Setelah terbangun dari mimpi buruk di mana ia dibunuh oleh pria yang diam-diam ia kagumi, Ellison, Queen merasa dunianya berubah selamanya.
Sejak hari itu, Queen memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam kehidupan Ellison. Dia berhenti mengejar cintanya, bahkan saat Ellison dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Setiap kali bertemu Queen akan menghindar- rasa takutnya pada Ellison yang dingin dan kejam masih segar dalam ingatan.
Namun, segalanya berubah saat ketika keluarganya memaksa mereka. Kini, Queen harus menghadapi ketakutannya, hidup dalam bayang-bayang pria yang pernah menghancurkannya dalam mimpinya.
Bisakah Queen menemukan keberanian untuk melawan takdirnya? Mampukah dia membatalkan pertunangan ini atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Di tengah kegiatan kelas tiga yang ramai membimbing adik kelas, Queen dengan rambut coklat panjangnya, memilih duduk termenung di bangku panjang taman sekolah. Sejak dia berhenti mengganggu siswa lain, ia lebih sering terdiam, menatap hampa ke kejauhan.
Tiba-tiba, sosok dari belakang mendekat, mengenakan seragam yang berbeda.
" kak Alexi?"
Queen terkejut, mengenalinya sebagai kakak kelas yang pernah bertengkar dengannya dua minggu lalu di kantin. Saat itu juga, suasana hening di taman seolah memberi ruang untuk perbaikan hubungan.
"Boleh duduk?" tanya Alexi dengan hati-hati, sebuah senyuman kecil menghiasi wajahnya saat ia menoleh ke belakang, mencari isyarat penerimaan.
Alexi melangkah mendekat dan dengan ragu-ragu ia duduk di samping Queen .
Queen mengeluarkan sebuah permen dari saku jaketnya dan mengulurkannya ke arah Alexi.
"Katanya, rasa manis bisa meredakan kesedihan," ucapnya dengan suara yang pelan.
"kok tahu gue lagi sedih? " tanya Alexi sambil menerima permen itu dengan tangan yang sedikit gemetar dan memberi ucapan terima kasih yang terdengar patah-patah.
Keduanya terdiam sejenak, tenggelam dalam keheningan yang hanya sesekali terputus oleh suara angin. Ketegangan terasa menyelimuti udara sekitar mereka.
Tiba-tiba Alexi memecah keheningan itu, namanya dipanggil dengan lembut, "Vale."
Gadis itu menjawab panggilan itu hanya dengan sebuah dehem ringan, namun tetap memelihara jaraknya.
"Sebenarnya, gue tuh gak suka sama Lison," ungkap Alexi.
Queen memandanginya dengan mata yang teduh, "tahu, Kok," jawabnya cepat, tidak memberi kesempatan pada Alexi untuk mengelak atau menjelaskan lebih lanjut.
Alexi terbelalak, keheranannya terpancar jelas. "Lo tau?" tanyanya dengan nada yang meninggi.
Dengan anggukan yang penuh keyakinan, Queen melanjutkan, "Dan aku juga tahu, bahwa kakak suka sama Kak Dion."
Perkataan itu seperti petir di siang bolong bagi Alexi, membuatnya refleks membalikkan badannya, mata mereka kini bertemu.
"Dari mana lo tau?" gugatnya dengan raut wajah penuh tanda tanya."sedangkan gue enggak pernah bilang ke
siapa-siapa tentang perasaan gue,"
"Setiap kali kakak lihat kak Dion, mata kakak langsung teduh" ujar Queen.
"Hmm, mungkin juga kak Dion tak menyadari perasaan kakak, tapi dia mengartikannya sebagai sesuatu yang lain," gumamnya lagi, matanya menerawang seakan mencari jawaban di kejauhan.
Alexi menghela napas, hatinya gundah. " lo benar, udah dari dulu gue mencintai Dion dalam diam. Demi menghilangkan rasa ini, gue coba berhubungan dengan cowok lain, tapi gue tetap enggak bisa lupain Dion,"
"nasib kita juga sama kak," ucap Queen lirih.
"Ngomong-ngomong lo kenapa enggak marah lagi saat Rhea dekat sama Lison?lo enggak cinta lagi sama Lison?yang gue tahu lo itu tunangannya bukan?" tanya Alexi penasaran.
Queen tersenyum pahit, menggeleng pelan. "Sekarang gue sadar kak, semakin kita cari perhatian kepada mereka, semakin mereka muak liat kita. Jadi gue putusin untuk menjauh dari mereka,"
Alexi menatap Queen dengan kekaguman, rasa hormat muncul dalam sorot matanya. "Gue enggak nyangka lo memiliki pemikiran sebegitu dewasa,Vale."
"Terima kasih atas pujiannya, kak," balas Queen, senyum mereka berdua menyembunyikan luka di hati masing-masing.
Sambil merenung, Alexi bertanya lagi, berusaha mencari validasi, "Menurut lo, salahkah gue mencintai Dion? Asal lo tahu, gue sudah menyukainya saat masih SMP."
" Mencintai seseorang itu gak salah kak tapi cara kita yang salah, selalu menganggu mereka hingga mereka merasa risih dan benci sama kita." jawab Queen sambil tersenyum manis.
" Menurut lo, gue harus gimana? "
Queen tidak langsung menjawab tapi dia diam beberapa saat mencerna pertanyaan Alexi dan memikirkan jawaban yang tepat.
" Minta maaf kepada mereka, kalo kakak merasa lelah dengan perasaan kakak, bisa berhenti kok. Jangan memaksakan diri, itu tak akan baik untuk hati kakak" Jelas Queen panjang lebar.
Lalu berkata, " Ikutin kata hati kakak, kayak gue gitu."celetuk Queen membuat Alexi juga ikut tertawa.
"Lo mau enggak temanin gue?" Tanya Alexi.
"Kemana kak?" tanya Queen penasaran.
Alexi tersenyum kecut berkata, "temani gue ketemu sama mereka di rooftop,"
Dengan cepat Queen menggeleng membuat Alexi hanya menaikan sebelah alisnya. "Gue enggak mau kak. Kakak sendiri aja,"
"Aneh lo," cibir Alexi.
seru cerita nya🙏
GK jd mewek UIN🤭
ko ada aja yg GK suka