Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Bukan tanpa alasan Alfath mengatakan seperti itu, melainkan agar abangnya berhenti mencemburui nya. Sumpah, gara-gara dikit-dikit dicemburuin, dia jadi bingung mau bersikap. Mana kalau udah sama Lula, sering lepas kontrol lagi kalau becanda. Tapi dia senang melihat abangnya cemburu, itu artinya, abangnya sudah benar-benar mencintai Alula. Kasihankan, kalah cinta Alula bertepuk sebelah tangan? Mana udah mentok lagi cintanya, bucin akut.
"Loh, tadi bilangnya cuma temen," kata Alula.
"Temen atau pacar nih yang bener?" Abang Ay mengerutkan kening. "Jangan-jangan, bohong lagi, kayak yang dulu."
Alfath tersenyum kecut saat kebohongannya tempo hari ketahuan. Ngaku udah move on dan punya pacar, eh.... gak bisa buktiin.
"Yang ini beneran, Bang. Iya, gak, Han?" Alfath tersenyum manis sambil menatap Kimmy. Panik karena tak segera dijawab, dia menendang kaki Kimmy lumayan kencang sampai gadis itu meringis. Dia menatap penuh arti. Tatapan yang seakan berbicara, buruan jawab.
"I-iya," sahut Kimmy sambil tersenyum absurd.
"Eh tunggu-tunggu," Alula menginterupsi.
Apaan lagi nih si Lula. Jangan sampai dia ngehancurin drama gue.
"Namanya siapa sih? Tadi katanya Kimmy, kok kamu manggilnya Han?"
Alfath memutar kedua bola matanya malas.
"Honey bego," Alfath memelankan suaranya saat bilang bego, biar abangnya gak mendengar. Bisa ngereok nanti dia bininya dikatain bego. "Panggilan sayang aku ke, Kim."
"Oh.. " Alula manggut-manggut. "Mas," dia lalu menatap kearah Aydin. "Kamu kok gak ada panggilan sayang sih ke aku?"
"Panggilan gak penting, yang penting intinya aku sayang. Gak usah diribetin hal-hal gak penting." Aydin memang sesimpel itu orangnya. Tapi itu dulu, sekarang jadi agak ribet setelah nikah sama Alula. Lebih tepatnya ribet ngurusin hati yang gak bisa dicegah untuk cemburu. Kadang dia juga sebal, bisa-bisanya dia bucin pada cewek modelan Alula.
"Gak romantis," Alula mendengus kesal.
Ting tong ting tong
"Assalamu'alaikum."
Suara bel beserta salam menghentikan obrolan mereka. Bi Nunung yang berada di dapur langsung keluar untuk melihat siapa yang datang. Ternyata, Pak Bram yang datang untuk menjemput Kimmy.
Karena Dokter Bramantyo sudah lumayan sering kesini, Bi Nunung mengajaknya langsung ke ruang makan untuk bertemu Kimmy dan lainnya. Kebetulan juga, Kimmy belum selesai makannya.
"Loh, Dokter Aydin," Pak Bram terkejut melihat ada Aydin di sana.
"Dokter Bramantyo." Aydin menghampiri Pak Bram, niatnya ingin menyalami, namun langsung dipeluk oleh pria tersebut. "Apa kabar, Dok, lama gak ketemu?"
"Alhamdulillah, sehat. Dokter sendiri gimana?"
"Sehat juga."
Kimmy dan Alfath saling bertatapan melihat kedua orang tersebut ternyata kenal.
"Kok ada disini?" tanya Pak Bram.
"Saya keponakannya Dokter Raka."
"Hah!" Pak Bram terkejut. "Jangan bilang kalau Dokter kakaknya... "
"Saya kakaknya Alfath," sahut Aydin sambil menoleh ke arah Alfath.
"Astaga, ternyata dunia ini sangat sempit," Pak Bram tersenyum sambil geleng-geleng. Dulu pertama kali mereka kenal, saat Aydin masih koas di salah satu rumah sakit di Bandung. Diantara para mahasiswa koas, Aydin memang yang paling mencolok, selain karena tampan, juga merupakan yang paling pintar. Dan beberapa bulan yang lalu, mereka juga sempat bertemu lagi di sebuah seminar.
Kimmy yang sejak tadi belum selesai makan, segera menghabiskan makanannya. Sementara Alfath, pergi untuk memanggil Om Raka sesuai permintaan pria tersebut.
Alula berdiri untuk menyalami Pak Bram.
"Kenalin, ini istri saya," ucap Aydin.
"Loh, udah nikah to," cukup terkejut juga Pak Bram mengetahui Aydin nikah muda. Padahal dia fikir, Aydin akan sibuk mengejar karier. "Yah, padahal dulunya pengen saya jodohin sama anak perawan saya, si Kim," dia menunjuk dagu ke arah Kimmy.
"Sudah sold out," Alula tersenyum simpul sembari memegang lengan Aydin. Sisi posesifnya langsung keluar. "Nikahin saja sama, Al, kan mereka pacaran."
