Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 08
Yang terjadi saat ini bukanlah yang Rumi harapkan ketika dirinya memutuskan keluar rumah untuk mencari penghiburan. Rumi memang berencana untuk makan juga, tapi bukan makan dengan dua orang asing yang telah ia tolong beberapa waktu lalu ini.
Iya, saat ini Rumi sedang melipir ke salah satu restoran yang menyediakan banyak sekali jenis makanan Indonesia. Kunjungannya kemari juga atas permintaan wanita paruh baya yang katanya ingin menyampaikan rasa terima kasihnya dengan cara yang lebih baik lagi.
"Pesan saja apapun yang kamu mau." Sekali lagi wanita yang Rumi ketahui bernama Lisa itu mengingatkan dirinya agar tidak perlu sungkan.
"Iya, Bu. Saya cuma lagi bingung mau makan yang mana." Ucapan Rumi yang satu ini justru mendapatkan kekehan pelan dari Lisa. Entah bagian mana yang lucu, Rumi pun tak tahu.
"Oma, Joyie ingin makan yang ini." Berbeda dengan Rumi yang masih dibuat bingung, si kecil Joyie malah sudah memutuskan ingin makan apa saat ini.
"Iya boleh, nanti Oma sampaikan pesanannya Joyie ya." Karena sudah membuat keputusan, Joyie lantas kembali memusatkan indera penglihatannya kepada Rumi yang duduk tepat di depannya.
Sepasang netra bulat itu nampak begitu berbinar, seolah ia tengah melihat ke arah sesuatu yang amat ia sukai. Mungkinkah Joyie menyukai Rumi yang baru saja ia temui hari ini?
"Saya yang ini saja, Bu." Setelah sekian lama, akhirnya Rumi memutuskan untuk memesan nasi gudeg dan juga secangkir jus jeruk.
"Mas." Karena semua orang sudah tau ingin makan apa, maka yang Lisa lakukan selanjutnya adalah memanggil sang pelayan karena dirinya lah yang akan berbicara dengan orang itu nanti.
"Maaf Mas, es jeruknya enggak usah pakai gula ya. Makasih." Saat si pelayan menyebutkan kembali pesanan mereka, Rumi langsung mengoreksi pesanannya karena ia memang lebih menyukai jus tanpa tambahan gula.
"Oh ya ampun saya sampai lupa. Kita sudah sampai di sini tapi belum saling berkenalan ya ternyata." Kalau saja Lisa tidak mengingatkan, tentu Rumi pun tidak akan tahu kalau ternyata mereka belum berkenalan sama sekali.
"Ah iya, maaf Bu. Nama saya Rumi Althea, biasanya dipanggil Rumi." Demi kesopanan yang selama ini Rumi junjung tinggi, ia langsung berdiri sebelum akhirnya menjulurkan tangan bermaksud mengajak Lisa untuk bersalaman.
"Sepertinya saya tidak asing dengan nama kamu. Saya pernah dengar dimana ya?" Alih-alih memperkenalkan namanya pada Rumi, Lisa malah dibuat kembali berpikir untuk mencari tahu dimana sekiranya ia mendengar nama itu.
"Oh iya! Saya ingat sekarang, kamu ini anaknya Nirma kan?" Tak membutuhkan waktu yang lama, Lisa telah berhasil memanggil semua ingatannya dan menemukan fakta bahwa gadis yang ada di hadapannya saat ini adalah anak dari teman baiknya.
"Eh? Iya, benar Bu. Ibu kenal dengan Bundanya saya?" Atmosfer yang tadinya terasa cukup kaku malah mencair dengan sendirinya, entah kenapa tapi yang pasti tembok yang tadinya ada di antara mereka seolah telah runtuh sepenuhnya.
"Aku loh temennya Bundamu, baru dua hari yang lalu kita ketemu kalau nggak salah." Baru bertemu dua hari yang lalu? Berarti orang ini yang ingin Bundanya waktu itu? Waktu dimana Rumi malah menemukan kalau Digo main gila di belakangnya.
Hey! Kenapa Rumi malah mengingat kejadian mengerikan itu sih? Kan niat hatinya Rumi segera move on, tapi kalau begini terus yang ada di semakin terpuruk nantinya.
"Tapi maaf sebelumnya, Bu. Saya dan Ibu ini belum pernah bertemu kan sebelumnya?" Rumi itu mengenal beberapa teman yang Bundanya miliki, namun ia tidak bisa ingat sama sekali dengan sosok Lisa ini makanya ia tidak mengenalinya sama sekali.
"Aduh jangan panggil Ibu kaya gitu lah, panggil tante aja ya biar kelihatannya lebih akrab. Kebetulan kita memang belum pernah ketemu sama sekali karena tante sama Bundamu itu juga jarang bisa ketemu." Begitu rupanya, pantas saja Rumi tidak pernah melihat Lisa dimana pun.
