Selama ini tidak pernah Julia mempunyai prasangka buruk pada keluarga Tantenya, walaupun selama ini Julia tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh keluarga Tantenya itu.
Gadis berusia dua puluh dua tahun yang belum pernah sekalipun dekat dengan seorang pria itu, di jual oleh Tantenya untuk melunasi hutangnya pada rentenir.
Julia yang malang, hanya bisa pasrah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 31.
Lucas dengan nanar memandang ke arah setiap pejalan kaki di depan gedung kantornya.
Sosok Julia dan Harry tidak terlihat.
Lucas dengan langkah cepat terus mencari dengan mata tajam melihat setiap wanita bersama anak kecil.
Memikirkan kedatangan Julia tadi tidak di sukai oleh pegawainya sendiri, membuat amarah Lucas semakin bertambah.
Mulai besok dia akan mengganti karyawan yang duduk di bagian meja resepsionis, menjadi karyawan lelaki saja, agar tidak terlalu gegabah menangani tamu wanita.
Dia akan mendisiplin para karyawannya setelah peristiwa ini, agar kelak tidak melakukan kesalahan yang membuat dia akan memecat mereka lagi.
Akhirnya Lucas melihat Julia bersama putranya Harry, tengah berjalan pelan-pelan sambil melihat sekitar mereka.
Sepertinya Julia membawa Harry jalan untuk menjawab keingin tahuan anak kecil itu akan lingkungan sekitarnya.
Terlihat bagaimana Harry menunjuk dengan jari telunjuknya ke satu objek, dan Julia menjawabnya dengan tenang sembari menggenggam tangan putranya itu sambil berjalan dengan perlahan.
Lucas merasa lega karena Julia ternyata membawa putra mereka berjalan-jalan untuk cuci mata.
Dengan langkah pelan, Lucas mengikuti mereka dari belakang.
Melihat bagaimana Harry bertanya pada Julia sambil menunjuk lampu lalu lintas yang berwarna merah.
Julia menjawabnya dengan jelas dan membuat Harry merasa puas mendengar jawaban Ibunya tersebut.
"Ma, itu ada es krim, aku mau makan es krim!" sahut Harry tiba-tiba melihat toko penjual es krim.
"Kita makan siang dulu, baru makan es krim ya!" ujar Julia mengelus kepala Harry dengan sayang.
"Iya Ma, aku mau makan es krim yang besar!"
"Baiklah, Ayo kita cari tempat makan siang!" kata Julia sembari melihat ke jalan, sepertinya dia ingin memanggil taksi.
Melihat itu, Lucas dengan cepat berjalan mendekati istri dan putranya tersebut.
"Nak!" panggil Lucas.
Julia dan Harry sontak menoleh melihat ke arah Lucas, dan mereka berdua tampak kaget melihat Lucas datang menghampiri mereka.
"Kenapa Papa ada di sini?" tanya Harry heran melihat Ayahnya tersebut.
"Aku mengejar kalian!" jawab Lucas sembari tersenyum.
"Kenapa mengejar kami? bukankah Papa lagi kerja tidak bisa di ganggu?" tanya Harry dengan polosnya.
Tidak bisa di ganggu? jadi itu yang di katakan kedua resepsionis itu? pikir Lucas penuh rasa kesal.
Dadanya benar-benar penuh dengan rasa kesal yang menggunung, keluarganya lah sekarang prioritas utamanya.
Siapa yang begitu lancang mengatakan kepada istri dan anaknya, kalau dia tidak bisa diganggu? akan dia buat menderita seumur hidupnya.
"Tidak nak, Papa dari tadi sudah menunggu makan siang Papa, sampai perut Papa berbunyi menunggu lama sekali masakan Mama belum datang juga!" ujar Lucas berdiri mendekat pada Julia dan Harry.
Karena jarak mereka yang begitu dekat, Julia dapat melihat wajah Lucas dengan jelas, dan melihat di pelipis Lucas berkeringat.
Sepertinya pria itu berlari atau berjalan tergesa-gesa mencari mereka.
"Bukankah Mama sudah menitipkan bekal Papa sama tante cantik di kantor Papa tadi?" ujar Harry dengan polosnya.
Lucas menatap pada Julia, yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan heran.
"Maafkan aku Julia, karyawan ku sudah keterlaluan pada kalian, aku sudah memecat mereka!" kata Lucas dengan lembut menatap mata Julia dengan lekat.
Harry memandang Ayahnya dengan lekat, lalu menarik tangan Lucas agar melihat kepadanya.
Lucas menunduk melihat Harry, sepertinya putranya itu ingin bicara lagi.
"Kalau Papa memang sudah lapar, Ayo kita makan bersama di kantor Papa, Mama sudah membuat makan siang yang banyak untuk kita bertiga!" sahut Harry dengan nada gembira, dia akhirnya bisa makan siang di kantor Ayahnya.
"Eng...itu!" Lucas merasa bersalah sekali dengan kejadian yang di alami Julia dan Harry.
Dia tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Harry, karena bekal itu sudah di buang karyawan nya ke dalam tong sampah.
"Bagaimana kalau kita makan di luar saja?" ujar Lucas dengan nada ceria agar putranya itu tidak menyinggung tentang makan siang yang di buat Julia.
"Aku sudah membuat makan siang yang begitu banyak, buat apa makan siang di luar lagi?" tanya Julia tidak senang.
Lucas jadi kalang kabut begitu Julia menyinggung soal bekal yang di bawanya.
"Aku memberikannya pada Edward, dia makan bekal yang kamu buat bersama karyawan yang lain, maaf sayang!" ujar Lucas dengan nada lemah, merasa sangat bersalah sekali.
Wajahnya dia buat seperti orang yang memohon pada Julia agar tidak marah, karena bekalnya di berikan pada orang lain.
Lucas terpaksa berbohong, agar Julia tidak sakit hati, dan menjauhinya kalau tahu makan siang yang di bawanya sudah di buang pegawainya yang sungguh lancang berbuat tidak sopan kepada Julia.
Tampak Julia berpikir mencerna perkataan Lucas tersebut, dan kening Julia berkerut menatap mata Lucas dengan tajam.
Sepertinya Julia mencurigai sesuatu.
Bersambung.....
cerita ini bagus bangt...