Huk huk huk
Kimmy langsung keselek mendengar Alula menyarankan papanya agar menikahkan dia dengan Alfath. Waduh, drama bakalan makin panjang nih kayaknya.
"Pacaran?" Pak Bram mengerutkan kening. Dia memang tak tahu tentang ini, karena setahu dia, Kimmy masih pacaran dengan si berandal Farel, makanya mau dimasukin pesantren biar pisah.
"Loh, emang gak tahu?" tanya Aydin.
Pak Bram menggeleng. "Beneran, Kim, kamu pacaran sama Al?"
Ditodong langsung seperti itu, membuat Kimmy bingung. Dia menggigit bibir bawahnya, bingung harus jawab apa. Kalau dijawab tidak, takutnya Alfath marah karena kebohongannya terbongkar. Kalau dijawab iya, makin panjang dong, kebohongannya. Dia sendiri belum tahu apa alasan Alfath mengakuinya sebagai pacar.
"I-iya, Pah," jawab Kimmy pada akhirnya.
"Kirain Pak Bram udah tahu, soalnya Kimmy udah diajakan main kesini sama Al. Lah, itu anaknya," Aydin menatap ke arah Alfath yang baru muncul bersama Om Raka. "Al, macarin anak gadis orang kok gak izin sama bapaknya sih."
Waduh, perasaan Alfath mendadak gak enak. Dia tersenyum simpul sambil mengusap tengkuk. Sudah ngomong apa aja abangnya dengan Pak Bram saat dia tak ada.
Om Raka menyalami Pak Bram, begitupun dengan Alfath.
"Sejak kapan pacaran sama, Kim?" Pak Bram menepuk lengan Alfath beberapa kali. Tak ada raut marah di wajah pria itu, justru yang ada malah senyuman hangat.
Alfath tersenyum simpul, bingung harus lanjut bohong atau gimana.
"Al, disuruh nikah sama Kim kamu," celetuk Alula. "Dari dulu kamu suka ngomong pengen nikah muda kan, tuh, udah dapat lampu hijau."
Mampus, ngomong apaan si Lula.
"Apaan sih, La, Kimmy itu masih sekolah," sahut Alfath.
"Tapi Om setuju kok, kalau kalian menikah," Pak Bram malah mendukung.
Alfath tertawa absurd, dalam hati mengutuk dirinya sendiri yang telah menciptakan kebohongan. Ini namanya bukan mulutmu harimaumu, tapi mulutmu jebakan batmanmu.
"Dari pada pacaran, dosa. Belum lagi kalau kebablasan, hamil di luar nikah, bahaya," lanjut Dokter Bramantyo.
"Ngomongin apa sih ini?" Om Raka sepertinya masih kurang faham.
"Ini Dok, Alfath, dia pacaran sama Kimmy. Saya tantangin langsung nikahin Kimmy, berani gak?"
Om Raka mengernyit bingung. Gimana ceritanya tiba-tiba Al pacaran sama Kimmy, bukankah baru kemarin Al cerita kalau merah-merah di leher Kimmy, perbuatan pacarnya.
"Gimana, Al?" Aydin menyenggol lengan adiknya. "Ditantangin tuh sama bokapnya."
"Cemen kalau gak berani," Alula menimpali.
Mendengar suara ramai di luar, Mama Nara dan Ayah Septian keluar. Mereka baru tahu kalau ada tamu yang ternyata papanya Kimmy.
"Ini orang tua saya, Om," Alfath memperkenalkan.
Mereka saling bersalaman sambil berkenalan.
"Lah, mumpung ada orang tuanya nih," Pak Bram sepertinya belum puas sebelum mendengar jawaban Alfath.
"Ada apa sih?" Mama Nara mengerutkan kening.
"Begini, Bu. Alfath kan pacaran sama Kimmy. Saya tantangin, nikahin Kimmy berani gak? Masa macarin berani, nikahin enggak. Tujuan macarin apa kalau bukan untuk nikah?"
Ayah Septian menatap Kimmy dan Alfath bergantian. Perasaan tadi kata Mama Nara, Kim itu muridnya Alfath, kok berubah jadi pacar?
"Gimana Al, ditantangin tuh?" tanya Aydin. "Tunjukkan kalau keluarga kita gentleman semua."
"Beneran kamu pacaran sama Kimmy, Al?" tanya Ayah Septian.
"I-iya, Yah." Sudah terlanjur basah, mending nyemplung sekalian, batin Alfath. Tadi ngomong pacar, sekarang enggak, pasti langsung dicap buruk dia.
"Gimana, Al, berani terima tantangan, Om?" Dokter Bramantyo terus mendesak.
"Sa-saya," bibir Alfath terasa kelu.
"Ayo, Al, tunjukin jika dirimu laki-laki sejati. Berani macarin, harus berani nikahin," Alula malah ngomporin.
Sementara Kimmy, di hanya diam sambil duduk gelisah.