Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalian Sangat Cocok
Wuzhou dan Lu Yan turun dari mobil yang sama. Mereka segera memasuki arena pelatihan. Setiap mata memandang mereka dengan kagum.
Cahaya matahari menyinari wajah tampan Wuzhou. Wajahnya yang lembut, bersinar cerah dengan diikuti senyum hangat. Lu Yan yang berada di sampingnya melengkapi pagi yang cerah ini.
"Lu Yan, kalian sangat cocok," ucap salah satu teman Lu Yan yang datang menghampirinya.
Lu Yan yang mendengar hal itu tersipu. Ia juga tak segan-segan menggandeng lengan Wuzhou di depan umum. Semua orang sudah mengetahui hubungan mereka. Mereka juga tahu Lu Yan adalah tunangan Ling. Namun siapa yang peduli dengan seorang sampah.
Prok!
Prok!
"Dia benar. Kalian sangat cocok," ucap seseorang dari belakang sambil bertepuk tangan.
"Ka ... kakak," Wuzhou melepas gandengan Lu Yan saat melihat Ling.
"Mengapa kau gugup? Seperti baru ketahuan selingkuh saja," ucap Ling santai lalu meninggalkan mereka. Walau nada suaranya santai, tapi kilatan matanya tajam seperti ingin membunuh.
Lu Yan hanya bisa mengepalkan tangannya marah. Ia tak sempat membalas Ling karena banyak orang memperhatikan mereka.
Semua orang yang menyaksikan pemandangan ini membeku. Mereka mengerti maksud tersirat Ling. Bisikan-bisikan mulai muncul saat Ling sudah tak terlihat. Wuzhou dan Lu Yan sedang jadi perbincangan hangat pagi ini.
*
Ling memasuki salah satu ruangan di arena pelatihan. Ia berjalan ke ujung ruangan.
Brak!
Ling membanting tasnya ke meja. Suasana ruangan yang berisik seketika senyap. Mereka menatap pria tampan yang baru saja masuk. Tubuhnya tegap, tinggi, matanya hitam pekat. Rambutnya dibiarkan tak terlalu rapi. Senyumannya melengkung, dingin.
Yang datang ke arena pelatihan adalah pewaris keluarga besar. Mereka saling mengenal satu sama lain. Namun mereka tak mengenal pria yang sedang duduk di bagian belakang.
Another handsome man!
Semua orang mengakui ketampanan Wuzhou. Namun ia tak bisa dibandingkan dengan pria asing yang tampan ini. Perbandingannya terlalu jauh. Mereka tak berani membayangkannya.
Ketika itu Liam masuk dengan berlari kecil. Ia langsung berjalan dan duduk di samping pria asing itu. Orang di kelas yang awalnya membeku segera sadar.
"Tuan Zhuo, apakah kau tak akan mengenalkan kami dengan pria tampan di sampingmu?" ucap salah satu wanita yang terlihat genit.
"Oh, dia," Liam melirik Ling sebentar.
"Dia adalah Tuan Muda Chen, Chen Ling. Kenapa? Apa kalian tidak mengenalinya? Padahal dia hanya mengganti warna rambutnya tapi kalian sudah tidak mengenalinya," ucap Liam santai.
Chen Ling? Semua orang kembali membeku.
Mereka sangat sadar bahwa Ling adalah sampah dari keluarga Chen. Siapa yang tak tahu dia? Pria dengan rambut merah mencolok yang kegiatannya setiap hari hanya membuat onar di kota Urban. Wajahnya juga sangat buruk. Ia tak mewarisi kecantikan Nyonya Chen. Bagaimana bisa itu adalah Chen Ling? Hanya mengganti warna rambutnya menjadi hitam, ia sudah terlihat begitu berbeda dan tampan.
"Chen Ling!" seseorang memanggil Ling dengan nada jijik. Suaranya keras dan dalam. Matanya menatap tajam ke arah Ling. Dia pun langsung menghampiri Ling di ujung ruangan.
"Kau masih punya wajah untuk datang ke sini? Apa belum cukup guru menghina kebodohamu? Apa belum cukup kami memandang jijik dirimu? Apa kau juga ingin guru dari kota Bayangan menghinamu?" Lu Yan melontarkan kata-kata ejekan pada Ling.
