Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan dan kecupan pertama
"Loh, Mbak Diah ke mana?? Kok nggak ada??"
Semua yang ada di sana terkejut karena kedatangan Anga yang membawa nampan berisi minuman untuk mereka.
Terutama Aditya yang merasa takut kalau Anga mendengar apa yang mereka perdebatkan hingga akhirnya Diah pergi dari sana.
"Diah ada urusan. Makasih ya Anga minumannya" Duwi yang pertama bisa mengendalikan ketakutan mereka.
Sementara Aditya terus memandang Anga yang ada di sampingnya. Senyum kecil di bibir Anga membuat Aditya lega karena mengira Anga tidak mendengar ucapan Diah yang menyakitkan.
"Mas, Kak, Anga ke dalam dulu ya. Anga ada tugas yang belum selesai"
"Iya Dek"
Anga langsung masuk ke dalam kamar. Menutup pintunya dengan rapat sebelum menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Menutup wajahnya dengan bantal dan menangis sejadi-jadinya.
"Jadi aku ini istri titipan??"
"Ternyata sikap Mbak Diah yang berubah seperti itu karena menganggap aku ini beban buat Mas Adit"
Dunia terasa tak adil bagi Anga saat ini. Dia yang baru saja kehilangan Kakaknya, harus menikah dengan Aditya. Ketika dia mencoba menerima pernikahannya dengan ikhlas karena sikap Aditya yang begitu baik padanya, ternyata orang-orang di sekitarnya menganggapnya hanya sebagai istri titipan.
Anga tidak meminta semua itu, Anga juga tidak ingin menerima pernikahannya dengan Aditya. Tapi keadaan yang memaksanya. Tapi kenapa sekarang, mereka seolah-olah menganggap Anga tidak pantas berada di sisi Aditya.
"Apa Mas Adit mempertahankan pernikahan ini hanya karena rasa belas kasihan??"
Anga ingin sekali menolak pikiran negatifnya pada Aditya. Tapi memang lebih masuk akal jika Aditya menerimanya karena rasa kasihan, daripada Aditya yang menerima Anga begitu saja dengan ikhlas walaupun tanpa cinta sama sekali.
Jadi sikap Aditya selama ini apa??
Anga bahkan tidak melihat kebohongan atau kepura-puraan di mata Aditya atas semua perhatian yang pria itu berikan pada Anga.
Sorot matanya yang teduh dan tulus selalu berhasil membuat Anga terenyuh. Sikapnya yang lembut serta perhatian kecil yang membuat Anga terbuai, rasanya tak mungkin Aditya lakukan karena kasihan.
"Mana yang harus aku percaya??"
"Suamiku sendiri apa yang baru saja aku dengar??"
Lelah Anga menangis akhirnya dia terlelap melupakan Aditya yang sedang berkumpul bersama para sahabatnya.
Aditya yang baru masuk ke dalam kamar setelah semuanya pulang. Sekitar setengah jam menjelang maghrib.
"Dek??" Panggil Aditya namun tak ada sahutan.
Aditya duduk di sisi ranjang melihat wajah Anga yang begitu cantik saat tidur. Tangannya terulur mengusap bekas ari mata yang mengering di sudut mata Anga.
"Kenapa kamu nangis?? Apa tadi kamu dengar apa yang Diah katakan??" Aditya kembali merasa bersalah pada Anga.
"Maafkan Mas yang belum bisa melindungi kamu seperti yang Kakak kamu lakukan"
Entah dorongan dari mana. Aditya semakin mendekatkan wajahnya. Bibirnya terarah pada kening Anga yang bersih itu.
Cup....
Sebuah kecupan yang pertama kali Aditya berikan untuk Anga. Bahkan Aditya melakukannya seperti pencuri karena pemiliknya tidak tau sama sekali.
Aditya memilih beranjak untuk membersihkan diri sebelum membangunkan Anga untuk sholat magrib berjamaah.
