Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.
"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."
Aisha langsung menghentikan langkahnya.
Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Adil
"Tapi saat itu anda mengingkari hak dan kewajiban anda sendiri. Berjanji tak akan menyentuh istri sendiri pada wanita lain."
Alvian tercengang. Sejurus kemudian dia ingat akan malam pernikahannya.
"Apa kamu mendengar semuanya waktu itu?"
Aisha tak menjawab, dia kembali melangkah memasuki kamarnya.
Alvian terhempas duduk ke sofa, kini dia mengerti semua yang terjadi.
***
Keesokan harinya.
"Tunggu dulu," ucap Alvian menahan Aisha yang akan turun dari mobil sesampainya mereka di Rumah Sakit.
Aisha langsung melihat suaminya.
Alvian memberikan sesuatu di tangannya.
"Seperti yang sudah aku bilang semalam, mulai saat ini aku akan menjalankan kewajibanku sebagai seorang suami."
Aisha melihat sebuah kartu ATM di tangan suaminya.
"Ini nafkah yang harus aku berikan padamu, aku mohon ambillah."
Aisha terdiam.
"Aku tahu ini memang terlambat. Tapi aku harap tidak ada kata terlambat untuk menjadi suami yang bertanggung jawab dan aku akan mulai dari ini," Alvian menyodorkan kartu itu lebih dekat kepada istrinya.
Aisha terdiam sejenak tampak sedang berpikir. Tiba-tiba dia mengambil kartu itu. Membuat Alvian tersenyum.
"Terima kasih. Sebenarnya aku takut kamu akan menolaknya," ucap Alvian senang.
"Jika saya tolak bukankah itu juga berarti saya mengingkari hak saya sebagai istri?"
"Jika seperti itu apa bedanya saya dengan anda?" lanjut Aisha lagi
"Mengenai itu..."Alvian terlihat ragu.
"Aku minta maaf. Sungguh aku minta maaf atas semua kesalahanku padamu. Aku ingin memperbaiki semuanya, aku ingin kita mulai dari awal lagi."
"Aisha. Mari kita menjalankan rumah tangga kita yang seharusnya." Alvian manatap istrinya dengan penuh harap.
Aisha terlihat akan mengatakan sesuatu, namun Alvian mendahuluinya.
"Aku mohon, kali ini cukup katakan 'iya' saja," ucapnya hingga membuat Aisha kembali bungkam.
"Aku tahu kamu akan memaafkan semua kesalahanku, seperti Allah SWT yang menerima taubat semua hambanya."
"Iya." Aisha melihat suaminya.
"Seorang suami adalah nahkoda kapal, kemana dan bagaimana bahtera rumah tangga ini akan dijalankan, suami yang menentukan. Mana mungkin saya akan berpaling dari tugas saya sebagai istri jika anda sudah menjalankan seluruh kewajiban anda."
***
"Alhamdulillah," ucap Siti dan Zainab secara bersamaan dengan penuh kebahagiaan.
Mereka langsung memeluk Aisha erat.
"Akhirnya Allah memberikan hidayah-Nya pada suamimu," ucap Zainab senang.
Aisha tersenyum melihat kedua kakaknya ikut bahagia ketika dia menceritakan semua percakapannya dengan Alvian tadi.
"Kakak tidak perlu mengajarimu tentang bagaimana menjadi istri yang shalihah, karena kamu sudah pasti tahu." Zainab menatap adiknya.
"Jalankan seluruh kewajibanmu sebagai istri dengan baik, buat suamimu tidak menyesal karena telah meninggalkan wanita itu," ucapnya lagi.
Aisha mengangguk.
"Semoga saja suamiku bersungguh-sungguh dengan semua ucapannya."
Kedua kakaknya mengaminkan.
***
Alvian terlihat bahagia, wajahnya ceria dengan senyuman yang senantiasa tersungging di bibirnya.
Berkali-kali dia melihat ponselnya, melihat satu nama di barisan kontaknya. 'Istriku'.
Alvian ingat saat tadi pagi Aisha dengan sukarela memberikan nomornya ketika dia memintanya.
Dia nampak greget ingin mengirimkan pesan pertamanya namun dia bingung harus mengatakan apa, akhirnya dia hanya melihat nomor itu berkali-kali saja.
Tanpa disadari, ada sepasang mata yang terus melihat gelagatnya, orang itu nampak heran melihat Alvian tampak begitu bahagia.
Anita akhirnya menghampiri Alvian yang duduk di meja kantin sendirian.
"Al. Kita harus bicara." Anita duduk di bangku di depan Alvian.
Alvian kaget, dia langsung menunjukkan wajah yang buram melihat Anita duduk di depannya.
"Apa sebenarnya yang ingin kamu bicarakan?" ucap Alvian pelan, karena dia tahu jika beberapa orang disana diam-diam memperhatikan mereka.
"Tentang hubungan kita."
"Hubungan kita sudah berakhir Nit," ucap Alvian geram.
"Sudah kukatakan jika kamu tak akan semudah itu mencampakkan aku," jawab Anita marah.
"Hentikan Nit. Semua orang memperhatikan kita, kamu hanya akan terus mempermalukan dirimu sendiri." Alvian berdiri dari duduknya.
"Aku tak peduli," jawab Anita juga ikut berdiri.
Alvian berjalan meninggalkan Anita.
"Aku akan menemui Aisha." Anita berbicara sedikit keras, membuat Alvian menghentikan langkahnya dan langsung membalikkan badannya melihat Anita.
"Silahkan. Kamu hanya akan semakin dibuat malu olehnya." Alvian kembali melanjutkan langkahnya.
Anita tampak semakin geram.
