Kiara Larasati terpaksa menikahi lelaki yang tak dikenal karena sebuah salah paham salah satu warga desa yang melihat Kiara d cium seorang lelaki bule dalam keadaan seluruh pakaiannya basah
Elvano yang berkunjung d vila keluargnya sedang menikmati pemandangan air terjun melihat seseorang tenggelam jiwa heroiknya memaksa dia untuk menolong dan berakhir menikahi gadis yang dia tolong
bagaimana kisah percintaan mereka, ikuti terus kisahnya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
"Kiara pamit ya nek, Kiara akan sering-sering telepon nenek" Kiara memeluk nenek Astri, mendapatkan beberapa wejangan dari neneknya beralih ke kakeknya.
kakek Bima tentu saja berat melepas cucu semata wayangnya, tapi demi kebahagiaan Kiara kakek Bima mencoba ikhlas.
"Om! Kiara titip kakek dan nenek ya om" Kiara memeluk Ferdi yang sudah di anggap ayah olehnya.
"Doa om menyertaimu sayang" ucapnya melepas Kiara pergi.
"Aku titip permataku Ad" ucap Ferdi
"Dia Juga permataku Fer, Kau tenang saja"
Kiara masuk Mobil mewah milik papanya dan diikuti Adrian setelahnya.
Mobil Adrian melaju keluar halaman rumah kakek, nenek Astri menumpahkan air mata di pelukan suaminya.
Di dalam Mobil Adrian memegang tangan putri yang masih menangis sesenggukan.
"Kalau kau merindukan kakek nenekmu nanti saat liburan Kau bisa mengunjunginya" ucap papa Adrian.
"Tidurlah perjalanan kita masih beberapa jam lagi" ucapnya lagi.
Karena lelah menangis akhirnya Kiara pun tertidur.
Tiga jam sudah perjalanan di lalui Mobil Adrian memasuki perumahan kawasan elite.
Pintu Gerbang menjulang tinggi terbuka otomatis saat mobil akan memasuki mansion milik keluarga Wijaya, Adrian Wijaya adalah pemilik Wijaya Group, dalam keterbatasan fisiknya dia mampu memimpin perusahaan hingga memasuki 5 besar orang terkaya di Indonesia.
"Sayang! Kiara bangun nak Kita sudah sampai" Adrian menepuk pundak putrinya yang tertidur pulas.
Kiara mengerjapkan mata "Apa kita sudah sampai pa?" tanya Kiara
"hmm,, ayo turun" ajak Adrian.
Kiara terperangah memandang takjub mansion papanya, rumah mewah bergaya Eropa, apakah ini mimpi mempunyai papa seorang sultan.
Adrian yang sudah duduk di Kursi rodanya menggandeng Kiara memasuki istananya dan di sambut oleh puluhan maid yang berjajar rapi.
"Selamat datang Tuan" sambut pria paru baya.
"Terima kasih Jon, perkenalkan dia putriku Kiara" ucap Adrian memperkenalkan Kiara.
"wah nona muda sangat cantik, Saya Joni kepala pelayan disini, Jika Anda membutuhkan bantuan panggil saya, siap melayani nona dua puluh empat jam" ujar Joni dalam perkenalannya. di tanggapi senyuman oleh Kiara.
"Terima kasih paman Joni" ucap Kiara
"sama-sama nona, mari nona saya akan menunjukkan kamar anda" ucap Joni sambil membawakan koper Kiara.
"Istirahatlah dulu sayang sudah malam kau pasti lelah" ucap Adrian.
"Baik papa" Kiara mencium pipi Adrian dan beranjak mengikuti Joni menuju kamarnya.
"eh tunggu! Bukankah tuan bilang menjemput nyonya dan nona muda lalu dimana nona" tanya Joni penasaran.
"Istriku sudah pergi lebih dulu Jon saat melahirkan putriku, dan aku baru mengetahuinya" ucap Adrian dengan wajah sendunya. Joni diam seketika hatinya merasa tidak enak terhadap tuannya.
"Maafkan kelancangan saya tuan" ucap Joni lalu berjalan mengantar Kiara ke kamarnya.
"kamar anda di lantai 2 nona" mereka berjalan ke lantai dua menggunakan lift.
"ini kamar anda Nona" ucap Joni setelah Sampai di depan pintu kamar Kiara dan membukanya.
lagi-lagi Kiara terperangah melihat kamarnya yang besar berkali-kali lipat dari kamarnya di rumah kakek dengan ranjang berbentuk bulat dan muat untuk lima orang.
"Disebelah sana ada kamar mandi dan walk in closet di sebelahnya" Kiara hanya mengangguk masih dalam mode takjub.
"baiklah nona, sebaiknya anda istirahat dulu dan besok saya akan mengajak Nona berkeliling rumah" ucap Joni.
