"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu dokter Richard
"Laura!" Pekik Arman panik saat melihat Laura tak sadarkan diri.
Arman langsung membopong tubuh Laura yang tak sadarkan diri menuju mobil, rumah sakit adalah tujuannya saat ini, karena Arman takut jika terjadi sesuatu dengan kandungan Laura.
"Halo Lia," Arman menghubungi Amalia, sedikit banyak Arman tahu jika Laura hanya sebatang kara di Bali, dari sang adik.
"Segera ke rumah sakit, Laura jatuh pingsan." Katanya sambil melirik Laura yang duduk di sisi kursi kemudi, Arman fokus mengemudi sambil mendengarkan Amalia yang terkejut ditelpon.
"Nanti saja ceritanya, kamu segera kerumah sakit dan bawa keperluan yang ada." Titahnya lagi sebelum mematikan sambungan telepon.
Arman menatap cemas Laura yang memejamkan matanya, siapa yang tidak akan iba saat tahu wanita seperti Laura hamil tanpa suami, bahkan wanita ini diuji dengan musibah yang baru saja terjadi.
Setelah beberapa menit mengendara, mobil yang Arman kendarai sampai diparkiran rumah sakit. Pria itu berteriak memanggil petugas medis, waktu menunjukan malam membuat keadaan sedikit sepi.
Arman segera menaruh Laura diatas brankar setelah perawat datang, mereka mendorong brankar Laura menuju unit gawat darurat.
"Tuan, tunggu diluar biar dokter melakukan pemeriksaan." Ucap suster saat Arman tak sadar ingin menerobos masuk.
"Selamatkan mereka sus." Pintanya dengan wajah cemas.
"Itu tugas kami tuan."
Pintu tertutup rapat, Arman mondar mandir didepan pintu dengan wajah cemas.
*
*
Negara yang menjadi tempat tinggal Jimmy, pria itu berjalan dengan pandangan lurus kedepan tanpa ada celah ramah diwajahnya. Aura yang dingin dan terlihat angkuh, Jimmy berjalan di lorong rumah sakit ternama di mana dokter Richard bekerja.
Setelah membuat janji, hari ini Jimmy bertemu dengan dokter Richard, dokter yang sebenarnya adalah dokter kepercayaan kelurga Richardo.
"Selamat datang tuan Jimmy." Seorang pria yang usianya lima tahun lebih tua dari Jimmy menyapanya dengan hangat.
Jimmy melepaskan kacamata hitamnya dan meyambut senyuman dokter Richard dengan sebuah pelukan hangat.
"Ada angin apa kamu datang membuat janji, tidak mungkin kan kamu datang hanya untuk main?" Tanya dokter Richard dengan senyum tipis.
Keduanya duduk di sofa, ruang kerja dokter Richard.
"Ya, dokter benar. Ada sesuatu hal yang harus aku pastikan."
"Tentang?" Dokter Richard mengerutkan alisnya.
Jimmy menarik napas panjang, rasanya begitu sulit untuk bicara namun ia tidak ingin menyesal nantinya jika semua yang ia pikirkan benar.
"Dua tahun lalu aku di vonis mandul."
Hening, tidak ada suara terkejut ataupun penasaran.
"Lalu?" jawab dokter Richard santai.
"Belum lama aku mengalami penyakit yang katanya Sindrom couvade, aku tidak percaya karena Celine memang tidak sedang hamil." Tuturnya dengan wajah sendu.
Dokter Richard hanya manggut-manggut, beliau menatap Jimmy dengan prihatin.
"Meskipun Sindrom couvade adalah mustahil bagi orang awam, namun di dunia medis memang ada, disebabkan karena seseorang telah hamil dan sebagian pria yang mengalami ngidam, dan ternyata kamu kandidat pria salah satunya." Dokter Richard tersenyum simpul.
"Tapi itu tidak mungkin," Jimmy merogoh sesuatu dari saku jasnya, "Ini keterangan dokter jika aku mandul, itu berarti aku tidak pernah akan memiliki keturunan." katanya dengan nada yakin, meskipun di sudut hati kecilnya Jimmy berharap akan memiliki kelurga dan anak sebagai pelengkap.
Dokter Richard memeriksa dengan seksama hasil pemeriksaan yang Jimmy lakukan, tidak ada yang janggal semua memang benar.
"Lalu apa yang kamu inginkan?"
*
*
Enghh
Laura meleguh sambil memegangi kepalanya yang pusing, matanya masih terpejam namun kerutan dikeningnya tampak begitu jelas.
"Mbak Laura," Gumam Amalia yang melihat Laura sadar.
Perlahan matanya terbuka, suasana warna putih dengan bau karbol khas rumah sakit tercium di hidung Laura.
"Mbak sudah bangun?" Amalia tersenyum senang, wajahnya yang tadi khawatir kini terlihat lega.
"Lia, kenapa aku bisa disini." Lirihnya dengan suara yang lemah.
Amalia membantu Laura yang hendak duduk, "Mbak pingsan saat di antar mas Arman pulang, jadi mas Arman bawa mbak Laura kerumah sakit." Tutur Amalia.
Perlahan Laura mengingat kejadian yang ia alami sebelum dirinya tak sadarkan diri. Tiba-tiba suara Isak tangis terdengar membuat Amalia seketika panik.
"Mbak yang tabah ya, semua sudah takdir yang kuasa." Amalia ikut menangis memeluk Laura.
Di ambang pintu seseorang sedang tersenyum sinis.
"Ini baru peringatan, mari aku tunjukan hukuman yang sebenarnya." Gumam Celine dengan senyuman penuh arti.
*
*
JANGAN lupa rating bintang 5, LIKE, komen dan Hadiannya sayang 😘😘😘😂