Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merobek
Kini Emily dan Richardo sudah berada di rumah milik Emily. Di mana Emily duduk di sofa sambil melamun sedangkan Richardo berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.
Tidak berapa lama Richardo keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang menutupi bagian bawahnya.
Richardo yang tidak melihat keberadaan Emily membuat Richardo keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah ruang keluarga.
Sampai di ruang keluarga tanpa sengaja Emily melihat dada bidang suaminya membuat Emily duduk dengan tegak.
"Kenapa kamu tidak memakai baju?" Tanya Emily dengan wajah terkejut.
"Aku lihat di kamar tidak ada baju." Jawab Richardo.
"Maaf Aku lupa. Aku akan pesan pakaian untukmu." Ucap Emily.
"Tapi sebelumnya kamu pergi ke kamar dulu dan memakai kimono milikku yang Aku simpan di dalam lemari pakaian. Tenang saja kimono itu masih baru dan sudah Aku cuci." Sambung Emily.
Jantung Emily berdetak kencang jika melihat dada bidang Richardo karena itulah Emily sengaja meminta Richardo untuk pergi ke kamar terlebih dahulu.
Richardo tidak akan memaksa Emily untuk melakukan hubungan suami istri walau sebenarnya Richardo bisa saja meminta haknya.
"Terima kasih, kamu harus istirahat." Ucap Richardo.
"Baik." Jawab Emily dengan singkat.
Richardo membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah tangga meninggalkan Emily sendirian. Sedangkan Emily menghembuskan nafasnya dengan perlahan sambil melihat kepergiaan Richardo menuju ke arah kamar.
Emily kemudian mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu mengirim pesan ke butik langganannya.
Setelah selesai memesan dua stel pakaian untuk Louis, Emily menyandarkan kepalanya di kepala sofa sambil memegangi ponselnya.
Satu jam kemudian pintunya di ketuk membuat Emily berjalan ke arah pintu utama lalu membuka pintu.
Emily melihat seorang pria berdiri sambil membawa dua paper bag, Emily menerima ke dua paper bagnya kemudian menutup pintu utama dengan rapat.
Emily kembali duduk sambil meletakkan dua paper bag ke atas meja dekat sofa. Emily merebahkan tubuhnya ke sofa kemudian kembali terdiam namun pikirannya menerawang jauh entah kemana.
"Kami sudah menjadi pasangan yang sah tapi mengapa Aku masih begitu gugup? Apakah sebaiknya Aku masuk ke dalam kamarku?" Tanya Emily setelah satu jam lebih Emily melamun.
"Ah sudahlah masuk saja, mungkin saja Kak Richardo sekarang sudah tidur." Sambung emily sambil berdiri.
Kemudian Emily mengambil dua paper bag lalu berjalan menuju ke arah tangga hingga Emily masuk ke dalam kamarnya. Emily melihat Richardo sedang berbaring di ranjang sambil menatap dirinya.
Emily sangat gugup membuat Emily meletakkan dua paper bag di atas meja dekat sofa lalu membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Richardo.
Richardo yang melihat hal itu langsung turun dari ranjang dan berjalan ke arah Emily. Kemudian Richardo menahan tangan Emily kemudian membalikkan tubuh Emily agar menatap dirinya.
"Aku .... Aku ... Aku masuk ke kamar ini hanya untuk mengambil selimut. Aku ingin tidur di ruang tamu." Ucap Emily dengan nada gugup.
Tanpa menjawab Richardo menarik tangan Emily ke arah ranjang kemudian mendorong perlahan tubuh Emily hingga Emily jatuh terlentang.
Emily berusaha untuk bangun sambil memaksakan untuk tersenyum namun ketika Emily duduk di sisi ranjang sambil bersiap untuk kabur, Richardo merangkak ke atas tubuh Emily dan menahan tubuhnya agar Emily tidak bisa kabur.
Hal itu membuat Emily berusaha memundurkan tubuhnya hingga mentok di atas kepala ranjang dengan wajah bersemu merah.
"Tempat tidur ini cukup luas, bukankah kita bisa tidur berdua? Mengapa kamu pergi ke kamar tamu?" Tanya Richardo sambil mengarahkan wajahnya ke arah wajah Emily dan keningnya nyaris bersentuhan.
"Baiklah." Jawab Emily dengan singkat.
Emily melepaskan ke dua sendalnya yang masih menggantung di sisi ranjang. Kemudian Emily menarik ke dua kakinya sambil memundurkan tubuhnya kemudian berbaring di sisi ranjang sambil menyelimuti tubuhnya dengan selimut.
Richardo yang melihatnya hanya tersenyum kemudian ikut masuk ke dalam selimut yang sama. Richardo memeluk tubuh Emily dari arah belakang karena Emily membelakangi dirinya.
Emily berusaha melepaskan pelukan Richardo namun Richardo malah mempererat pelukannya. Akhirnya Emily membiarkan Richardo memeluk dirinya. Hingga beberapa saat kemudian mereka tidur dengan lelap hingga pagi menjelang.
Emily menggeliatkan tubuh dan ke dua tangannya sambil perlahan membuka matanya. Emily menatap ke arah samping dan tidak melihat Richardo.
Emily menatap sekeliling kamarnya kemudian turun dari ranjang. Emily kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk membersih tubuhnya yang lengket.
Hingga lima belas menit kemudian Emily sudah selesai mandi dan memakai pakaian santai. Emily keluar dari kamarnya menuju ke arah ruang makan.
Sampai di ruang makan, Emily melihat segelas susu dan dua potong roti serta kertas catatan. Emily mengambil kertas catatan yang ditulis oleh Richardo.
"Aku berangkat kerja, jangan lupa sarapan yang sudah Aku buat."
"Kak Richardo pagi-pagi sekali sudah berangkat kerja dan sebelum berangkat menyiapkan sarapan buatku. Pastinya sangat melelahkan karena itu Aku harus segera mendapatkan kembali yang patut Aku miliki kemudian membiarkan Kak Richardo mencari pekerjaan baru yang tidak begitu berat." Ucap Emily.
Emily mengira kalau Richardo bekerja sebagai kontraktor di salah satu perusahaan tanpa mengetahui kalau Richardo adalah seorang CEO pemilik beberapa perusahaan besar.
Emily tersenyum menatap kertas yang di tulis Richardo kemudian duduk di kursi makan. Emily kemudian makan roti buatan Richardo setelah itu berlanjut minum susu.
xxxxxxxxxx
Di tempat yang berbeda lebih tepatnya di perusahaan milik Richardo, di mana Richardo sedang mengutak atik laptopnya hingga beberapa saat kemudian asisten setianya yang bernama Han mengetuk pintu.
"Masuk." Jawab Richardo tanpa menatap ke arah pintu.
Asisten Han kemudian masuk ke dalam ruangan Richardo sambil membawa dokumen.
"Tuan Muda, ini adalah rencana baru dari departemen iklan dan Tuan Muda bisa melihatnya." Ucap Asisten Han.
"Letakkan di meja saja!" Perintah Richardo.
"Satu hal lagi, selanjutnya yang akan bekerja sama dengan kita adalah keluarga Fernando tapi ..." Ucap Asisten Han menggantungkan kalimatnya.
"Tapi apa?" Tanya Richardo sambil menghentikan pekerjaannya lalu menatap ke arah Asisten Han.
"Tapi Nyonya Muda terlalu kasihan di mana beberapa hari yang lalu ada hal perbincangan hangat. Di mana waktu di pesta pertunangan Nyonya Muda dan Adiknya jatuh ke dalam air namun tunangannya malah menyelamatkan Adiknya dulu. Nyonya Muda nyaris tenggelam dan ..." Ucap Asisten Han menggantungkan kalimatnya lagi.
"Intinya tunangannya lebih peduli dengan Adik Tirinya, benar bukan?" Tanya Richardo yang tahu kalimat selanjutnya.
"Benar, Tuan Muda." Jawab Asisten Han yang tidak suka dengan keluarga Fernando begitu pula dengan Richardo.
"Beritahukan ke seluruh pengurus perusahaan, sejak hari ini membatalkan semua kerja sama dengan keluarga Fernando." Ucap Richardo yang mengerti arah pembicaraan Asisten Han.
"Tuan Muda sungguh sangat adil." Ucap Asisten Han sambil tersenyum bahagia karena mengerti perkataannya.
"Oke, kamu lanjutkan lagi pekerjaanmu." Ucap Richardo.
"Baik Tuan Muda." Jawab Asisten Han dengan patuh.
