"No way! Ngga akan pernah. Gue ngga sudi punya keturunan dari wanita rendahan seperti Dia. Kalau Dia sampai hamil nanti, Gue sendiri yang akan nyingkirin bayi sialan itu dengan tangan gue sendiri. Lagipula perempuan itu pernah hamil dengan cara licik! Untungnya nyokap gue dan Alexa berhasil bikin Wanita sialan itu keguguran!"
Kalimat kejam keluar dengan lincah dari bibir Axel, membawa pedang yang menusuk hati Azizah.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu mengejutkan Axel dan kawan-kawannya yang tengah serius berbincang.
Azizah melangkah mundur, bersembunyi dibalik pembatas dinding dengan tubuh bergetar.
Jadi selama ini, pernikahan yang dia agung-agungkan itu hanyalah kepalsuan??
Hari itu, Azizah membuat keputusan besar dalam hidupnya, meninggalkan Suaminya, meninggalkan neraka berbalut pernikahan bersama dengan bayi yang baru tumbuh di dalam rahimnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semoga Kamu Sudah Bahagia Mas
"Kamu ndak apa-apa Zizah?"
Tanya Bibi Ani yang melihat wajah Azizah yang pucat.
"Nggak apa-apa Bi, Azizah butuh istirahat aja"
"Ya sudah, masuk kamar, tidur. Kalo masih sakit nggak usah masuk kerja"
"Iya Bi, hari ini Zizah libur kok, masuk besok shift siang"
"Oh, Ya sudah, tidur... Kalo udah waktunya makan malam Bibi panggil"
"Nggak apa-apa Bi, nanti Azizah bangun bantuin Bibi masak"
"Jangan, Istirahat aja, kasian sama utun. Mungkin dia capek, Ibunya nonstop nyari duit hehehe"
Ucapan Bibi Ani membuat Azizah terkekeh, namun Ia menuruti permintaan Bibinya untuk tidur. Ia memang butuh istirahat lebih banyak.
Azizah baru saja kembali dari rumah Abimana,. mengajar Tasya mengaji. Namun sepulangnya dari sana perutnya tidak nyaman.
Akhir-akhir ini calon bayinya sedikit rewel. Padahal saat ke Surabaya saja yang memakan waktu perjalanan cukup lama, Ia sama sekali tidak merasa mual.
Tapi sekarang...
Apa bayinya bisa merasakan bahwa ayahnya tidak menginginkannya?
"Mas Axel pasti sudah bahagia bersama Kekasihnya, Mba Alexa"
Setiap mengingat mantan suaminya itu hati Azizah sangat sakit. Meskipun dalam hatinya yang paling dalam, Axel masih menempati ruang paling istimewa. Dan sepertinya menjadi penghuni tetap disana.
Bagaimanapun caranya Ia melupakan Pria itu tapi bayangannya selalu muncul.
"Adek... Jangan rewel yah... Ayah kamu sudah bahagia, Kita juga harus bahagia. Kamu jangan buat Ibu sedih ya nak, Jangan buat Ibu inget Ayah terus"
Azizah mengelus perutnya yang masih rata tapi terasa sudah berbeda. Belum merasakan denyutnya, Tapi Batinnya selalu tenang saat mengelus lembut perutnya itu.
Tak lama setelah itu, Azizah sudah terlelap. Tubuh memang tidak bisa di bohongi, jika sudah sangat lelah maka istirahat yang cukuplah obatnya.
Keesokan paginya...
"Assalamualaikum!!!"
Terdengar eseorang mengucapkan salam dari depan pintu rumah Bibi Ani. Nayla.
"Waalaikumsalam!"
Bibi Ani yang tengah sarapan menghampiri pintu, Sementara Azizah sedang di dapur membuat susu ibu hamil.
"Lho, Nayla... "
"Assalamualaikum Bibi Ani yang semlehoy!!"
Ucap Nayla dengan memperagakan gaya yang lucu. membuat Bibi Ani tertawa.
"Hiissh bocah Iki. mbok Yo jangan ngledekin orang tua begitu"
Bibi Ani mengeluh. Pura-pura kesal.
