Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Jelaskan maksud perkataanmu tadi?"
Lio kembali bertanya karena melihat Arneta diam saja, di saat ia terkejut dan bingung dengan tuduhan wanita itu yang mengatakan kalau dirinyalah penyebab Arneta menjadi seorang wanita murahan. Padahal jelas-jelas wanita tersebut sudah menjadi seorang wanita murahan jauh sebelum mereka terlibat scandal malam panas beberapa tahun yang lalu.
Bahkan Arneta kerap terlibat affair dengan rekan kerjanya, sampai Bara memutuskan untuk berpisah. Dan jika dipikir-pikir mungkin ia adalah pria ke seratus yang meniduri Arneta atau bahkan lebih mengingat begitu murahannya wanita tersebut.
"Aku.., maksudku," Arneta mengigit bibirnya dengan gugup. "Tadi aku salah berucap karena sangat takut. Sebenarnya yang ingin aku katakan adalah aku tidak mau di sentuh olehmu, karena jika itu sampai terjadi maka aku akan kembali menjadi seorang wanita murahan," jelasnya dengan kalimat yang terbata-bata.
"Benarkah begitu?" tanya Lio dengan tak percaya, karena jelas-jelas ia mendengar tuduhan Arneta tadi yang diselimuti oleh kemarahan.
Arneta menganggukkan kepalanya, berharap Lio mau mempercayai kebohongan yang telah dikatakannya. Karena tidak mungkin Arneta mengatakan yang sebenarnya tentang masa lalunya yang berkaitan dengan pria itu. Masa lalu di mana awal terbentuknya seorang Arneta menjadi seorang wanita murahan yang haus akan belaian seorang pria.
Lio pun terdiam dengan tatapan menelisik tajam pada Arneta, untuk mencari kebohongan di wajah wanita tersebut. Namun sialnya Arneta menunduk hingga ia kesulitan untuk mengetahui wanita itu tengah berbohong atau tidak.
"Sekarang pergilah!" usir Lio dengan membalik badan.
Tanpa ingin mencari tahu lagi apakah perkataan Arneta benar atau tidak, karena ia menganggap apa pun yang berkaitan dengan wanita tersebut tidaklah penting. Bahkan hasrat untuk menyentuh Arneta karena ingin memberikan pelajaran pada wanita tersebut, sudah hilang berganti dengan kekesalan.
"Aku...."
"Tunggu apalagi, cepat keluar!" usir Lio kembali.
"Tapi aku tidak bisa keluar dengan pakaian seperti ini," lirih Arneta dengan tangan yang masih menutupi tubuh depannya.
"Alasan..." Lio pun membalik badan untuk menatap Arneta.
Betapa terkejutnya ia saat melihat penampilan wanita itu yang begitu memilukan. Wajah cantik Arneta terlihat sembab dengan air mata yang menetes di kedua pipinya, bibir merah yang sedang terisak kecil itu terlihat bengkak dengan rambut panjang yang acak-acakan. Bahkan pakaian yang melekat di tubuh Arneta pun terlihat sudah tak berbetuk, hingga ia bisa melihat tubuh putih mulus tersebut walaupun sudah ditutupi oleh kedua tangan.
Sungguh rasanya ingin sekali Lio mengumpat pada dirinya sendiri, karena sudah berbuat kasar dan sejauh itu pada Arneta. Padahal sejak dulu ia tidak pernah berbuat kasar pada seorang wanita, kecuali pada satu wanita di masa mudanya dulu.
"Tunggu di sini!"
Lio mengambil ponselnya menghubungi Yogi, meminta assiten pribadinya itu untuk membeli pakaian baru untuk Arneta. Karena tidak mungkin wanita tersebut keluar dengan penampilan seperti saat ini, bisa terjadi scandal jika itu sampai terjadi.
Suasana di ruangan kerja itu pun kini begitu hening. Hanya ada suara helaan napas kasar, juga isak tangis selama menunggu kedatangan Yogi. Dan saat asisten pribadi Lio itu datang, Arneta langsung mengganti pakaian lalu keluar dari ruangan tersebut dengan terburu-buru tanpa mengucapkan satu kata pun.
"Tuan, sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya Yogi setelah melihat Arneta meninggalkan ruangan tersebut.
Jujur sebenarnya Yogi merasa bingung saat mendapatkan perintah dari Lio untuk membeli pakaian wanita, dan kebingungan itu berganti dengan keterkejutan saat melihat Arneta keluar dari dalam toilet dengan menggunakan pakaian yang baru dibelinya.
"Sudahlah kau jangan banyak bertanya!" Lio yang tengah pusing memilih keluar dari ruang kerjanya. Namun langkah kakinya terhenti saat melewati meja kerja milik Arneta yang kosong. "Di mana dia?" tanyanya dalam hati dengan perasaan cemas.
Karena jujur Lio pun merasa bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya tadi pada Arneta, apalagi saat wanita itu begitu shock sampai tak berhenti menangis. Bahkan saat dirinya menyuruh Arneta untuk masuk ke dalam toilet saat Yogi datang, wanita itu masih menangis meskipun tanpa suara.
"Ah.. , ****! Aku ini kenapa? Kenapa jadi memikirkan wanita murahan itu!" umpatnya pada diri sendiri sembari beranjak dari tempat tersebut setelah menyadari ada perasaan bersalah yang hinggap di dadanya.
Kini Lio hanya berharap perasaan bersalah itu akan hilang dengan sendirinya. Namun ternyata harapan itu tidak terwujud, karena semakin hari Lio justru semakin merasa bersalah. Apalagi sudah dua hari ini Arneta tidak masuk kerja dengan alasan sakit.