Tatapan kagum pada Ling seketika berubah menjadi ejekan. Mereka juga ingat kejadian yang lalu. Kebodohan Ling hampir membuat mereka kehilangan guru hebat. Jika bukan karena Wuzhou berbakat, Tuan Ye tak mungkin mau bertahan di arena pelatihan kota Urban.
Apalagi guru kali ini dari kota Bayangan! Habislah riwayat mereka jika Ling menyinggung guru itu. Tatapan mereka menjadi semakin jijik.
Seorang wanita keriting berdiri. Ia melirik Ling dengan sinis.
"Benar. Aku tidak ingin sekelas dengan sampah. Ia hanya akan membuat onar dan mengacaukan kelas kita," ucapnya sambil mengeluarkan ponsel. "Aku akan menelepon ayahku untuk mengusir dia. Ayahku adalah pemodal besar di sini. Mengusir dia hanyalah hal kecil."
"Hanya karena kau keluarga Chen kau bisa seenaknya saja menghadiri arena pelatihan. Kau pikir arena pelatihan ini punya nenek moyangmu?" imbuh pemuda lain.
"Ya. Kami tak ingin sekelas dengan sampah sepertimu. Kami tak ingin terlibat masalah yang sama denganmu!" tambah yang lain.
Seisi kelas kembali menghina Ling. Kejadian di masa lalu terulang. Suara-suara di ruangan dan yang ada dipikirannya berdengung. Potongan-potongan kejadian terus tergambar di otaknya. Ia mengerjapkan mata untuk menghilangkan pusingnya.
Liam melirik Ling kasihan. Kejadian masa lalu masih terulang lagi. Ia tahu seberapa kuat Ling walau ia tak tahu tingkatannya. Namun melihat Ling yang sangat ahli membuat ramuan, harusnya ia sudah berada di tingkat 5 atau lebih.
Pusing di kepala Ling sudah mereda. Ia menundukkan kepalanya dan tertawa sinis. Saat ia menegakkan kepala, senyumnya seperti iblis. Awalnya tatapan kagum yang ia dapat. Semua orang ingin mengenalnya. Namun saat ini bahkan orang tak mau berada di satu ruangan yang sama dengannya.
Wanita itu menelepon ayahnya. "Halo ayah ...,"
Ling segera berdiri. Ia mengambil ponsel wanita itu dengan santai. Kemudian ia mengakhiri panggilan.
"Kau ...," wanita itu menekan suaranya dengan tajam berusaha menekan Ling. Ia ingin merebut kembali ponselnya.
Ling yang melihat ini sedikit muak. Ia melempar ponsel itu ke lantai dan menimbulkan ledakan. Kemudian ia memelintir tangan wanita itu dan memutarnya ke belakang.
"Aku tidak peduli ayahmu adalah pemodal besar di sini. Aku juga tidak peduli kau adalah wanita ...," Ling menjeda ucapannya. Ia menambah tekanan di tangan wanita itu. "Yang aku inginkan hanya menghadiri arena pelatihan dengan damai. Jika kau tidak mengganguku, aku juga tak akan mengganggumu. Itu juga berlaku untuk teman dan guru besar kebanggaan kotamu itu. Tak terkecuali guru yang kau bilang dari kota Bayangan itu."
"Bagaimanapun juga, menangani kalian adalah hal yang kecil bagiku," lanjutnya.
Matanya menyapu seluruh orang yang membeku di dalam ruangan. Senyumnya terlihat semakin menyeramkan.
"Sepertinya kalian mengerti kata-kataku," ucap Ling melepas cengkramannya pada wanita itu.
Brak!
Wanita itu jatuh tersungkur karena tak siap untuk dilepas. Ia ingin menangis tapi tak mampu mengeluarkan suara. Orang-orang di ruangan ingin melawan Ling tapi mengingat kejadian tadi mereka jadi tak punya nyali.
Tidak ada yang tahu akan berakhir begini. Orang yang selalu mereka anggap sampah ternyata mampu membuat mereka tertekan.
Ling kembali berjalan ke mejanya dengan cuek. Orang-orang tanpa sadar membuka jalan untuknya lewat. Ia memainkan ponselnya seolah tak terjadi apapun. Liam yang meliriknya tersenyum. Akhirnya ia bisa melihat lagi Ling bertindak saat ada orang yang menghinanya. Untungnya Ling tak terlalu menjadi gila.
Ingat kata-katanya, "bagaimanapun juga, mengakhiri kalian adalah hal kecil bagiku." Bukankah dia sangat keren?
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.