Kehidupan Elizah baik-baik saja sampai dia dipertemukan dengan sosok pria bernama Natta. Sebagai seorang gadis lajang pada umumnya Elizah mengidam-idamkan pernikahan mewah megah dan dihadiri banyak orang, tapi takdir berkata lain. Dia harus menikah dengan laki-laki yang tak dia sukai, bahkan hanya pernikahan siri dan juga Elizah harus menerima kenyataan ketika keluarganya membuangnya begitu saja. Menjalani pernikahan atas dasar cinta pun banyak rintangannya apalagi pernikahan tanpa disadari rasa cinta, apakah Elizah akan sanggup bertahan dengan pria yang tak dia suka? sementara di hatinya selama ini sudah terukir nama pria lain yang bahkan sudah berjanji untuk melamarnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melaheyko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKAN BERSAMA
🍃🍃🍃🍃
Sementara di desa, Mirza yang pernah terpuruk karena kejadian yang menimpa Elizah. Kini, kehidupannya seolah pulih kembali. Menjalani aktivitas dan menghadiri berbagai acara, hanya saja masih ada orang yang selalu menyinggung tentang Elizah. Mereka juga berani bertanya dimana Elizah dan Natta saat ini, Mirza cenderung menghindari ketimbang meladeni.
Sementara Husna, ia terus diliputi perasaan bersalah. Dia juga sempat menanyakan bagaimana keadaan Elizah dengan pria asing itu kepada Susan. Susan tidak memberikan jawaban yang pasti padanya. Husna sangat ingin bertemu Elizah, dia ingin meminta maaf.
Husna saat ini sedang berjalan sendirian, dia juga sempat berhenti sejenak di seberang rumah kayu tempat tinggal Natta.
Tiba-tiba sebuah tangan menariknya kasar, Husna meringis ketakutan.
“Diam kamu, Husna!” Ancam Faruq, iya dia Faruq yang terus berusaha mengganggu Husna.
“Kamu mau apalagi? Kamu belum cukup membuat hidupku tak tenang. Kamu juga membuat hidup Elizah berantakan!” Hardikannya membuat Faruq hampir saja kebablasan mendampratnya. Husna menciut takut.
“Enak saja kamu menyalahkanku. Itu rencanamu, Husna. Aku hanya mengikuti rencana busukmu!” tegas Faruq dan Husna menatapnya dengan mata berair, “aku bisa memberitahu keluarga Elizah bahwa kamu yang membuat Elizah datang ke hutan malam itu.”
Husna menggeleng kepala lalu menangis terisak.
“Kamu tidak akan dibiarkan begitu saja kalau keluarga Elizah tahu,” tegasnya menakut-nakuti..
“Sialan kamu, Faruq!” tegasnya memaki dan Faruq menyeringai licik. Apa yang dia ketahui bisa dia jadikan untuk memeras Husna, Husna juga takut kepada Ali. Faruq juga mengancam akan memberitahu Ali, Husna meraung keras meminta dilepaskan dan dia bersedia untuk menuruti semua permintaan Faruq.
🍃🍃🍃🍃
Elizah bekerja dengan tekun, Rafan selalu mengamatinya. Rafa juga mulai sadar jika Adit menyukai Elizah. Dia selalu saja mengambil kesempatan untuk berada dekat dengan Elizah.
“Elizah, malam ini aku, Sofi, dan Suri mau ke bioskop. Kamu ikut ya?” Adit bersemangat seperti biasanya.
“Nanti aku bilang dulu sama mas Natta,” katanya dan Adit cemberut..
“Kenapa harus minta izin sama kakakmu terus, sih!” kesal Adit, kebetulan Rafan ada di sana mendengar percakapan mereka.
Rafan melongo mendengar penuturan Adit.
“Aku nggak bisa ke mana-mana tanpa izin darinya,” ujar Elizah dan Adit tersenyum.
“Iya aku tahu, kamu memang adik yang sangat baik. Jelas sekali betapa mas Natta menjaga kamu begitu berlebihan.”
Elizah tersenyum kikuk, menyadari bahwa Rafan mendengarkan percakapan mereka. Elizah pergi dan Rafan menggaruk kepala.
“Dia bilang Elizah istrinya, kenapa Elizah mengakuinya sebagai saudara. Ini gimana sih?” kesal Rafan kemudian beranjak pergi.
Di bengkel, Natta sedang melihat seorang teknisi sedang melakukan service pada sebuah mobil mewah berwarna putih. Natta tidak mau ada kesalahan, dia memindai langsung.
Natta menoleh dan melihat sahabatnya datang, ialah Rafan.Natta tersenyum dan senyumannya redup ketika sahabatnya itu terlihat begitu jengkel.
“Parah, Parah!”
“Kenapa?” tanya Natta.
Natta diam ketika bahunya dirangkul, sepertinya sahabatnya itu mau membicarakan sesuatu yang tidak boleh didengar orang lain. Natta pun membawanya ke bilik kerjanya.
“Natt, kamu bilang Elizah istri kamu tapi kenapa Elizah mengatakan kepada orang lain kalau kamu ini kakaknya?” tegasnya dan Natta tersenyum.
“Dia kurang ajar, bukan? Mengakui suami sebagai saudara, apa itu karena dia ingin dekat dengan laki-laki lain di luar sana?” tudingnya dan Natta mendengus, Rafan berlebihan menilai istrinya.
“Bukan begitu, Raf. Pernikahan kami memang sama sekali tidak dia inginkan, sulit baginya untuk menerimaku.” Natta duduk dan Rafan menggebrak meja.
“Ya nggak bisa begitu, Natt. Kalian dijodohkan?”
Natta menggeleng membantah.
“Lah, terus?”
Natta diam, bingung harus menceritakan kejadian panjang dan rumit itu bagaimana.
“Aku dengannya menikah siri,” kata Natta dan roman muka sahabatnya berubah..
“Kenapa harus siri? Kalian sama-sama lajang, kan? Gimana, sih?”
Natta mengangkat bahu, “akan aku ceritakan nanti kalau ada waktu.”
Rafan mendesah, tapi Rafan melihat perubahan pada diri Natta setelah sahabatnya itu menikah. Natta terlihat lebih terawat, dan menjaga penampilannya.
🍃🍃🍃🍃
Natta merebahkan tubuhnya, Elizah juga terlihat sangat lelah. Mereka baru pulang, dan Natta menyalakan televisi. Breaking news, menyiarkan tentang sosok pengusaha kaya raya yang harus dirawat beberapa hari lalu kini kondisinya sudah membaik. Elizah menoleh, melihat berita yang sedang ditonton suaminya. Ketika Elizah mendekat, Natta mematikan televisi, Elizah melihat perubahan ekspresi yang signifikan setelah Natta melihat berita itu.
“Aku mau pesan makanan,” serunya dan pria itu sudah masuk ke kamar tapi pintunya terbuka..
“Hmmm.” Hanya itu yang Elizah dengar, Elizah mendesis dan hanya menganggap suaminya hanya lelah saja.
Setelah makanan datang, mereka makan malam di balkon. Meja kecil menjadi pembatas antara mereka. Mereka baru memulainya dan ketukan pintu terdengar.
“Mengganggu saja,” gerutu Natta.
“Biar aku yang lihat,” kata Elizah dan berdiri pergi. Natta kembali menyuap makanannya. Sesaat kemudian dia hampir tersedak melihat Suri muncul di hadapannya sambil cengar-cengir..
“Ngapain?” sengor Natta.
“Aku mau makan malam di sini. Ada Sofi juga, kok!” Suri melirik Sofi dan Natta mendelikan mata. Natta melihat Elizah masuk ke dapur, ia pun lekas menyusul.
“Eli, kamu mengundang gadis-gadis gila itu?”
Elizah melotot, dia pukul pelan lengan suaminya itu.
“Mereka temanku, jangan seperti itu.”
Elizah mendelik.
“Aku tidak suka banyak orang di rumah,” keluhnya dan Elizah mendekat.
“Mas, apa salahnya mereka berkunjung? Hanya sekali ini,” katanya pelan, takut Suri dan Sofi mendengar.
“Benar, ya, hanya sekali ini saja.”
Elizah mengangguk dan Natta meninggalkannya.
Semangat
Tulisanmu sdh semakin terasah
Mirza emang ya keras kepala takut banget turun martabat nya