Namaku Vira, seorang ibu dengan dua balita. Aku bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Ritme kerjaku tentu berbeda dengan ritme kerja suami yang seorang pegawai sebuah bank.
Sering jika aku tinggal dinas malam, anak-anak kutitipkan pada ibu mertua dengan alasan suami tak ingin direpotkan saat berangkat kerja keesokan hari karena aku belum pulang.
Pembawaanku yang supel dan ramah pada siapa saja, kadang disalah artikan.
Hingga ada seorang teman kerja sebut saja namanya Jonathan dengan jujur mengatakan kalau dia suka padaku. Segala macam cara dia lakukan untuk merengkuh hatiku.
Apa yang terjadi berikutnya? Lanjut baca di part demi part ya guyssss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Runyam
Kini Vira sedang berhadapan dengan kepala bagian HRD yang menatap dengan intens wajah Vira.
Dipandang seperti itu membuat Vira sedikit tak nyaman.
"Hhhhmmm setelah melihat curiculum vitae yang anda buat, sepertinya anda cocok untuk ditempatkan di IGD," kata sang HRD.
"Cuman saya hanya ingin memastikan status anda saja," korek sang kepala HRD.
"Kenapa tuan?" balas Vira.
Pria itu memandang Vira dengan aura yang berbeda. Ada seringai licik yang tak bisa dilukiskan kata.
"Begini, saya pastikan bahwa anda Vira Pangesti diterima di rumah sakit internasional ini. Tapi....," pria itu menjeda ucapannya.
Vira menatap dan menunggu kalimat lanjutan pria di depannya itu.
"Maaf tuan?" kata Vira setelah menunggu sekian menit.
"Akan saya hubungi personal ke nomor anda. Mulai besok anda bisa mengikuti training di rumah sakit ini," katanya mengakhiri sesi wawancara calon karyawan baru.
.
"Oh, ini karyawan rekomnya tuan Andreas?" celoteh salah satu teman senasib Vira. Sesama pegawai baru.
"Boleh juga sih tampangnya. Tapi tahu nggak kalian, kalau dia tuh jendes loh," kata cewek yang sepertinya menyindir Vira.
"Tau darimana?" tukas yang lain kepo. Vira hanya mendengarkan.
"Tau lah. Gue kemarin barengan wawancara sama dia. Dan nggak sengaja baca CV nya dia," imbuhnya seraya terbahak.
Hari pertama orientasi kerja, sudah seperti ini yak situasinya. Nggak jelas banget. Pikir Vira.
"Kalian ke sini mau ngegosip atau kerja?" terdengar suara bariton di belakang mereka.
"Eh, tuan Andreas. Selamat pagi," sapa cewek yang mengolok Vira barusan.
"Ayo Vira, aku tunjukkan ruangan kamu," ajak tuan Andreas tanpa memperdulikan sapaan cewek tadi.
"I... Iya.... Tuan," jawab Vira gugup.
"Huuuu......," sorak yang lain dengan maksud mengolok Vira.
"Kalian mau proses penerimaan kalian aku anulir," seru tuan Andreas dengan tegas.
"Tidaaaaakkkkkkk," jawab mereka kompak.
Rombongan pegawai baru itu pun mengikuti langkah tuan Andreas sesuai penempatan masing-masing.
Sejak saat itu kasak kusuk tentang Vira bukannya mereda, tapi malah semakin liar.
Seperti pagi itu, setelah semingguan Vira bekerja. Tuan Andreas menghampiri Vira yang sedang jaga pagi di IGD.
"Gimana Vir? Kerasan?" sapa tuan Andreas.
Vira mengangguk.
"Oh ya? Malam ini kita keluar yuk," ajak tuan Andreas berbisik.
Vira tersenyum kecut.
"Ingat Vir, kamu bisa masuk kerja di rumah sakit segedhe ini, semuanya karena aku," tandas tuan Andreas.
"Maksud tuan?" tanya Vira pura-pura tak mengerti.
"Issshhh, Aku tunggu balas budi kamu lah," lanjut tuan Andreas berbisik.
"Tuan, saya beneran tak mengerti maksud anda," perjelas Vira.
"Masak gitu aja tak mengerti sih. Apa harus aku perjelas?" pandangan tuan Andreas tak seperti tadi.
Selama mengikuti training, beberapa kali Vira menerima pesan pribadi dari tuan Andreas. Dan intinya mengajak Vira untuk keluar makan malam. Karena tuan Andreas merasa, Vira bisa kerja di rumah sakit ini karena jasanya sebagai orang dalam.
"Maaf tuan, tapi saya tak bisa," Vira mengungkapkan alasan seperti saat dirinya membalas pesan tuan Andreas.
"Tak ada alasan Vira. Atau nama kamu aku coret dari daftar pegawai baru," bisik tuan Andreas mengancam.
Vira menunduk.
