Pernikahan Paksa Natta Elizah

Pernikahan Paksa Natta Elizah

AWAL MULA

Di sebuah desa hidup keluarga terpandang, terkenal, kepala keluarga yang dikenal sebagai pemuka agama, keluarga itu dihormati dan juga dibenci.

Elizah adalah anak terakhir pasangan Anita dan Mirza. Elizah juga anak perempuan satu-satunya, anak mereka yang pertama dan kedua laki-laki, Rizqi dan Hasan.

Elizah adalah gadis yang cantik, dikenal sopan, seorang guru mengaji anak-anak di desanya. Elizah yang kini berusia 22 tahun pun sudah berulang kali diminta untuk dijadikan menantu, akan tetapi Mirza sudah memiliki pilihannya sendiri. Sementara Elizah, dia sudah menjatuhkan pilihannya pada sosok laki-laki yang sekarang bekerja di Dubai yang akan pulang sebentar lagi. Ali namanya, mereka tidak membuat ikatan secara resmi. Ali suka sekali mengirimkan Email untuk tahu bagaimana kondisi Elizah, dan Elizah menyambut serta membalas pesannya dengan sukarela.

“Berikan ini sama Abi,” ucap Anita memerintah.

“Iya, Umi.” Elizah menerima nampan berisi segelas air teh hangat. Ayahnya berada di teras, sedang menikmati udara pagi yang begitu segar karena semalaman turun hujan.

Mirza menoleh ketika anak perempuannya itu mendekat. Elizah tersenyum dan Mirza membalasnya.

“Hari ini kamu mengajar?” tanya Mirza.

“Iya, Bi.” Elizah meletakkan gelas teh.

“Sendirian?”

Elizah menggeleng-gelengkan kepalanya, “Susan sudah pulang. Elizah nggak bakal terlalu repot kalau ada Susan.”

Mirza mengangguk, ia meminta Elizah untuk berhati-hati karena perjalanan menuju tempatnya mengajar lumayan jauh dari rumah.

🍃🍃🍃🍃🍃

Setelah mengajar, Elizah dan Susan berjalan pulang bersama.

“Motormu kemana, Zah?” kata Susan.

“Di bengkel. Kemarin dibawa sama Abi buat dibenerin, tiba-tiba nggak nyala.” Elizah memijit pelipisnya.

“Kamu sakit, Zah?” Susan cemas, Elizah tersenyum.

“Cuman sedikit pusing saja,” katanya kemudian mereka mempercepat langkah.

Ketika melewati pos ronda, Susan mendengus ketika segerombol pemuda yang dikenal arogan menyerukan nama Elizah dan yang paling kencang adalah Faruq. Laki-laki itu memang sudah banyak yang tahu bahwa dia sangat mengidamkan Elizah, akan tetapi jelas dia jauh dari kriteria calon menantu yang diinginkan Mirza. Mirza bahkan memandangnya sebagai sampah masyarakat, biang kerok dan biang masalah.

“Elizah,” seru Faruq sambil melangkah menyusul Elizah dan Susan.

Susan langsung merangkul lengan sahabatnya, “jangan macam-macam kamu ya! Kamu juga tahu Elizah ini anaknya siapa, jangan songong!”

“Hush!” tegur Elizah, “kita pergi saja. Meladeni dia nggak bakalan ada selesainya.” Elizah berbisik-bisik dan menarik Susan tapi langkahnya dihadang Faruq.

“Faruq, saya sudah bosan banget setiap hari kamu gangguin terus!” Elizah berbicara dengan galak. Faruq malah tersenyum melihatnya.

“Kenapa kamu nggak pernah melihat aku sedikit saja, Zah? Aku telepon juga selalu kamu tolak, aku kirimi pesan kamu nggak pernah membalas.” Faruq menjelaskan perasaannya dengan suara yang dilembutkan.

“Elizah risih, Faruq. Perempuan mana yang suka digangguin.” Susan melotot dan Faruq mengabaikannya.

“Kasih saya kesempatan, Zah.” Langkahnya maju dan Elizah mundur menjauh.

“Kamu semakin nggak sopan, ya, Faruq!!!” bentak Susan.

“Aku cuman mau ngomong sebentar sama Elizah, bukan sama kamu, Susan!” Faruq dengan lancang menarik lengan Elizah. Elizah sudah mengepalkan tangan ingin memukul wajah lelaki itu, tapi Susan lebih dulu mendorong Faruq menjauh. Di pos ronda, teman-temannya Faruq berdiri karena melihat situasi sudah tidak terkendali. Hari ini sahabat mereka melewati batas.

“Zah,” ucap Faruq lembut. Mengabaikan emosi Susan dan Elizah menepis tangannya kasar.

“Jangan ganggu saya terus. Mengurusi kehidupan kamu sendiri saja belum bisa!” Sentak Elizah, Faruq tersengal mendengar cacian dari bibir merona sosok gadis pujaannya.

“Setiap hari kerjaannya cuman nongkrong dan mengganggu perempuan yang lewat apalagi kalau kamu berharap saya mau meladeni kamu. Jangan harap,” tegas Elizah mengungkapkan penolakan. Ia yang selama ini diam sudah tak tahan lagi karena diamnya dianggap sebagai sebuah tantangan bagi Faruq. Faruq malah semakin menjadi-jadi mengganggunya.

Faruq terdiam, menatap Elizah yang menatapnya ketus. Tak lama kemudian Elizah mengajak Susah pergi dan Faruq masih terus memandanginya dengan perasaan kecewa.

🍃🍃🍃

Malam hari, Mirza diundang untuk menghadiri acara syukuran di salah satu rumah warga. Dia yang menjadi pemimpin doa, sebagai seorang pemuka agama dia sangat dihormati. Sosoknya selalu ada di setiap acara.

Setelah acara selesai, beberapa orang tidak langsung pulang. Mereka memperpanjang obrolan sambil mencicipi jamuan dengan santai. Ketika pembahasan merujuk pada hakikat pernikahan, salah satu warga menyinggung Imran yang baru seminggu menikahkan anak semata wayangnya dan tadi sore, anaknya sudah melahirkan.

“Melahirkan?” ucap Mirza yang baru mengetahui kabar tersebut. Imran semakin menekuk wajahnya dalam-dalam, benar dengan perkataan Mirna istrinya. Dia seharusnya tidak datang, takut disinggung tentang anak mereka dan sekarang itu kejadian.

Imran tak menyangka bahwa kabar anaknya melahirkan bisa menyebar begitu cepat.

“Pak Imran tidak kesana? Melihat cucu pertama, apa Pak Imran tidak penasaran?” tutur Mirza dan dilanjutkan oleh yang lain.

“Semuanya sudah terjadi, Pak. Sekarang tinggal diterima saja.”

Wajah Imran semakin memerah, itu bukanlah sesuatu yang pantas dibahas saat ini. Imran merasa dipermalukan.

Mirza memang sosok pemuka agama, dihormati sekaligus dibenci. Ketenaran mengubah sifat manusia. Berilmu luhur belum tentu memiliki rasa empati pada sesama.

Karena sakit hati terus menerus aibnya dibahas. Imran memilih pamit dan Mirza menatap kepergiannya.

“Bagaimana hukumnya seorang anak yang lahir seperti itu, Ustadz? Cucunya pak Imran juga perempuan, ” tanya warga kepada Mirza.

“Anak itu tidak salah, yang bersalah adalah orang tuanya. Anak itu tetap anak sah nya, tapi nanti ketika dia dewasa dan hendak menikah, ayah biologisnya tidak akan bisa menjadi wali dalam pernikahannya.” Mirza menjelaskan sambil melepas kacamatanya. Tubuh gemuknya terasa semakin berat, dia terlalu banyak memakan kue cincin yang disuguhkan.

“Kalau begitu, nanti semua orang tahu kalau anak itu anak hasil hubungan diluar nikah.”

Mirza mengangguk lagi, “itu risiko. Lebih baik malu daripada membuat anak turunannya berzina terus-menerus.” Tutup Mirza dan semua orang mangut-mangut.

🍃🍃🍃

“Sudah ibu bilang jangan datang. Mau kita tutupi bagaimana juga tetap saja semua orang tahu kalau anak kita melahirkan setelah seminggu dinikahkan,” jerit pilu Mirna dan Imran diam. Tatapan matanya kosong.

“Mereka benar-benar mempermalukan kita, terutama Ustadz Mirza. Seharusnya dia menjadi penengah, bukan ikut-ikutan.” Imran mengepalkan tangannya. Pikirannya diliputi dengan dendam.

“Sudah lama Ibu nggak suka sama ustadz Mirza itu. Mulutnya nggak bisa dijaga, mentang-mentang dia pintar agama jadi seenaknya. Mau anak kita hamil, kek! Mau beranak, kek! Bukan urusan dia menjadikan semua itu bahan obrolan sama bapak-bapak yang lain. Dia juga punya anak perempuan!” kesal Mirna dan Imran hanya mendengarkan ocehan istrinya itu.

🍃🍃

Waktu berlalu, hari ini Elizah dan Susan pergi menggunakan Bus. Mereka pergi ke pasar modern, membeli barang yang mereka perlukan untuk kelas mengajar mereka esok. Elizah juga membeli camilan titipan Mirza.

Setelah Bus muncul, mereka melambai dan Bus berhenti. Mereka naik bergantian. Susan mendapatkan tempat duduk tapi Elizah tidak.

“Aku berdiri saja.” Elizah tersenyum dan Susan menyapu setiap bangku, tak ada yang kosong.

Bus kemudian melaju dan tidak lama berhenti karena satu penumpang meminta turun. Elizah tersenyum karena dia akan mendapatkan tempat duduk. Akan tetapi, ketika dia memegang sandaran bangku yang kosong itu, penumpang lain menyerobot seenaknya.

“Maaf, Mas. Teman saya duluan.”  Susan menegur dan pria itu menoleh.

“Saya yang lebih dulu duduk di sini.” Pria itu bersikeras dan Elizah tidak mau membuang-buang tenaga untuk berdebat.

“Aku berdiri saja, San. Nggak apa-apa kok!” Elizah meyakinkan sambil tersenyum tapi Susan tetap saja jengkel.

Pria berkacamata hitam itu tidak peduli, menyilangkan kedua tangannya di depan dada kemudian dia tertidur.

Elizah mendelik melihat pria yang tidak memiliki rasa kasihan kepada seorang perempuan seperti dirinya. Laki-laki egois! Elizah sangat kesal.

Ketika mereka hampir sampai, Elizah dan Susan berjalan ke depan, bersiap untuk turun. Setelah turun, Susan menoleh karena pria tadi juga turun bersama mereka.

“Apa dia orang sini?” bisik Susan dan Elizah menoleh sekilas, melihat siapa yang dimaksud oleh Susan.

“Aku baru pertama kali melihat dia. Itu bukan urusan kita, San. Biar saja.” Elizah membetulkan posisi tali tas ranselnya yang mengendur, terlalu banyak beban yang dia bawa.

Susan mangut-mangut. Sebentar lagi Elizah dan Susan akan berpisah di pertigaan, Elizah tersenyum hangat ketika melihat Mirna istrinya Imran. Akan tetapi Mirna menunjukkan respons yang tidak ramah.

“Anak Ustadz keluyuran! Sore begini baru pulang,” celetuk Mirna dan celetukannya tertangkap basah oleh pendengaran Elizah.

“Maaf, Bi. Apa yang Bibi maksud barusan?” tanya Elizah membuat Mirna berhenti di hadapannya.