Asisten Han kemudian pergi meninggalkan ruangan Richardo untuk melanjutkan pekerjaannya begitu pula dengan Richardo melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
xxxxxxxxxxxxxxx
Di tempat yang berbeda di mana Emily pergi ke perusahaan milik bersama antara dirinya dan Louis.
Sampai di perusahaan Emily memarkirkan mobilnya lalu keluar dari mobil. Namun baru beberapa langkah dirinya di hadang oleh seseorang yang malas ditemuinya membuat Emily menghentikan langkahnya sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Hai, Kak. Baru saja menikah tapi Kakak harus langsung ke kantor. Ternyata Kakak benar-benar menikah dengan orang yang salah bahkan tidak memberimu kesempatan untuk beristirahat." Ucap Bertha dengan tatapan menghina.
"Aku berangkat tadi tidak sempat cek alamatnya dan sungguh sial bertemu denganmu." Ucap Emily sambil memutar bola matanya dengan malas.
"Kakak, Kakak ini merasa malu jadi Kakak emosi kah?" Tanya Bertha tanpa memperdulikan ucapan pedas Kakak Tirinya sambil bersidekap.
"Kamu pasti sudah pernah melihat monyet menggigit orang tapi pernahkah kamu melihat orang menggigit monyet?" Tanya Emily sambil mendekatkan wajahnya ke arah Bertha.
Bertha langsung berjalan mundur karena takut jika seandainya Emily menggigit dirinya.
"Baru saja pagi hari yang segar tiba-tiba menjadi bau busuk. Di mana bau busuk itu keluar dari mulutmu, apakah pagi-pagi kamu tidak menyikat gigi dan mandi?" Tanya Emily sambil mengibas-ngibaskan tangannya lalu pergi berjalan meninggalkan Bertha.
"Kamu ... Dasar ... Hati-hati kamu akan kehilangan pekerjaanmu! Lihat apakah kamu masih saja bisa sombong atau tidak." Ucap Bertha dengan nada kesal.
Bertha kesal karena Emily pergi meninggalkan dirinya tanpa mempedulikan ucapannya. Sedangkan Emily berjalan dengan santai menuju ke ruangannya namun ketika melewati salah satu departeman salah satu karyawati memanggil dirinya.
"Nona Emily ... Nona Emily." Panggil salah satu anak buahnya.
"Ya." Jawab Emily dengan singkat sambil menghentikan langkahnya dan menatap ke arah sumber suara.
"Nona Emily, Nona Emily tidak menyinggung Tuan Muda Louis Fernando kan?" Tanya Anak Buahnya.
"Memangnya ada apa?" Tanya Emily balik bertanya dengan wajah terkejut.
"Tuan Muda Louis Fernando terlihat sangat tidak senang dan meminta Nona Emily pergi ke ruangannya." Jawab anak buahnya.
"Baik, Aku mengerti." Jawab Emily sambil menganggukkan kepalanya.
Kemudian Emily berjalan ke arah ruangan Louis di mana Louis menunggu dirinya sambil menahan amarahnya.
"Emily, Bertha mengatakan kalau kamu sudah menikah. Apakah itu benar?" Tanya Louis yang tidak terima Emily menikah sambil menggenggam tangan Emily.
"Lepaskan tanganku dulu." Ucap Emily sambil menarik tangannya.
"Memang benar kalau Aku sudah menikah." Jawab Emily setelah Louis melepaskan tangan Emily.
"Apakah pria itu yang bersamamu kemarin?" Tanya Louis penasaran.
"Benar. Orang yang kamu temui kemarin adalah pasanganku." Jawab Emily dengan jujur.
"Menurutmu pria itu mana yang lebih baik dari Aku?" Tanya Louis yang merasa lebih dari segalanya dibandingkan dengan Richardo.
"Dia memiliki tubuh yang menarik, wajahnya yang sangat tampan dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain. Dia adalah pria yang sangat baik dibandingkan dirimu." Jawab Emily dengan nada pedas.
"Dia hanya memanfaatkan kamu ..." Ucapan Louis terpotong oleh Emily.
"Mengatakan memanfaatkan justru kamu lebih hebat, kan? Dalam beberapa tahun terakhir delapan puluh lima persen pendapatan perusahaan hasil dariku. Kamu juga tidak berbeda dengan Dia, kan?" Tanya Emily membalikkan perkataan Louis.
"Kamu ..." Ucap Louis sambil menunjuk ke arah Emily.
"Kak, bagaimana Kakak bisa mengatakan Kak Louis seperti itu? Bagaimana pun Kak Louis adalah Boss, jadi mana ada boss yang membicarakan prestasi?" Tanya Bertha sambil masuk ke dalam ruangan tersebut dan membela Louis.
"Apa yang Aku katakan itu adalah benarnya. Semua orang mengetahui hal itu, bahkan kamu tidak bisa mengelola perusahaanmu sendiri." Ucap Emily sambil mendorong tubuh Bertha hingga mundur beberapa langkah.
"Setiap hari kamu hanya bisa membuat sejumlah masalah dan Aku yang harus membereskannya. Kamu lebih baik diam di rumah bersama Ibumu yang tidak berguna itu." Sambung Emily.
"Kak, kenapa Kakak terus menerus mencari masalah?" Tanya Bertha yang merasa tidak bersalah sambil menahan amarahnya terhadap Emily.
"Emily, mengapa kamu berkata seperti itu kepada Bertha dan Ibumu?" Tanya Louis sambil menarik tubuh Bertha dan menjadikan tubuhnya sebagai tamengnya.
"Dia bukan Ibuku!" Bentak Emily.
"Ibuku sudah meninggal dunia akibat ulah wanita jahat sekaligus Ibumu yang merusak rumah tangga orang tuaku!" Bentak Emily sambil menunjuk-nunjuk ke arah Bertha.
"Kamu ..." Ucapan Bertha terpotong oleh Emily.
"Aku kenapa?" Tanya Emily dengan nada satu oktaf.
"Emily, kenapa kamu membentak Bertha!" Bentak Louis.
"Kak Louis, jangan membentak ..." Ucapan Bertha terpotong oleh Emily.
"Aku membentaknya karena Aku kasihan padanya karena tidak bisa mengurus perusahaan. Kalau kamu mencintainya lebih baik menikahlah dengan perempuanmu yang baik hati ini. Setelah itu lihatlah apakah Dia akan menikah denganmu atau tidak." Ucap Emily.
"Kak ..." Ucapan Bertha terpotong oleh Louis.
"Bertha, kelakuan Kakakmu memang seperti itu jadi kamu jangan merasa sedih." Ucap Louis.
Hal itu membuat Emily menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil memutar bola matanya dengan malas.
"Kondisi Kakak memang memang seperti itu, bagaimana bisa Kakak bekerja dengan baik?" Tanya Bertha.
"Begini saja, Aku memberimu beberapa hari cuti agar kamu bisa istirahat dulu di rumah untuk menenangkan dirimu." Ucap Louis.
"Mulai sekarang dan seterusnya Aku tidak akan bekerja lagi." Jawab Emily sambil mengeluarkan dokumen dari dalam tasnya kemudian diberikan ke Louis.
"Apa?" Tanya Louis dengan wajah terkejut sambil menerima dokumennya.
"Aku mengundurkan diri dari pekerjaan ini. Karena setiap melihatmu dan Bertha membuat perutku sangat mual dan jijik." Jawab Emily.
"Selain itu Aku tidak punya kebiasaan menganiaya diriku sendiri." Sambung Emily sambil membalikkan badannya.
"Kak, Kakak harus berpikir dengan baik." Ucap Bertha sambil memegang tangan kiri Emily.
"Sekarang, Kakak harus menghadapi kebutuhan hidup di mana suami Kakak yang tidak berguna hanya menghasilkan uang hanya sedikit. Mungkin saja uang yang dihasilkannya tidak seberapa dan hanya bisa untuk membayar listrik sebulan, kan?" Tanya Bertha yang meremehkan pekerjaan Richardo.
Plak
Tanpa menjawab Emily menarik tangannya dengan kasar sambil membalikkan badannya kemudian menampar pipi mulus Bertha membuat Bertha memegangi pipinya yang terasa perih.
"Jika Aku mendengarnya lagi, kamu mengatakan suamiku tidak berguna maka Aku tidak segan-segan merobek mulutmu." Ucap Emily sambil mencekik leher Bertha dengan menatap tajam.
Qsqq I just got ss
Sqq sqsqss I will be there s I will be there in a few minutes if you want to come sssqsqssqsqqqqqqq me and I will be there in a few minutes if you want to come over and grab it and grab sqq and grab it and grab the kids and sqqq