap dan dia tak tau apa yang terjadi setelah itu.
Nathan yang berdiri dua langkah di belakang nya, bergerak cepat membopong tubuh Aqilla ke ruang UKS. Tak peduli dengan beberapa guru dan murid lain yang memperhatikan nya. Yang terpenting adalah Aqilla. Bagaimana dia bisa pingsan, selama ini yang Nathan tau gadis itu sangat kuat.
" Cepat baringkan dia di sini. Saya akan cek dulu, kamu boleh keluar sebentar," titah seorang dokter wanita khusus dari pihak sekolah.
" Tapi dok, teman saya gak papa kan. Saya takut dia kenapa-napa. Biar saya bawa dia ke rumah sakit saja ya dok," ujar Nathan khawatir.
"Gak perlu di bawa ke rumah sakit kalau memang tidak parah. Kamu lebih baik tenang dan tunggu di luar biar saya saja yang menangani dia," ucap sang dokter meyakinkan.
Nathan menurut untuk menunggu di luar UKS. Dirinya berjalan bolak-balik tak tenang. Takut akan keadaan Aqilla di dalam sana. Ia benar-benar khawatir karena baru pertama kalinya Aqilla pingsan dan wajahnya terlihat sangat pucat.
Selang beberapa menit, wanita dengan seragam serba putih itu pun keluar. Ia tersenyum hangat ke arah Nathan.
" Teman kamu gak papa, dia cuma kecapean aja. Di tambah perutnya kosong jadi lemas dan pingsan. Lebih baik kamu pergi ke kantin belikan dia makanan untuk mengganjal perutnya. Dia juga sudah sadar, nanti kamu bisa temui dia ya," ucap dokter itu lembut.
"Baik dok, saya ke kantin dulu. Terima kasih," ujar Nathan. Raut wajahnya tak seperti tadi lagi. dia sudah sedikit lega mendengar penuturan dokter muda itu.
Setelah membeli beberapa roti dan susu kotak, Nathan kembali ke ruang UKS tempat di mana Aqilla berada. Dia berjalan pelan menghampiri Aqilla yang sedang berbaring di ranjang UKS.
"Makasih yaa Nathan, lagi-lagi aku buat kamu repot. Maaf ya," ucap Aqilla dengan suara serak.
"Kamu ini ngomong apa. Aku sayang sama kamu,aku teman kamu. Gak ada yang namanya kamu ngerepotin aku. Tapi aku khawatir liat kamu tadi, takut kamu kenapa-kenapa," ujar Nathan menatap tulus wajah teduh Aqilla.
"Nah, sekarang kamu makan ya. ini aku beli roti sama susu kesukaan kamu. Pasti kamu gak sempat sarapan tadi kan makanya sampai pingsan," lanjutnya lagi.
"Iya tadi aku bangun kesiangan jadi gak sempet sarapan," balas Aqilla.
Nathan pun membantu Aqilla untuk duduk dan menyuapinya dengan telaten. Aqilla sangat bersyukur sekali bisa kenal dengan Nathan. Biarpun dia tak pernah dapat perhatian dari Miranti. Tapi Nathan bisa membuat dirinya merasa berharga dengan perhatian kecil yang di berikan nya.
"Hey, kenapa liatin aku kayak gitu. Entar kamu suka loh sama aku. Tau sih aku kan ganteng ya kan, jadi wajar kalau kamu kepincut," goda Nathan yang langsung di balas cubitan di pinggang nya.
"Auww sakit Aqilla, kok di cubit sih,"
"habisnya kamu tuh kepedean baru di liatin aja pede nya selangit. Aku tuh salut aja sama kamu bisa betah temenan sama aku. Yang lain aja pada gak mau temenan sama aku. Mama juga sering bilang kalo aku tuh nyusahin,bang Adnan juga bilang kalau aku itu beban," ucap Aqilla. Ada sorot kesedihan di mata indahnya.
"Udah dong jangan sedih gitu. Aku mau jadi teman kamu karena kamu memang baik. kamu bukan beban dan kamu gak nyusahin. Tapi bagi aku kamu itu hebat dan spesial. Jadi jangan putus asa dan merasa kalau kamu gak berharga," ucap Nathan menoel hidung mancung Aqilla.
Nathan ini bisa aja buat suasana hati Aqilla kembali menghangat. Dia lelaki yang unik yang pernah aqilla temui. sifatnya bisa berubah-ubah. kadang tingkahnya konyol dan ngeselin tapi itu yang buat Aqilla ketawa. Tapi kadang juga dia bisa bersikap dewasa layaknya seorang Abang bagi Aqilla. Dan kalau ada yang berani mancing amarahnya apalagi itu menyangkut Aqilla. Maka dia bisa berubah menjadi orang yang sangat tempramental dan emosional.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.