"Hehehe, ya maap. Jawab dulu dong salamnya"
"Waalaikumsalam Nayla yang cantik dan imut"
Bibi Ani menirukan gaya Nayla tadi membuat Azizah yang baru datang dari dapur ikut tertawa.
"Mba Zizah!!"
"Hai Nayla...."
"Ya sudah Ayo masuk"
Ajak Bibi Ani kemudian. Nayla mengucapkan terima kasih dan berjalan masuk, di ikuti oleh Bibi Aninyang mengekor di belakangnya setelah menutup pintu.
"Tumben Nay, pagi-pagi udah bangun, biasanya bangun siang kalo masuk shift 2"
"Hehe, iya nih Aku ada bisnis penting sama mba Zizah"
"Heh?? Bisnis? bisnis apa?"
"Hehe, pokoknya mba Azizah nggak usah khawatir, ini halal dan gampang?"
"MLM?"
Tanya Azizah penasaran.
"Bukaaan, Nih..."
Nayla membuka sebuah kotak yang di dalamnya ada beberapa foto kue.
"Jadi... Tantenya Nayla punya toko kue, udah banyak langganannya, terus Aku bilang sama Tante kalo Aku punya temen yang pinter bikin kue dan enak banget, yaitu mba Azizah"
"Oh ya? Terus gimana?"
"Nah,Tante Aku mau nyobain dulu sample kue kering sama kue basah nya, kalo OK nanti Tante Bakan jadi pelanggan tetap buat stok di tokonya itu"
"Serius Nay?"
"Serius lah, lumayan mba nanti kalo mba Azizah cuti hamil dan melahirkan bisa buat pemasukan kan..."
"Ya Allah, Kamu baik banget Nay"
"Emang Iya... mba Azizah baru tahu yah hahahaha"
Nayla tertawa terbahak-bahak sementara bibi Ani dengan gemas mencubit pipi chubby gadis itu.
"Makasih ya Nay, semoga kamu di beri keberkahan dan rezeki yang tidak pernah putus"
"Aamiin... tapi kalo bisa request mah, doain cepet dapet jodoh aja mba wkwkwk"
"Aamiin..."
Ucap Azizah dan Bibi Ani berbarengan.
Mengingat jodoh tiba-tiba Nayla teringat Abimana.
'Apa sebaiknya Aku kasih tahu mba Azizah aja yah? kalo Pak Abimana kayaknya menaruh hati sama mba Zizah' Nayla bermonolog dalam hati.
"Nay??? ada apa?"
"Emmm... mba Zizah, Nayla mau tanya sesuatu boleh? tapi jangan marah... "
"Nanya apa?"
"Mba Zizah sama suami udah bercerai atau masih gantung?"
Nanya bertanya dengan nada ragu-ragu yang kentara.
Azizah seketika terdiam, wajahnya terlihat sedih. membuat Nayla menjadi tak enak hati.
"Maaf mba, Kalo keberatan, nggak usah di jawab nggak apa-apa kok"
"Emmm... Nggak Nay, It's Oke... Sekarang masih dalam proses perceraian. Mba belum dapat akta cerainya?"
"Tapi... emang boleh mba cerai dalam keadaan hamil?"
Nayla sungguh ingin mengutuk bibirnya yang lancang berucap! Gadis itu melihat Bibi Ani dan Azizah saling melempar pandangan.
"Suami Azizah nggak tahu kalo Azizah hamil Nay, Suaminya tidak mencintai Azizah"
Bibi Ani berbicara dengan gemas. Azizah selalu menutupinya. Tapi Bibi Ani yang hanya mendengar ceritanya saja batinnya sangat sakit. Bagaimana bisa pria itu menyia-nyiakan wanita secantik dan sebaik keponakannya ini?? benar-benar tega.
"Bibi...."
Azizah mendesah kecewa. Bibinya tidak seharusnya mengatakannya pada Nayla. Bagaimanapun Aib Axel adalah aibnya juga.
