Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14_Makin Besar
"Papa dengar kalau Maura masih kerja di kantor?" tanya appa Brian yang memang terlihat lebih kalem.
"Hm." jawab Bara singkat karena memang pertanyaan papa benar.
"Kenapa masih kerja? Memangnya kamu tidak bisa membiayai kehidupan keluarga kecil kalian? Atau jangan jangan kau pelit kepada istrimu?!" terka papa Brian yang entah kenapa hari ini seperti mama Wina yang begitu cerewet dan kepo sekali itu.
"Dia yang mau, dan Bara sudah kasih semua fasilitas yang ada ya." ucap Bara tidak mau disalahkan.
"Oh kirain."
Akhirnya pembahasan anak dan papa itu pun berlanjut, bahkan papa Brian bertanya tentang perusahaan.
Hingga siang hari cuaca masih terlihat panas Bara naik ke atas membangunkan sang istri untuk makan siang karena sang mama tadi menyuruhnya untuk membangunkan sang istri.
CEKLEK
Saat bara membuka pintu kamarnya, dia bisa melihat sang istri yang tertidur begitu pulas, bahkan posisinya tidak berubah setelah Bara beberapa saat berada di sana mengamati sang istri.
"Hey bangun yuk." panggil Bara lembut sambil terus mengusap lembut surai sang istri dan jangan tanyakan bagaimana bibirnya yang terus menghujami Maura dengan ciuman baik di pipi, hidung, mata hingga bibir sang istri.
"Anggggh." lengkuh Maura saat dia merasakan sakit di lehernya, dia membuka mata ternyata sang suami yang sedang memberikan tanda kiss mark di lehernya.
"Bagus." ucap Bara merasa puas dengan maha karyanya.
"Mas," lirih Maura.
"Ayo turun buat makan siang, tadi mama nyuruh aku buat bangunin kamu." ucap Bara yang entah mengapa tiba-tiba berbicara non formal.
"Aku? Kamu?" Maura keheranan.
"Udah jangan di bahas, sekarang benarkan pakaianmu atau kamu tidak mau aku makan sekarang." seru Bara berusaha untuk menepis rasa keingintahuannya.
Dia pria normal yang pasti akan tergoda dengan wanita di depannya itu, apa lagi baju Maura yang sedikit tersingkap membuat imajinasinya berkeliaran.
Setelah bersiap akhirnya Maura dan Bara pun turun ke bawah dengan Bara yang menggandeng tangan Maura begitu posesif sekali.
"Cie makin besar aja tuh tanda!" ejek Bianca melihat tanda kebiruan di leher kakak iparnya itu.
Sebenarnya Maura merasa malu karena ucapan adik iparnya itu, sebenarnya dia ingin menutupi lehernya dengan foundation atau syal yang setidaknya tidak membuat tanda di lehernya itu terlalu nampak, tapi seperti nya sang suami tidak suka sehingga melarang nya untuk memakai apapun dan keluar dengan santainya.
"Udah jangan bahas itu, yuk sekarang makan dulu setelah itu kita ke kebun teh yang kebetulan sekali hari ini ada panen daun teh loh." ucap mama Wina mengalihkan pembicaraan adik dan kakak itu.
Maura makan dengan lahap, sesekali Bara akan memperhatikan sang istri dengan memberikan lauk pauk yang begitu banyak di meja, seperti saat ini dia sedang mengupayakan udang untuk istrinya.
"Mas udah mas, aku udah kenyang dari tadi kamu tambahin terus." ucap Maura karena dari tadi dia makan terus.
Makan siang pun selesai dan sekarang Maura, Bianca dan Bara akan pergi terlebih dahulu ke kebun teh yang kebetulan akan panen, sedangkan mama Wina menunggu sang suami yang sedang ada meeting sebentar dengan rekan kerjanya.
Walau papa Brian sudah pensiun dari dunia bisnis dan di lanjutkan oleh Bara, tapi appa Brian tetap melakukan kerja sama dengan partner bisnis nya yang dahulu, dan akan di teruskan nanti kepada Bara.
"Kak ayo ke sana!" akan Bianca saat mereka bertiga sudah berada di kebun teh milik keluarga Anderson, di mana kebun tersebut terbentang luas di sekeliling villa mereka.
.
.
Bersambung.....