Vira memang butuh kerjaan ini, apalagi kalau mengingat dua anak balitanya yang masih butuh susu dan diapers. Sementara Teddy, jangankan nafkah. Kasih kabar aja tak pernah. Gaji yang ditawarkan di sini lumayan, tak seperti di tempat kerjanya dulu.
"Jam berapa tuan?" balas Vira pelan.
"Nah gitu dong. Sebut alamat kamu, ntar aku jemput," kata tuan Andreas senang.
Teman-teman se ruangan menatap Vira dengan sinis.
Pasti mereka mengira, kalau rumor Vira memanfaatkan tuan Andreas benar adanya. Ditambah dengan status Vira, membuat berita negatif itu semakin meluas di kalangan rumah sakit.
Seorang pria menarik Vira yang tengah melamun sepeninggal tuan Andreas.
"Kamu itu bodoh atau memang tak tahu sih? Mau saja diajak si brengsek Andreas itu," suara bariton itu membuat Vira mendongak karena sangat mengenalnya.
"Kak Jo," ucap Vira.
"Iya, ini aku. Jonathan," tandas Jonathan dengan suara kesal.
"Kak Jo kerja di sini?" bukannya menjawab pertanyaan, Vira malah balik nanya.
Vira tak mengira akan bertemu dengan dokter Jo yang menghilang begitu saja sejak saat itu.
"Nggak," jawab singkat Jonathan.
"Terus? Ngapain?" tanya Vira heran.
"Aku residen bedah sekarang," jelas Jonathan.
"Kak Jo ambil spesialis? Kakak menghilang apa karena itu?" Vira masih penasaran.
Jonathan menyentil kening Vira.
"Punya anak dua, tapi lagaknya persis anaknya," olok Jonathan.
"Issshhh, apaan sih?" Vira mendengus kesal.
"Hubungi tuan Andreas, dan tolak permintaan dia," suruh Jonathan.
"Kak, aku takut dipecat. Aku masih training di sini," balas Vira cemberut.
"Apa kamu tak tahu, gosip kamu godain tuan Andreas?" tatapan tajam Jonathan tak bisa dihindari Vira.
"Tahu lah kak," tandas Vira.
"Nah itu kamu tahu. Kenapa kamu ladenin?" seru Jonathan.
"Emang aku bisa apa? Menolak?" tanya balik Vira.
"Vira,"
"Iya, aku tahu aku salah. Tapi apa aku punya kuasa? Aku butuh pekerjaan ini kak," kata Vira.
Dengan menolak ajakan tuan Andreas, Vira takut dipecat.
Jonathan menghela nafas.
"Apa perlu aku menghadap direkturnya?" balas Jonathan.
Vira menggeleng. Vira tak ingin dianggap kurang ajar, apalagi statusnya hanyalah pegawai baru.
"Eh, ngomong-ngomong kak Jo sudah berapa lama di sini?" Vira mengalihkan pokok pembicaraan.
"Yang pasti, lebih lama daripada kamu di sini," bilang Jonathan.
Vira mencebik kesal.
Jonathan mengacak rambut Vira kasar.
Sejak kamu datang pertama kali ke sini untuk masukkan berkas lamaran, aku sudah tahu Vira. Batin Jonathan.
Bahkan saat itu aku langsung menghadap si Mulya, dokter teman seangkatan Jonathan yang juga menjabat direktur rumah sakit ini.
Enak saja, si Andreas mengaku sebagai orang dalam yang merekomkan Vira masuk ke rumah sakit ini.
Jonathan muncul karena tak sengaja mendengar selentingan teman Vira yang bilang kalau Vira mau diajak dinner tuan Andreas.
"Mana ponsel kamu?" pinta Jonathan.
"Mau ngapain?" tanya balik Vira.
"Mana?" paksa Jonathan.
"Ngapain sih kak?" Vira kalah cepat, Jonathan berhasil mengambil ponsel dari saku baju Vira.
"Issshhh mana kak?" Vira berusaha mengambil ponsel yang diangkat tinggi oleh Jonathan. Tentu Vira tak bisa menggapai, karena kalah tinggi sama Jonathan yang punya postur di atas seratus delapan puluh centi.
Jonathan menekan nomor Andreas.
Tut.... Tut.... Tut....
"Kak," Vira tahu yang ditelpon oleh Jonathan.
Bisa runyam nih. Batin Vira.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Berusaha tuk up teratur... He... He...
Semoga saja bukan janji palsu author yaaahhhhh...
😜😜😜😜😜
apa kabar dgn Teddy ?
turuti saja apa kata Jonathan itu Vira,masak kamu gk tahu maksud dari Andreas.
jangan2 yg ditabrak Vira dr.Jo
thanks 🥰
bener apa kata Vano, pasti nama Vira sudah diblacklist jadi gk bisa diterima di rs manapun
dan sakitmu ini karena hubungan acdc mu selama ini Teddy.
Teddy sudah dalam kendali Daniel.
Ayo Vira ngomong jujur ke orangtua Teddy tentang statusmu, jangan ditutup2i