Sementara Nayla hanya manggut-manggut seraya berfikir tentang kesempatan untuk Abimana. Entah kenapa Nayla sangat mendukung Abimana, karena Dia tahu Abimana adalah pria yang baik dan bertanggung jawab, ditambah kaya raya dan tampan! sempurna!!
Cocok dengan Azizah yang lembut dan baik hati, juga sangat cantik parasnya.
"Kalo... Ada seseorang yang ternyata mencintai mba Azizah, apa mba Azizah akan terima?"
tanya Nayla tiba-tiba. Azizah tentu saja mengernyit bingung.
"Siapa?" tanya Azizah yang kemudian menyeruput susu ibu hamil yang Ia buat.
"Pak Abimana"
"Uhukkk"
Azizah tersedak sampai matanya berair mendengar nama paman Tasya di sebut.
"Aduh! maaf mba, Jadi kesedak kan..."
"Ehem, ehem, Nggak apa Nay, Aku cuma kaget"
Azizah pun mengangguk kemudian tersenyum pada teman barunya itu. Nayla pun kembali duduk dan melanjutkan kalimatnya...
"Tapi Aku ngomong kenyataan mba, Aku perempuan dewasa, Aku bisa tahu kalau seorang laki-laki sedang naksir atau jatuh cinta seorang wanita, Dari sikap pak Abimana aja udah terlihat jelas mba... masa mba Azizah nggak bisa ngerasain?"
Ujar Nayla panjang lebar.
Azizah hanya terdiam. Ia tak munafik jika Iapun bisa merasakannya, perhatian Abimana padanya memang berlebihan untuk ukuran pertemanan biasa.
Tapi, Dia tak sepercaya diri itu untuk mengakuinya secara terang-terangan. Bisa saja itu hanya perasaannya saja kan?
"Kalo menurut Nayla, lebih baik kita menerima orang yang benar-benar mencintai kita dari pada yang kita cintai mba, karena saat bersama pria yang mencintai kita, kita akan menjadi ratu. Tapi kalo sama laki-laki yang kita cintai tapi tidak mencintai kita, kita bisa di jadikan babu. Sengsara."
"Tapi mba belum ingin memikirkan tentang hal seperti itu Nay, Luka hati mbak masih basah, belum siap untuk menerima luka baru"
"Nayla mengerti mba, tapi hidup terus berjalan. Jangan terpaku dengan masa lalu. Apalagi masa lalu yang kelam. Akhiri kesedihan mba Zizah, mulailah hidup baru, membahagiakan diri sendiri, menyambut cinta baru"
"Insya Allah, tapi nanti... saat ini, sungguh mbak belum siap"
"Kalau begitu jalani saja dulu. Mba akan tahu seberapa tulus pak Abimana jika sudah semakin mengenalnya"
Azizah hanya terdiam. Ia tak tahu harus mengatakan apa.
Hingga beberapa waktu akhirnya Nayla pulang diantar oleh Bibi Ani, sementara Azizah masih termangu di meja makan.
"Pelan-pelan saja. Nayla benar. Tapi kamu tidak perlu memaksakan diri jika hatimu masih milik suamimu. Lepaskan pelan-pelan. lama-kelamaan kamu akan benar-benar bisa melupakannya"
Tambah Bibi Ani, beliau memberikan waktu kepada Azizah untuk memikirkannya.
"Hidup terus berjalan... Harus membahagiakan diri sendiri"
Kalimat itu terus terngiang di telinga Azizah. Wanita itu memejamkan matanya seraya menarik nafas dalam-dalam.
"Nayla benar. Aku harus membahagiakan diriku sendiri. Seperti Mas Axel yang juga sudah melupakan Aku. Semoga Kamu sudah bahagia mas. Aku juga akan bahagia dengan hidupku sendiri tanpamu. Insya Allah"
Azizah semakin memantapkan hati, melupakan belahan jiwa yang pernah terpatri kuat di relung hati. Menjadikannya pengalaman hidup yang akan menjadi berarti suatu saat nanti. Insyaallah...
Bersambung