*
*
*
"Dek??"
Aditya memanggil Anga yang sedang melipat mukenanya.
"Iya Mas??"
"Apa tadi kamu dengar apa yang kita bicarakan di luar??" Aditya hanya ingin menjelaskan semuanya apabila memang benar Anga mendengar semuanya.
"Dengar apa Mas?? Emangnya Mas ngomongin apa??"
Aditya terlihat lega karena Anga sepertinya memang tidak mendengar ucapan menyakitkan dari Diah. Mungkin Aditya saja yang terlalu khawatir karena takut Anga akan sakit hati.
"Nggak papa, cuma bercanda aja kok"
"Aku kira kamu mau menjelaskan semuanya Kak" Hati Anga merasa kecewa saat ini. Tapi ada hak apa bagi Anga untuk menuntut Aditya menjelaskan tentang sikap yang selama ini Aditya berikan benar-benar tulus atau palsu.
Masalah bergantung, Anga memang menyadarinya. Dia begitu bergantung pada Aditya saat ini.
Pasalnya hanya Aditya yang dia punya di Dunia ini. Hanya Aditya juga yang mau menerima dan menampungnya sebagai istri.
"Tapi, Mas mau bilang sama kamu Dek. Apapun yang kamu dengar di luar sana, jangan pernah kamu percaya atau kamu masukin ke hati. Kalau kamu ragu, bisa tanyakan sama Mas. Jangan berpikir yang bukan-bukan dulu sebelum tau kebenarannya. Hanya itu yang Mas mau. Kamu mau jadi istri yang baik kan??"
Anga langsung mengangguk dengan menunduk karena dia sebenarnya sudah menyimpan air mata di pelupuk matanya yang siap jatuh. Ucapan Aditya itu seakan membantah omongan Diah tadi siang.
"Kalau gitu, kamu hanya perlu nurut sama Mas. Belajar yang rajin biar cepat lulus dengan nilai yang bagus. Nggak usah pikirkan yang lain, itu urusan Mas, ya??"
Anga kembali mengangguk, karena dia yakin kalau dia mengeluarkan suara, pasti Aditya tau kalau dia sedang menahan tangis.
"Ya sudah, ayo tidur lagi"
Anga meletakkan mukena dan sajadah yang baru saja mereka pakai di ujung ranjang. Lalu dia mengambil posisi seperti biasa. Berbaring di dekat tembok dengan bantal guling untuk memberi jarak antara dirinya dan Aditya.
Anga memilih memunggungi Aditya karena ingin menumpahkan air matanya meski tanpa suara. Dia sudah tidak tahan lagi.
Dia yang hanya seorang istri titipan, merasa tak pantas bagi pria seperti Aditya. Sosok pria sempurna dengan kasih sayangnya yang begitu besar.Tapi ucapan Aditya barusan membuat Anga sedikit lega.
Greepp....
Anga merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Juga sesuatu yang keras namun hangat menubruk punggungnya. Hembusan nafas dari seseorang di belakangnya langsung membeku.
"M-mas??" Akhirnya suara Anga keluar juga setelah dari tadi hanya anggukan saja yang di berikan Anga untuk menjawab suaminya.
"Sstttt, tidurlah" Bisik Aditya pada Anga yang berada dalam dekapannya.
Ternyata rasanya begitu menghangatkan seluruh jiwa dan raga Aditya saat memeluk istrinya sendiri.
Sensasinya begitu berbeda. Membuncah tiada tara.
"Jadi ini rasanya memeluk wanita yang sudah halal aku sentuh" Aditya segera memejamkan matanya, menemani Anga yang sudah terlelap lebih dulu.
Mau tak mau Anga mencoba untuk memejamkan matanya. Membiarkan Aditya memeluknya untuk malam ini. Atau mungkin malam-malam selanjutnya.
Pelukan pertama mereka setelah dua minggu pernikahan menghantarkan mereka ke alam mimpi yang begitu indah.