"Baru kemarin tante bilang pengen ketemu sama kamu, eh taunya kita malah duduk dan makan bareng sekarang." Jika dilihat dari bagaimana Lisa berbicara saat ini, wanita itu menunjukkan ketertarikannya pada Rumi dengan begitu gamblang.
Obrolan antara keduanya harus berhenti di sana karena ada dua orang pelayan yang datang dan menyajikan semua makanan yang telah mereka pesan. Tak lama setelahnya sang pelayan kembali pergi meninggalkan ketiga perempuan berbeda generasi itu di meja sana.
"Joyie makannya hati-hati ya, soalnya mienya masih panas." Suara yang berupa peringatan itu bukan berasal dari Lisa, melainkan dari Rumi yang entah kapan sudah membantu Joyie dengan makanannya.
"Ditiup dulu supaya mulutnya tidak panas." Pemandangan Rumi yang sedang membantu cucu cantiknya ini entah kenapa justru membuat Lisa merasa sangat bahagia di sana.
"Eh, maaf tante." Lisa langsung mengibaskan kedua tangannya untuk memberitahukan pada Rumi kalau apa yang ia lakukan barusan tidak salah sama sekali.
"Oma, mienya terlalu panjang. Joyie sulit untuk memakannya." Lagi, kedua orang dewasa yang ada di dekatnya kembali teralihkan perhatiannya pada Joyie yang sedang mengeluhkan mie miliknya.
"Sini biar kakak bantu potongin mienya." Tak ada yang meminta memang, namun Rumi melakukannya dengan senang hati. Ia juga nampak tidak menyadari kalau ada Lisa yang sedang memandangnya dalam diam.
"Coba dimakan dulu, kalau masih susah nanti kasih tau ke kakak ya supaya dipotong lagi mienya." Mungkin bagi sebagian orang apa yang sedang Rumi lakukan saat ini biasa saja, namun bagi Lisa sendiri hal ini sangatlah luar biasa.
Ditambah lagi dengan fakta kalau Joyie itu tidak mudah untuk bisa berinteraksi dengan orang baru. Namun lihatlah yang ia temukan sekarang ini, Joyie malah terlihat begitu akrab dengan Rumi yang masih memperhatikan dan total abai dengan makanannya sendiri.
"Tidak susah lagi, terima kasih kakak." Senyuman Rumi mengembang dengan sendirinya kala mendapatkan ucapan terima kasih yang terdengar sangat tulus itu.
"Tante kok belum makan? Nanti kalau nasinya dingin jadi kurang enak loh." Setelah menyelesaikan urusannya dengan Joyie, barulah Rumi tersadar kalau Lisa pun belum menyentuh makanannya sama sekali.
"Kamu juga belum makan itu." Lucu sekali, bisa-bisanya Rumi mengingatkan Lisa saat dimana makanannya pun belum tersentuh sama sekali.
"Iya, ini saya makan sekarang." Bisa saja Lisa menunggu dirinya juga, maka dari itu Rumi mulai menyantap makanan miliknya lalu diikuti pula oleh Lisa.
Tiga orang yang baru bertemu itu mulai sibuk dengan makanan masing-masing, setidaknya dua menit pertama bagi Rumi karena setelahnya ia kembali menumpukan fokus pada Joyie yang lagi-lagi terlihat kesulitan memotong telur rebus yang ada di sana.
Sekali lagi, Lisa memandang ke arah keduanya dengan ujung bibir yang sudah membentuk senyuman yang begitu cantik. Hatinya juga seketika menghangat kala melihat Joyie yang juga tersenyum ke arah Rumi.
Jika orang lain melihat, mungkin mereka akan mengira kalau Rumi dan Joyie adalah pasangan Ibu dan anak. Tapi tidak, mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan bertemu hari ini.
Di dalam kepalanya, Lisa sedang memikirkan skenario yang justru membuat senyumannya semakin melebar. Lisa ingin sekali mempertemukan Rumi dengan putranya dan menyuruh keduanya untuk menikah saja karena menurut Lisa kedua orang ini pasti akan cocok satu sama lainnya.
Namun keinginan Lisa yang barusan itu harus dikubur dalam-dalam ketika ia mengingat kalau Nirma—Bundanya Rumi pernah berkata kalau Rumi itu sudah memiliki kekasih dan sedang menunggu pria itu untuk melamarnya.
Hah, kenapa disaat sudah menemukan orang yang cocok seperti ini, Lisa malah tidak bisa menjadikannya sebagai menantu. Rasanya sangat disayangkan, apalagi Lisa juga tahu bagaimana bibit bobotnya Rumi.
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih