Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
' puffttt....'
Salsa menahan tawanya. Dia melihat Bianka si perempuan kudisan itu kesal. Tampang cemberut itu sangat lucu bagi Salsa.
" Untunglah kalau tidak ada perang. Setidaknya kerja ku bisa tenang."
Melihat situasi yang kondusif. Salsa kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya.
" Mas, wanita tadi siapa?"
Lasya bertanya dengan pelan. Dia tidak mau terburu-buru. Menunggu Andrian selesai makan.
" Kenapa."
Andrian membalas dengan dingin. Dia dengan tenang mengusap bibirnya.
" Nggak kenapa-napa sih mas. Aku cuma tanya."
Selesai makan. Andrian kembali menuju kursi kerjanya. Dia duduk di sana dan kembali membaca dokumen yang ada di meja.
Melihat ini, Lasya sempat bingung mau apa lagi. Dia menata bekal makanan ini lalu berdiri.
" Kamu sangat sibuk ya mas."
Andrian diam saja, dia sepertinya tidak mau menjawab apa yang di tanyakan Lasya.
" Mas, apa aku boleh melihat-lihat ruangan mu?"
Andrian lagi-lagi tidak menjawab. Lasya mengangguk pelan, diamnya Andrian dia anggap sebagai persetujuan.
Lasya berjalan ke sisi kiri. Melihat-lihat rak-rak buku yang ada. Terlihat di sini banyak buku-buku bisnis dan ekonomi. Bisa di lihat, dari banyaknya buku ini Andrian memang sangat menyukai dunia bisnis.
Lasya terus melanjutkan langkahnya. Dia sedikit membungkuk. Melihat rak bawah.
Tangan Lasya berhenti. Ketika dimana dia melihat sebuah foto yang tergeletak tanpa bingkai.
Sesaat Lasya ragu ingin melihat. Dia menoleh dan menatap Andrian.
Dia bingung. Dia ingin tahu, tapi takut kalau Andrian nanti marah.
Dia menggigit bibir bawahnya. Memikirkan ulang dengan begitu serius.
" Tidak apa-apa kan? Lagian aku hanya melihat saja."
Gumamnya di dalam hati. Dia memberanikan diri. Menarik sebuah foto ini, dan.......
Ke dua alisnya saling bertaut.
" Ini bukannya wanita tadi?" Sesaat Lasya mencoba melihat wajah wanita yang berada dalam foto bersama Andrian. Ya, ini benar. Ini adalah Bianka.
" Apa sebenarnya hubungan mereka? Mas Andrian terlihat begitu dekat dengannya."
Lasya bertanya dalam hatinya.
" Sebaiknya aku tanya mas Andrian nggak ya?"
Lasya terdiam, menunduk dan berpikir.
Dia menggeleng, mengembalikan foto ini kembali ke tempatnya.
" Mas. Kamu sibuk banget ya?"
" Mas... "
Lasya memanggil lagi.
Andrian mendengus kasar. Dia bersandar dan menutup map di depannya ini dengan keras.
" Kalau kamu hanya mau berisik. Lebih baik kamu pulang. Aku di sini kerja! Aku butuh konsentrasi tinggi. Lebih baik kamu pulang. Kamu kesini tadi mau mengantarkan sarapan kan! Aku sudah makan, jadi lebih baik kamu pulang."
Lagi-lagi Andrian mengusirnya. Ini sangat berbeda dengan yang dia pikirkan. Lasya pikir, Andrian akan terkejut dengan kedatangannya. Menyambutnya dengan senyuman hangat dan memperkenalakan kepada teman-temannya.
Tapi itu semua hanya hayalan, sekali lagi hanya hayalan. Lasya menyadari Andrian masih membutuhkan waktu untuk menerimanya.
" Ya sudah kalau begitu aku pulang ya. Kamu jangan sampai telat makan."
Lasya berjalan mendekat ke sebalah Andrian. Dia mengulurkan tangannya. Yang mana hal ini membuat Andrian menatapnya dengan raut bertanya-tanya.
" Salim mas. Aku mau cium tangan kamu. Sebagai istri, aku harus mencium tangan suami kalau mau berpisah."
Mendengar ini. Walau dengan sungkan Andrian menyodorkan tangannya. Dia memalingkan wajah ketika Lasya benar-benar mencium tangannya.
" Aku pulang dulu ya."
Lasya pamitan. Dia pergi dari sana dengan menunjukkan senyuman yang mengembang.
" Nyonya..."
Salsa bergegas berdiri ketika melihat Lasya keluar.
" Iya mbak, ada apa?"
" Maaf anda mau kemana? Kalau ada perlu apa-apa anda bisa panggil saya saja."
Salsa sudah mendekat, berdiri di dekat Lasya dengan jarak kurang lebih dua langkah.
" Aku mau pulang. Mas Andrian sudah selesai makan."
" Kenapa anda tidak di sini saja? Tuan pasti senang kalau anda menemaninya."
Ya, Salsa berharap Lasya yang lebih baik menemani Andrian. Daripada wanita kudisan yang sukanya cuma merintah.
" Tidak. Mas Andrian sangat sibuk. Aku juga bosan kalau di suruh diam. Makanya aku pulang saja."
Salsa mengangguk paham.
" Ya sudah aku pulang dulu ya." Lasya berpamitan. " Oh ya, tolong kalau ada apa-apa kamu kabari aku ya."
Lasya mengeluarkan ponselnya. Menunjukkan nomornya ke Salsa.
Salsa yang paham ijin. " Sebentar, saya ambil hp dulu ya." Ucapnya dengan menyengir kuda.
ia berlari kecil ke mejanya. Lalu kembali dengan cepat ke dekat Lasya.
Mereka sekarang sudah saling bertukar nomor.
" Ya sudah aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa jangan lupa kabari aku."
" Baik nyonya."
Lasya pergi dari sana. Dia terus berjalan hingga dia sudah benar-benar keluar dari kantor Andrian.
•
Perjalanan usai.
Lasya sudah sampai di rumah. Dia keluar dari mobil dan melangkah masuk.
Tanpa dia sadari, kalau dia di ikuti oleh mobil lain.
mobil itu berhenti tepat di depan rumah Lasya.
" Jadi ini rumah Andrian. Rumahnya sangat bagus. Kenapa Andrian tidak pernah bilang kalau dia tinggal pisah dengan ke dua orang tuanya. Kalau tahu dia punya rumah sendiri... aku kan jadi gampang."
Bianka menyeringai. Entah rencana apa yang sebenarnya dia susun. Sesaat dia kembali menoleh menatap rumah ini lagi. Sebelum akhirnya dia benar-benar pergi dari sana.
Lasya menghela napasnya. Sudah 2 jam lamanya dia bersih-bersih. Dia lelah, tapi dia sadar ini sudah menjadi tanggung jawabnya.
Rasa gerah yang melandanya membuatnya terpaksa duduk selonjoran di lantai. Padahal rumah ini ber-AC. Tapi entah kenapa rasanya tidak dingin.
" Gerah sekali. Apa karena aku yang dari tadi bersih-bersih."
Lasya mengipas-ngipasi badannya dengan tangannya.
Pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menjemur baju dan menyetrika.
Tinggal, tapi jika itu di lakukan tetap saja melelahkan.
Putaran demi putaran jam telah berjalan dengan begitu cepat.
Tak terasa hari sudah berganti sore. Tapi Lasya, dia yang kelelahan masih tertidur dengan nyenyak di atas.
TOK...
TOK...
" Nyonya..."
TOK..
TOK..
Lasya mengerjap ketika suara ketukan pintu ia dengar. Dengan tubuh yang masih malas, dia mencoba bangun.
" Iya sebentar."
Dia turun dari ranjang. Berjalan gontai menuju pintu.
" Iya ada apa?"
" Nyonya, anda tidak bangun. Sekarang sudah jam 5."
Mata Lasya seketika terbuka lebar. Dia menoleh cepat menatap sang jam dinding.
Mulutnya ternganga. Dia menggusar rambutnya ke belakang dengan cemas.
" Astaga, terima kasih sudah membangunkan ku. Aku cuci muka dulu terus masak. Sekali lagi terima kasih ya."
Tanpa menunggu jawaban Lasya menutup pintu. Dia berlari kecil menuju kamar mandi. Mencuci wajahnya, mencepol rambutnya lalu kembali berlari keluar.
Jurus seribu bayangan seketika dia keluarkan. Tangannya dengan cekatan mengiris bahan makanan. Dia harus cepat! Karena biasanya Jam 7 Andrian pulang.
Aroma masakan menguar ketika bumbu ini masuk ke dalam minya panas. Lasya terlihat ahli menggerakkan alat penggorengnya. Dia memasukkan sayur ke dalam nya. Menuangkan air sedikit lalu menutupnya.
Masakan ini dia tinggal. Dia beralih ke ikan gurame yang dia bakar.
Jam 7 malam.
Lasya sudah berdandan rapi dan wangi. Siap menyambut kepulangan Andrian.
Senyum Lasya semakin mengembang ketika suara mobil terdengar masuk ke dalam halaman. Dia dengan cepat berdiri, berjalan ke sisi depan menyambut sang pangeran.
Pintu terbuka...
" Mas...."
Senyuman Lasya lambat laun luntur. Dia menatap wanita yang bernama Bianka yang tidak tahu kenapa bisa ikut bersama suaminya. Terlihat Bianka dengan bangga menggandeng tangan Andrian, tangan suami Lasya.
Lasya menatap bingung dua orang ini. Dia mencoba berpikir alasan Andrian membawa wanita lain ke rumah.