“Kamu ini anak ustadz Mirza, orang terpandang, mengajar mengaji. Apa bisa mencontohkan hal yang baik untuk para gadis yang lain dan murid-murid kamu?” sembur Mirna dan Elizah tetap mencoba tersenyum, senyuman pahit yang terukir di bibirnya.

Pria yang berjalan di belakang mereka pun tak sengaja mendengarkan makian Mirna untuk Elizah.

“Aku sama Elizah bukan habis keluyuran, Bi. Kenapa Bi Mirna ngomongnya kayak begitu?” sambung Susan dan Elizah meraih tangannya.

“Saya nggak ada urusan sama kamu, Susan. Harusnya Elizah tahu posisinya sebagai seorang anak Ustadz!” sentak Mirna.

“Apa karena saya anak seorang Ustadz, lantas saya nggak boleh keluar, Bi? Saya keluar juga karena ada urusan.” Elizah menjelaskan dengan tenang dan dia menunduk ketika pria tadi melewatinya.

“Jangan sok lugu, Zah. Jangan sok baik seperti orang tuamu itu,” maki Mirna kemudian dia pergi meninggalkan.

Elizah tersengal mendengar cacian Mirna. Dia merasa tidak pernah memiliki permasalahan dengan wanita paruh baya itu. Tapi mengapa Mirna sampai sebegitu mudah memakinya. Elizah jadi berpikir apakah ayahnya bermasalah dengan Mirna dan Mirna menumpahkan kekesalannya kepadanya? Elizah menebak-nebak.

Susan mengelus bahu Elizah.

“Bi Mirna nggak pernah kayak begitu sebelumnya, tapi setelah anaknya hamil di luar nikah dia memang jadi minder, jarang keluar. Mungkin dia merasa aib yang diperbuat oleh anaknya membuat pandangan semua orang hina sama keluarganya. Padahal, nggak semua orang begitu.” Susan berusaha menenangkan Elizah yang sudah memerah matanya.

Elizah bungkam sampai dia dan Susan berpisah, Elizah tak kuasa menahan air matanya yang langsung dia usap sampai tak berjejak.

Sesampainya di rumah, Elizah cemberut dan Anita menanyainya.

“Kenapa kamu, Zah. Pulang-pulang cemberut begitu,” tutur Anita dan Elizah duduk sambil memangku dagunya.

“Abi sama pak Imran lagi ada masalah, Bu?” tanya Elizah penasaran.

Anita menggeleng dengan ragu.

“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Anita duduk di sebelah Elizah.

Elizah diam sejenak sampai kemudian dia berkata jujur.

“Bi Mirna marah-marah nggak jelas sama aku. Tadi kami ketemu di jalan, aku merasa nggak punya masalah sama Bi Mirna. Kita ngobrol juga sekadar menyapa aja, nggak pernah lebih dari itu.” Elizah tertunduk sedih, dia sangat sensitif, selalu dalam memikirkan apa yang dikatakan orang lain padanya.

“Ibu nggak tahu. Nanti coba, deh, Ibu tanyain sama Abi.”

Elizah membulatkan matanya.

“Jangan, Bu. Nanti Abi marah, mungkin cuman salah paham. Semoga saja nanti Bi Mirna biasa lagi sama Elizah,” ungkapnya dengan suara berat. Anita memeluk bahunya dan berpikir keras ada masalah apa antara Mirza dan keluarga Imran.

Terpopuler

Comments

🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🏘⃝Aⁿᵘ❤ning🍀⃝⃟💙🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🏘⃝Aⁿᵘ❤ning🍀⃝⃟💙🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

banyak emang tokoh agama modelan gini... tau ilmunya aja tapi penerapan dlm hidup sehari-hari mah nol alias no action talk only...

2024-07-22

1

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

rata2 begitu ya yang bermasalah ortu nya tapi anaknya juga kena ...padahal gak tau apa2

2024-07-21

0

SUMI 🐊🐊

SUMI 🐊🐊

banyak sih manusia bgtu,, keluarga dia yg ada 'masalah' tp ngelampiaskan nya k org lain

2024-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!