"Saya permisi dan selamat beristirahat" ucapnya lagi
"terima kasih paman Jon" ucap Kiara
Joni menundukkan kepalanya beranjak keluar kamar Kiara dan menutup pintu.
Kiara duduk di tepian ranjang dia tersenyum memandangi sekeliling kamarnya yang terkesan maskulin.
Tok..tok..took
Ceklek
"Papa" seru Kiara. Adrian tersenyum memandangi putrinya dan memberi isyarat pada maid yang membawa segelas susu untuk Kiara.
"sayang minum susumu dulu, biar cucu opa selalu sehat" ucap Adrian sambil memegang perut Kiara yang masih rata.
"Maaf sayang kalau kau tidak setuju dengan warna kamarnya kau bisa merubahnya" ucap Adrian.
"Tidak papa, Kiara sangat menyukai warna langit, terasa menyejukkan" tutur Kiara.
"Syukurlah! Papa harap Kiara betah tinggal disini"
Kiara menerima segelas susu dan langsung menegaknya sekaligus.
"Pelan-pelan sayang tidak akan ada yang merebutnya" Adrian tertawa melihat tingkah putrinya.
Kiara memberikan gelas kosong pada maid lagi.
"Kemarilah sayang" Adrian menggandeng tangan Kiara dan mendudukkannya di sofa mengambil tisu dan membersihkan sisa susu yang belepotan di bibir Kiara.
Kiara tersenyum dengan perhatian yang di berikan papanya.
"Papa pergi saat kau berusia tujuh Bulan di dalam kandungan mamamu, papa tidak melewatkan masa kecilmu maka ijinkan papa merawatmu, menjagamu, papa tetap akan menganggapmu putri kecil papa walaupun sebentar lagi kaupun akan memiliki bayi kecil"
Kiara tersenyum dan mengangguk
"Apa yang kau ketahui tentang suamimu sayang" Tanya Adrian
"Aku tidak tau pa, dia masih hidup atau sudah meninggal" Kiara kembali meneteskan air mata.
"Kuatkan hatimu sayang demi buah cinta kalian" Adrian memegang erat tangan Kiara menyalurkan dukungan untuk putrinya.
"Baiklah sayang istirahatlah papa tidak akan mengganggumu lagi"
"Baik papa, papa juga harus beristirahat" Adrian pergi meninggalkan kamar Kiara
Karena terlalu lelah Kiara pun membaringkan badannya di ranjang barunya, tidak terlalu lama akhirnya mata cantik Kiara terpejam.
...****************...
Pagi hari
Kiara tersenyum menuruni tangga, wajahnya terlihat segar dengan memakai blouse warna soft blue dengan rompi jeans dan sepatu cat putih yang menemani langkahnya.
Rambut ikalnya tergerai indah bergoyang kesana kemari mengikuti arah langkahnya.
Sungguh perubahan yang sangat besar, Kiara yang biasanya hanya memakai kaos dan celana sekarang berubah lebih feminim.
"Selamat pagi cantik" sapa Adrian, dia bahagia melihat wajah cantik Kiara yang tersenyum cerah seolah-olah tidak terjadi sesuatu yang serius di hidupnya.
"Selamat pagi papa" jawab Kiara mencium pipi Adrian.
"Apa kau sudah siap menyambut hidup barumu?" Tanya Adrian. Kiara mendorong kursi Roda menuju ruang makan sesuai instruksi Adrian.
"of course papa" jawab Kiara memantapkan hatinya.
"Duduklah di samping papa sayang" ucap Adrian sesampainya di meja makan.
"Wah!!" seru Kiara saat melihat beraneka macam makanan yang terhidang di meja, dia celingukan hanya ada dia dan papa Adrian di meja makan dengan makanan sebanyak itu.
"Apa Kita hanya makan berdua saja papa" tanya Kiara yang merasa aneh.
"Iya sayang karena Kita hanya berdua" jawab Adrian
"Berarti selama ini papa sendirian?" Tanya Kiara.
"Tapi sekarang kita berdua, ada kau dan calon cucu papa yang menemani" Joni terharu melihat pemandangan indah di depannya, sudah bertahun-tahun dia tidak melihat senyum majikannya.
"Oh Iya sayang setelah ini papa akan menunjukkan sesuatu padamu, hadiah untuk kedatanganmu" ucap Adrian di sela makannya.
"Kiara tidak butuh hadiah papa, cukup Kita selalu bersama itu sudah membahagiakan buat Kiara" Kata Kiara
"Tidak tidak Kau pasti membutuhkannya" ucapnya lagi.
Setelah menyelesaikan makannya mereka berjalan menuju garasi mobil.
Kiara terperangah ketika pintu garasi terbuka secara otomatis, disana terparkir rapi barisan mobil mewah milik ayahnya.