***
Aisha dan kedua kakaknya sudah bersiap meninggalkan rumah sakit, selesai berkemas mereka meninggalkan ruangan menuju lobi dan menunggu taksi disana.
"Kalian sudah siap?" tanya Alvian yang rupanya sudah menunggu disana.
Aisha dan kedua kakaknya tampak kaget.
"Kami naik taksi saja," ucap Aisha melihat Alvian mengajak ketiganya memasuki mobil yang sudah terparkir tepat di depan lobi Rumah Sakit.
"Aku akan mengantarkan kalian," jawab Alvian sambil membuka pintu depan dan belakang mobilnya.
"Apa kamu tidak sibuk?" tanya Zainab sambil memapah Siti memasuki mobil.
"Tidak. Hari ini aku tidak ada operasi. Hanya memeriksa beberapa pasien saja."
Alvian membawa kendaraannya pergi meninggalkan Rumah Sakit.
Anita yang melihat itu dari kejauhan tampak semakin geram dan marah, terlebih melihat Alvian yang begitu bahagia melayani keluarga istrinya.
***
"Aku akan kembali ke Rumah Sakit," ucap Alvian melihat Aisha.
Aisha hanya mengangguk kecil.
Tiba-tiba suara bel berbunyi, Alvian segera menghampiri pintu dan membukanya.
Alvian kaget melihat Yusuf dan seorang wanita berdiri di depan pintu.
Alvian mempersilahkan keduanya untuk masuk, membuat Aisha juga kaget melihat kakak iparnya dan seorang wanita masuk ke dalam.
"Assalamualaikum. Kami tadi ke Rumah Sakit. Tapi katanya kalian baru saja pulang, jadi kami kesini setelah diberitahu Ummi alamat rumah kalian," kata Yusuf sembari duduk setelah dipersilahkan duduk oleh Alvian.
"Mau apa kalian kesini?" tanya Aisha terdengar sedikit jengkel setelah meyakini jika wanita itu adalah istri kedua kakak iparnya.
"Kami ingin menjemput Siti," jawab Yusuf.
"Kakakku masih sakit, belum bisa pulang sekarang."
Yusuf dan istrinya terdiam sejenak.
"Apa boleh kami melihat keadaannya?" tanya Yusuf melihat Aisha.
"Dia sedang istirahat. Tidak bisa diganggu." Aisha menjawab dengan ketus. Dia merasa kesal bisa-bisanya suami kakaknya itu datang dengan membawa istri mudanya, tidakkah mereka memikirkan perasaan kakaknya.
Sudah pasti tidak melihat raut wajah keduanya yang seakan tidak punya dosa. Aisha kesal setidaknya mereka sedikit berempati karena kini kakaknya sedang sakit.
Tiba-tiba Kak Zainab yang mendengar suara orang datang, keluar dari kamar, kaget melihat suami Siti ada disana, dia lalu menghampiri keduanya, memberi salam dan bercengkrama.
Lain halnya dengan Zainab yang berusaha bersikap ramah, Aisha tak bisa menutupi kejengkelannya pada pasangan suami istri itu, hal ini diketahui oleh Alvian yang seolah sudah tahu akan kemarahan istrinya.
"Kemana anda saat kakak saya sakit dan membutuhkan suaminya?" tanya Aisha tiba-tiba membuat semua orang kaget.
Yusuf tampak bingung untuk menjawab.
"Suamiku harus merawatku juga kemarin. Aku juga sakit," jawab istri kedua Yusuf.
"Oh ya? Sakit apa? Parah? Apakah juga harus dirawat di Rumah Sakit?"
Keduanya tak menjawab.
"Aku sudah mengatakan itu pada Siti, katanya tidak apa-apa aku tidak bersamanya karena ada kalian yang merawatnya." Yusuf melihat Aisha.
"Jadi mentang-mentang ada kami anda melepas tanggung jawab anda sebagai suami?"
Zainab langsung berdiri menghampiri Aisha untuk memintanya berhenti.
"Jika kalian keberatan merawat Siti, kenapa tidak mengatakannya. Aku pasti akan datang dan merawatnya sendiri." Yusuf sedikit tersulut emosi.
"Kenapa kami harus keberatan mengurus saudara kami sendiri? Tapi seharusnya ada atau tidak ada kami, anda tetap harus bersamanya kan?"
"Apa menurut anda. Anda telah bersikap adil terhadap dua istri anda?" tanya Aisha kesal.
"Jangan bersikap tak adil dan condong kepada salah satu istri, karena di hari kiamat nanti dia akan datang dalam keadaan bahunya miring sebelah."
"Makanya jika tak mampu bersikap adil, Al-Qur'an sudah menyuruh untuk hanya memiliki satu istri saja."
Yusuf terlihat sangat marah, dia berjalan menghampiri Aisha.
Alvian dengan sigap menghadang Yusuf, berdiri di depan istrinya.
"Jangan mengajari aku bagaimana seharusnya aku memperlakukan kedua istriku." Yusuf melihat semua orang dengan kesal.
"Maaf tapi sepertinya anda memang perlu diajari," jawab Alvian.
jazakallahu khairan katsiran author atas pencerahan nya ,Alhamdulillah dapat ilmu yg lebih berharga dan banyak manfaat ,bunda ijin sharre yg buat anak anak bunda dan ygada di sekitar bunda yg memerlukan nya .....
smg jadi ladang pahala untuk author ...
🙏🏻🙏🏻🙏🏻💪👍❤️❤️😘🥰
dan kudukan anita di balas aisah dg kebaikan
smg dakinah mawadah warahmah .....
dan anita smg mendapakan jodoh lebih baik...