Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Dalam Masalah
Mattias tak meninggalkan Alena sendirian di kamar itu, dia juga merasakan lelah yang teramat di tubuhnya. Entah sudah berapa malam dia tak tidur, bahkan selama 4 bulan terakhir dia tak dapat tidur nyenyak meski hanya sekejap.
Dia baru saja selesai melaksanakan tugasnya, tugas terakhirnya menjadi seorang Pangeran. Selanjutnya, dia hanya ingin menjadi seorang Duke dan tak ingin lagi memikirkan tentang urusan di luar keperluan itu.
Mattias menyandar di pembaringan dan terus mengusap kepala Alena, Alena juga memeluk perut Mattias tanpa dia sadari. Keduanya larut dalam getaran masing-masing, rasa takut yang hampir sama dan juga perasaan yang serupa.
“Saya pasti akan melindungi anda, Alena.” Bisik Mattias hingga akhirnya dia juga ikut tertidur.
Suasana kediaman Duke Arganta menjelang malam itu begitu sangat kacau, setelah kedatangan tamu tak di undang. Kini ada kabar bila Alena menghilang dari kediaman tersebut.
Duke Arganta tentu saja panik dan meminta seseorang untuk bertanya pada Duke Mattias, namun Duke Mattias juga tak ada di kediamannya. Duke Arganta kian tak enak hati, dia takut bila Putri tercintanya menjadi salah faham, karena melihat sesuatu yang belum sempat dia jelaskan seutuhnya.
Sedangkan malam kian larut, rumah kaca juga kian gelap. Namun meskipun gelap gulita, hawa dingin malam itu sangat menusuk kulit.
“Uuuh, dingin.” Bisik seseorang menarik sebuah kain yang dia anggap selimut.
“Hem?” Orang yang merasa bila jubahnya di tarik ikut terbangun, dia menatap gadis yang menyelimuti tubuhnya dengan jubah milik pria itu nampak begitu pulas.
“Sudah cukup Alena,” Gumam Mattias, hatinya sudah penuh hari ini.
“Alena? Bangunlah!” Mattias menyentuh pipi Alena, Alena menggeliat dan kian menarik jubah Mattias.
“Mattias, aku masih mengantuk.” Gumam Alena, agaknya meski dia tertidur dia masih sadar dengan suara itu.
“Tunggu! Mattias?” Alena terperanjat dan langsung bangkit dari tidurnya, dia celingukan dan mendapati tubuhnya yang diselimuti oleh jubah Mattias.
“Kyaaa! Apa-apaan ini? Kau habis ngapain bodoh!” Pekik Alena memukul-mukul tangan Mattias.
“Ah ampuni saya, saya tidak melakukan apapun sungguh!” Mattias menutup wajahnya yang siap di pukuli, Alena kian gencar memukul Mattias yang sekeras batu itu.
“Mattias! Kau harus bertanggung jawab, dasar pria me*sum!” Teriak Alena lagi, hingga beberapa Kesatria yang mendengar teriakan Alena itu mendekat, begitupun dengan para Pelayan dan Duke Arganta.
“Shuuut, nanti ada orang yang salah faham. Diamlah!” Mattias menutup mulut Alena, dia menggelengkan kepalanya saat mendengar suara langkah mendekati mereka.
“Siapa?” Bisik Alena yang ikut sadar, Mattias menajamkan pendengarannya.
“Para Ksatria,” Bisik Mattias, Alena tertegun dan menutup mulutnya dengan rapat. Dia juga tak ingin bila harus disalah fahami dengan cara yang tidak etis seperti itu.
“Alena?” Terdengar suara Duke Arganta dari luar kamar, sudah terlambat bagi Alena dan Mattias untuk bersembunyi lagi.
“Bila kita pergi, ini sudah terlambat. Bila kau di sini dalam kondisi begini, maka aku yang akan menjadi korban, dan kau menjadi pelaku kejahatan. Tak ada pilihan lain, maafkan aku Mattias!” Alena menerkam tubuh Mattias dan Mattias juga terkejut.
“Diam saja,” Bisik Alena, dia membuka baju bagian atasnya hingga korsetnya yang sejak awal terbuka melorot, dua gundukan besar keluar dan membuat mata Mattias melotot seketika.
Alena membuka baju Mattias bagian atas dan menarik Mattias untuk mendekati wajahnya, Mattias dan Alena kini sama-sama merasakan debaran hebat di dada mereka masing-masing.
Cup!
Brak!
Alena mengecup bibir Mattias, bersamaan dengan itu pintu kamar itu terbuka. Semua orang yang melihat itu terkejut, sedangkan Mattias refleks mengambil jubahnya dan menutupkannya pada tubuh belakang Alena.
Merasakan bibirnya yang hangat membuat Mattias sejenak lupa orang-orang yang tengah memperhatikan dirinya dan Alena, rasa manis dari bibir Alena dan sensasi bangun tidur sungguh membuat dirinya menginginkan hal yang lebih.
“Alena!” Pekik Duke Arganta murka, Alena melepaskan ciumannya dan nampak terkejut, dia memeluk Mattias dan berbisik.
“Kau bisa mengurus sisanya?” Tanya Alena, Mattias mengangguk dan melindungi tubuh Alena dari pandangan orang-orang menggunakan jubahnya.
Alena berharap saat itu Mattias akan membantah semuanya, dia akan mengatakan bila mereka saling suka dan sudah sampai ke sana saja. Namun kenyataan tak sesuai ekspektasi Alena.
“Apa yang kalian lakukan?” Pekik Duke Arganta, Mattias memeluk Alena dan menatap mereka yang masih berada di ambang pintu.
“Sayang, bisa tunggu di sini?” Mattias mengatakan itu dengan agak pelan, namun masih terdengar jelas. Duke Arganta mengepalkan tangannya mendengar suara lembut Mattias memanggil anaknya dengan panggilan haram seperti itu.
Alena menurut, dia turun dari pelukan Mattias. Mattias merapikan pakaiannya dan mengambil sesuatu dari balik jubahnya yang dia selimut kan pada Alena. Duke Arganta tahu betul apa benda yang di ambil Mattias itu.
“Jangan bilang, kau melakukan ini karena perintah Raja?” Pekik Duke Arganta tak terima.
Duke Arganta tahu jelas apa benda yang di tangan Mattias, itu adalah dekrit Kerajaan. Di mana sang Raja telah menyetujui hal itu diikuti oleh para menterinya, Duke Arganta tak ingat bila dia pernah memberikan persetujuan yang tidak masuk akal sebelumnya. Jadi bisa dikatakan bila dekrit itu palsu, atau merupakan perintah Raja yang mana tak perlu disetujui para menteri.
“Bukan perintah, namun bisa dikatakan apa yang tengah kami lakukan adalah hal legal. Jadi anda sebagai ayah sekalipun tak dapat menentangnya.” Alena yang juga mendengar itu terkejut, dia tak tahu mengenai hal tersebut.
“Ini adalah hadiah dari sang Raja, saya baru saja menyelesaikan pertempuran di perbatasan dengan kemenangan telak tahun lalu, dan saya meminta hadiah. Hadiah itu adalah permintaan persetujuan untuk pernikahan, dan adapun sisinya. Saya hanya perlu menandatangani hal tersebut, saya dan Alena lupa atas kebahagiaan kami malam ini dan saya juga meminta maaf karena belum memberitahukannya pada anda.” Duke Arganta mengepalkan tangannya, jelas saja antara hadiah dan perintah adalah dua hal yang berbeda.
Hadiah adalah imbalan atas kerja keras seorang bangsawan untuk Negaranya, sedangkan perintah adalah hal yang harus diputuskan bersama dalam sidang Bangsawan.
“M-mattias?” Alena juga terkejut, Mattias mengangguk meyakinkan. Mendengar Alena yang mengigau memanggil namanya saja sudah membuat dadanya bergemuruh tak karuan. Dan beberapa waktu lalu, Alena sendiri yang menerkamnya duluan.
Ting!
Mattias mengedipkan sebelah matanya, Alena seolah deja vu akan hal itu, dia teringat saat dirinya menggoda Mattias 4 bulan lalu. Alena kini malah yang harus menerima batunya sendiri.
‘Dia sedang balas dendam padaku ya? Dasar pria ini!’ pekik Alena dalam hati, dia juga tak menyangka bila Mattias telah melakukan tindakan yang sangat jauh. Bahkan dia sudah melangkah ke arah yang tidak ada di masa lalu. Sebenarnya apa yang terjadi pada Mattias?